Khutbah: Akhlak Mulia, Inti Risalah Kenabian
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا
وَالدِّيْنِ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ الْمُرْسَلِيْنَ،
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Marilah senantiasa kita panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT, Dzat yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga kepada kita semua.
Hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan, dan hanya kepada-Nya kita berserah
diri.
Shalawat serta salam semoga tercurah limpah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh
pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Pengantar Khutbah Pertama
Kita hidup di era di mana informasi begitu deras mengalir.
Ilmu pengetahuan seolah mudah didapatkan. Namun, di tengah kemajuan ini,
seringkali kita saksikan realitas yang menyayat hati.
Kita melihat banyak orang berilmu, banyak orang yang fasih
berbicara agama, namun kadang, akhlak dan perilaku mereka justru jauh dari
nilai-nilai luhur Islam.
Penyampaian ilmu seringkali terfokus pada hal-hal yang
sifatnya teoritis dan formalitas, melupakan esensi dari ajaran itu sendiri.
Seolah-olah, ilmu adalah sekadar hafalan atau argumentasi,
bukan pembentuk karakter dan etika.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Ilmu yang tidak diiringi dengan akhlak mulia bagaikan pohon
yang rindang namun tak berbuah. Ia mungkin terlihat indah, namun tidak
memberikan manfaat sejati bagi jiwa.
Hari ini, kita akan merenungkan sebuah pesan fundamental dari Rasulullah ﷺ, sebuah hadits yang menjadi inti dari risalah kenabian beliau. Hadits ini adalah kompas bagi kita untuk memahami tujuan utama diutusnya Nabi Muhammad ﷺ, dan menjadi pengingat betapa pentingnya pembangunan karakter dalam Islam.
Inilah yang akan kita dalami dalam khutbah kita hari ini yang diberi judul, "Akhlak Mulia, Inti Risalah Kenabian."
Mari kita simak hadits yang mulia ini:
إِنَّمَا بُعِثْتُ
لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ
(Dalam riwayat lain: «صَالِحَ الأَخْلَاقِ»)
Artinya:
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(Dalam
riwayat lain: “akhlak yang baik.”)
Kita
akan menguraikan hadits ini secara mendalam, bagian demi bagian, untuk memahami
makna dan implementasinya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Arti dan Penjelasan Per Kalimat
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Mari kita selami makna mendalam dari hadits ini, mengurai
setiap Perkataan untuk memahami esensi risalah Nabi Muhammad ﷺ.
Hadits ini adalah jawaban atas pertanyaan terbesar tentang
tujuan diutusnya seorang Rasul.
إِنَّمَا بُعِثْتُ
“Sesungguhnya aku diutus hanyalah…”
Perkataan ini menegaskan satu tujuan tunggal yang paling
utama.
Kata 'Innama' (sesungguhnya hanyalah) dalam bahasa
Arab berfungsi sebagai hasr atau pembatasan.
Ini berarti, dari sekian banyak tugas kenabian—seperti
mengajarkan tauhid, menyampaikan syariat, atau membimbing ibadah—tujuan yang
paling mendasar dan inti dari diutusnya Rasulullah ﷺ adalah satu hal yang
akan disebutkan selanjutnya.
Ini menunjukkan prioritas tertinggi dalam risalah
beliau.
لِأُتَمِّمَ
“...untuk menyempurnakan…”
Kata 'li’utammima' (untuk menyempurnakan) mengandung
makna bahwa akhlak yang baik itu sudah ada sejak sebelum Islam, bahkan dalam
peradaban jahiliyah sekalipun.
Namun, akhlak tersebut masih bersifat parsial, belum
sempurna, atau belum terintegrasi dengan nilai-nilai tauhid.
Risalah Nabi Muhammad ﷺ datang bukan untuk
menghancurkan kebaikan yang ada, melainkan untuk menyempurnakan, melengkapi,
dan menyelaraskan akhlak tersebut sesuai tuntunan Allah.
مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ
“...akhlak yang mulia.”
(Dalam riwayat lain: «صَالِحَ الأَخْلَاقِ»
(akhlak yang baik))
Ini adalah inti dari hadits ini. 'Makarim al-Akhlaq'
atau 'Shalih al-Akhlaq' merujuk pada segala sifat, perilaku, dan
kebiasaan luhur yang mencerminkan kemuliaan jiwa
. Ini mencakup kejujuran, kasih sayang, keberanian,
kesabaran, kedermawanan, rasa malu, dan adil. Menyempurnakan akhlak bukan hanya
tentang menghindari keburukan, tetapi menguasai dan mengamalkan
sifat-sifat terpuji dalam setiap aspek kehidupan.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Penjelasan
ini mengarahkan kita pada kesimpulan bahwa risalah Nabi Muhammad ﷺ adalah
risalah pembentukan karakter.
Beliau
datang membawa ajaran yang tidak hanya menata hubungan kita dengan Allah (habluminallah),
tetapi juga menata hubungan kita sesama manusia (habluminannas), dengan
fokus utama pada pembentukan akhlak.
Faedah Hadits Berdasarkan Urutan Perkataan
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Dari setiap perkataan hadits yang telah kita urai,
tersimpan pelajaran berharga yang harus kita jadikan pegangan hidup.
Mari kita dalami lebih jauh, dan jadikan hadits ini sebagai
peta jalan menuju kebahagiaan hakiki.
1. Pelajaran tentang Prioritas (إِنَّمَا بُعِثْتُ)
Perkataan (إِنَّمَا بُعِثْتُ) menegaskan kepada
kita bahwa akhlak mulia bukanlah isu pinggiran dalam Islam, bukan sekadar
pelengkap ritual ibadah.
Ia adalah inti dan tujuan utama dari risalah
kenabian itu sendiri.
Seolah-olah Nabi ﷺ bersabda, “Tugas
utama yang Aku pikul, alasan terbesar Aku diutus, adalah untuk membangun dan
menyempurnakan karakter kalian.”
Ini adalah teguran keras bagi kita yang seringkali lebih
sibuk berdebat tentang furu' (cabang) dalam agama, namun melupakan substansi
terbesar: akhlak.
Kita mungkin rajin shalat, puasa, dan membaca Al-Qur'an,
namun mudah marah, sulit memaafkan, dan kasar dalam bertutur kata.
Sungguh, shalat yang baik akan melahirkan akhlak yang baik.
Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ الصَّلَاةَ
تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ
“Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan) keji
dan mungkar.” (QS. Al-Ankabut: 45)
Pelajaran bagi kita: Jadikan pembangunan akhlak sebagai
prioritas utama dalam beragama. Ilmu tanpa akhlak adalah musibah, karena ia
bisa menjadi alat untuk merendahkan orang lain, bukan untuk meninggikan derajat
diri di sisi Allah.
2. Pelajaran tentang Penyempurnaan (لِأُتَمِّمَ)
Perkataan (لِأُتَمِّمَ) mengajarkan kita
bahwa Islam adalah agama yang mengapresiasi kebaikan yang sudah ada.
Nabi ﷺ datang bukan untuk merombak total segala
hal yang ada di masa Jahiliyah, melainkan untuk menyempurnakan dan
mengintegrasikan akhlak yang baik dengan tauhid.
Nabi ﷺ memuji akhlak jujur, kedermawanan, dan
keberanian yang telah dimiliki oleh sebagian masyarakat Arab, lalu
menyempurnakannya dengan iman.
Ini adalah dakwah yang bijaksana.
Kita tidak perlu merendahkan kebaikan orang lain, atau
memandang mereka yang belum berislam sebagai sosok yang sama sekali tidak
memiliki kebaikan.
Tugas kita adalah menyempurnakan, bukan menghancurkan.
Sampaikanlah kebenaran dengan akhlak yang indah, agar
kebaikan yang ada pada mereka tumbuh dan berbuah menjadi ketaatan kepada Allah.
Nabi ﷺ bersabda:
مَن حُرِمَ الرِّفْقَ،
حُرِمَ الخَيْرَ
“Barangsiapa yang diharamkan kelembutan (kasih sayang),
maka ia diharamkan (dari) kebaikan.” HR. Muslim (2592)
Pelajaran bagi kita: Kelembutan (rifq), yang
mencakup keramahan dan kasih sayang, adalah kunci utama dalam berinteraksi dan
berdakwah.
Sifat ini adalah pintu masuk untuk meraih dan merasakan
kebaikan, baik dari Allah maupun sesama manusia.
Jadikan akhlak mulia sebagai pintu masuk, bukan benteng
yang menghalangi.
Sebaliknya, orang yang diharamkan kelembutan akan sulit
mendapatkan kebaikan secara menyeluruh.
Ajaklah manusia kepada Allah dengan cara yang paling
santun.
3. Pelajaran tentang Kemuliaan Akhlak (مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ)
Perkataan (مَكَارِمَ الأَخْلَاقِ)
mengajak kita untuk merenungi apa itu akhlak mulia.
Akhlak bukan hanya tentang senyum dan sapa, tetapi tentang
kesabaran saat dihina, kejujuran saat menghadapi kerugian, keikhlasan saat
memberi, dan kemampuan untuk memaafkan.
Akhlak mulia adalah cerminan iman kita. Ia adalah
wujud nyata dari keimanan yang bersemayam di dalam hati. Nabi ﷺ bersabda:
أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang
paling baik akhlaknya.” HR. Abu Daud (4682), At-Tirmidzi (1162), dan Ahmad
(2/472)
Pelajaran bagi kita: akhlak bukan tambahan setelah iman,
tapi ia adalah bukti nyata dan penguat iman dalam kehidupan.
Akhlak mencerminkan kedekatan seseorang kepada Allah, dan
menjadi jalan utama menuju keridhaan-Nya.
4. Akhlak mulia mendahului amal ibadah
Meskipun ibadah seperti salat dan puasa adalah kewajiban
utama, namun akhlak mulia sering kali lebih dahulu dirasakan manfaatnya oleh
orang lain.
Orang yang sabar, jujur, dan pemaaf membawa dampak positif
langsung bagi lingkungan.
Bahkan Rasulullah ﷺ menjamin bahwa orang
yang akhlaknya baik akan mendapat kedudukan tinggi.
Dalam hadits disebutkan:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ
لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
Sesungguhnya seorang mukmin benar-benar akan mencapai
dengan akhlak baiknya derajat orang yang berpuasa dan salat malam – HR. Abu Dawud (4798).
Ini menunjukkan bahwa akhlak bukan hanya pelengkap, tetapi
pondasi amal yang diterima di sisi Allah.
5. Misi kenabian berlaku sepanjang zaman
Hadits ini bukan hanya menggambarkan tugas Rasulullah ﷺ di masa lalu, tetapi juga menjadi panduan bagi umat Islam
hingga akhir zaman.
Meneladani Nabi berarti menghidupkan kembali nilai-nilai
akhlak dalam keluarga, masyarakat, dan dunia.
Dalam Surah al-Qalam ayat 4, Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ
خُلُقٍ عَظِيمٍ
(Dan sungguh, engkau (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung).
Ini berarti, umat Islam dituntut menjadikan akhlak sebagai
pilar utama dakwah, pendidikan, dan kehidupan sosial, bukan hanya teori dalam
buku atau ceramah.
6. Akhlak adalah kekuatan dakwah paling efektif
Perubahan masyarakat tidak selalu terjadi melalui pidato
atau aturan, tetapi sering kali melalui akhlak yang ditampilkan secara nyata.
Banyak orang masuk Islam bukan karena debat, tetapi karena
terpesona dengan akhlak kaum Muslimin.
Rasulullah ﷺ sendiri berhasil menaklukkan hati banyak
orang dengan kelembutan, kejujuran, dan kasih sayangnya.
Firman Allah dalam Surah Āli ‘Imran ayat 159:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ
كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi
berhati kasar, niscaya mereka menjauh dari sekelilingmu.
Ini menunjukkan bahwa kekuatan akhlak lebih ampuh dari
kekuatan lisan atau kekuasaan.
7. Ukuran kemuliaan seorang manusia adalah akhlaknya
Di tengah masyarakat yang sering menilai orang dari
jabatan, kekayaan, atau popularitas, hadits ini menegaskan bahwa nilai
seseorang di sisi Allah adalah pada akhlaknya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ
أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Artinya: Sedekah tidak mengurangi harta, pemaafan tidak
menambah kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang tawadhu' karena Allah
melainkan Allah akan meninggikannya) – HR. Muslim (2588).
Maka, orang paling hebat bukan yang paling pintar, tapi
yang paling baik hatinya dan paling indah perilakunya.
Penutup Khutbah Pertama
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Secara keseluruhan, hadits “Sesungguhnya aku diutus
hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia” adalah landasan utama
risalah Islam.
Hadits ini menegaskan bahwa tujuan inti diutusnya Nabi
Muhammad ﷺ adalah untuk membangun peradaban yang berlandaskan moral dan
etika.
Akhlak mulia bukan sekadar etiket sosial, tetapi inti dari
keimanan yang sempurna dan kunci keberhasilan di dunia dan akhirat.
Tanggung jawab kita sebagai umat Nabi ﷺ adalah menyebarkan
ilmu dan dakwah melalui perilaku yang terpuji, menjadikan akhlak kita sebagai
cerminan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَاتِ،
فَٱسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الْخَلْقِ وَالْبَشَرِ.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Hadits yang kita bahas hari ini adalah seruan untuk kita
semua.
Jika risalah Nabi ﷺ adalah tentang
menyempurnakan akhlak, maka tugas kita adalah menjadikannya kenyataan dalam
hidup.
Ilmu yang kita pelajari tidak akan berkah jika tidak
melahirkan akhlak yang mulia.
Ibadah yang kita lakukan tidak akan optimal jika tidak
berdampak pada karakter kita.
Mari kita ubah cara pandang kita terhadap ilmu.
Ilmu bukan sekadar untuk dihafal, tetapi untuk diamalkan
hingga menjadi darah daging dalam perilaku kita.
Mulailah dari hal-hal kecil: jujur dalam setiap ucapan,
sabar dalam menghadapi ujian, lembut dalam bersikap kepada keluarga dan
tetangga, serta murah hati kepada sesama.
Ingatlah, bahwa akhlak mulia adalah investasi terbesar kita
di hadapan Allah.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Mari kita tundukkan hati dan panjatkan doa kehadirat Allah
SWT, memohon agar kita dijadikan hamba yang berakhlak mulia.
Doa Khutbah Kedua
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat,
rezeki yang baik, dan amal yang diterima.
اللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ حُسْنَ الْخُلُقِ وَتَمَامَ النِّعْمَةِ
Ya Allah, kami memohon kepada-Mu akhlak yang baik dan
kesempurnaan nikmat.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ
لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا
الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي إِلَيْهَا
مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ
الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami yang menjadi penentu
segala urusan kami, perbaikilah dunia kami tempat kami menjalani kehidupan, dan
perbaikilah akhirat kami tempat kami kembali. Jadikanlah kehidupan sebagai
tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan, dan jadikanlah kematian sebagai
peristirahatan bagi kami dari setiap keburukan.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِإِخْوَانِنَا مِنَ الْعُلَمَاءِ وَالدُّعَاةِ وَطَلَبَةِ الْعِلْمِ الَّذِينَ
يُبْلِغُونَ رِسَالَةَ الإِسْلاَمِ بِأَخْلاَقٍ حَسَنَةٍ، وَانْفَعْ بِهِمْ
وَارْفَعْ دَرَجَاتِهِمْ
Ya Allah, ampunilah saudara-saudara kami dari kalangan
ulama, para dai, dan penuntut ilmu yang menyampaikan risalah Islam dengan
akhlak yang mulia. Berikanlah manfaat melalui mereka dan angkatlah derajat
mereka.
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab api neraka.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى
نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.