Hadits: Pertanyaan Malaikat di Kubur dan Akibat Iman atau Kekufuran
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Jama’ah yang dirahmati Allah,
Di tengah kehidupan dunia yang penuh hiruk-pikuk ini, banyak dari kita yang begitu sibuk membangun masa depan di dunia, namun lalai menyiapkan bekal untuk masa depan yang sebenarnya: kehidupan setelah kematian. Kita rajin menyiapkan rumah tinggal, kendaraan, investasi, dan tabungan, tetapi jarang yang sungguh-sungguh menyiapkan jawaban untuk pertanyaan pertama yang akan kita hadapi di alam kubur.
Realitanya, banyak umat Islam yang belum memahami dengan serius apa yang akan dihadapi sesaat setelah tubuh ini dikuburkan. Tidak sedikit yang merasa bahwa kematian adalah akhir segalanya, padahal justru di situlah awal dari kehidupan yang kekal dan penuh pertanggungjawaban. Hadits yang akan kita kaji hari ini membuka tabir tentang apa yang akan terjadi setelah kita ditinggalkan oleh orang-orang yang kita cintai di pemakaman.
Hadits ini berbicara tentang datangnya dua malaikat yang akan menguji keimanan kita—khususnya, bagaimana kita menjawab pertanyaan tentang Nabi Muhammad ﷺ. Pertanyaan yang jawabannya tidak bisa dipalsukan, tidak bisa ditiru, dan hanya bisa dijawab dengan sebenar-benarnya iman. Maka, mempelajari hadits ini bukan hanya sekadar menambah wawasan, tetapi menjadi bentuk kesiapan kita menghadapi ujian besar yang pasti akan datang.
Karena itu, mari kita hayati hadits ini dengan sepenuh hati. Semoga dengan memahami makna dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, kita menjadi hamba-hamba yang mampu menjawab dengan yakin dan mantap: “آمَنْتُ أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ” – Aku beriman bahwa dia adalah hamba Allah dan utusan-Nya.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ،
وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ، وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ،
يَأْتِيهِ مَلَكَانِ، فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟
يَعْنُونَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَأَمَّا المُؤْمِنُ،
فَيَقُولُ: آمَنْتُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ
إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ، قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا فِي
الْجَنَّةِ، فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا
Sesungguhnya apabila seorang hamba diletakkan di dalam
kuburnya dan para sahabatnya telah berpaling darinya, sungguh ia benar-benar
mendengar suara sandal mereka. Maka datanglah dua malaikat kepadanya dan
berkata, "Apa yang biasa kamu katakan tentang orang ini?" yang mereka
maksud adalah Muhammad ﷺ. Adapun orang beriman akan
menjawab, "Aku beriman bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya."
Maka dikatakan kepadanya, "Lihatlah tempat dudukmu di neraka, sungguh
Allah telah menggantinya untukmu dengan tempat duduk di surga." Maka ia
melihat kedua tempat itu.
HR. Al-Baihaqi
(80/4)
Arti
dan Penjelasan Per Kalimat
إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ
Sesungguhnya seorang hamba apabila diletakkan di dalam
kuburnya
Perkataan ini membuka gambaran tentang fase awal
kehidupan alam barzakh, yaitu ketika jenazah telah dimasukkan ke dalam liang
lahat.
Istilah "العبد" menunjukkan
bahwa manusia tetaplah seorang hamba Allah dalam segala fase kehidupannya,
termasuk setelah kematian.
Penggunaan kata "وُضِعَ" (diletakkan)
memperlihatkan bahwa peristiwa ini adalah sesuatu yang pasti dan nyata terjadi,
bukan kiasan.
Frasa ini mengingatkan bahwa kematian adalah kepastian dan menjadi awal dari
ujian akhirat yang sesungguhnya.
وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ
Dan para sahabatnya telah berpaling darinya
Perkataan ini menggambarkan momen kesendirian yang
hakiki setelah dikuburkan, ketika orang-orang terdekat meninggalkan kuburan.
Ini menegaskan bahwa tidak ada yang menemani seseorang di dalam kubur kecuali
amalnya.
Kata "تولّى" menandakan berpaling secara fisik dan emosional, yang
menyiratkan berakhirnya peran manusia lain terhadapnya di dunia.
Hal ini mengajarkan pentingnya menyiapkan bekal amal, karena setelah itu, tiada
lagi bantuan dari manusia.
وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ
Dan sungguh ia benar-benar mendengar suara sandal mereka
Perkataan ini merupakan dalil bahwa mayit memiliki
kemampuan mendengar setelah dikubur, sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
Allah.
Kata "يسمع" menunjukkan bentuk present tense (mudhari‘), yang menyiratkan
bahwa proses mendengar itu benar-benar terjadi secara aktual.
Ini juga menjadi pengingat bahwa kehidupan alam barzakh bukan kehidupan yang
mati sepenuhnya, tetapi ada kesadaran yang berbeda.
Suara sandal menjadi simbol bahwa mayit menyadari kepergian orang-orang yang
mengantarnya, mempertegas suasana sunyi dan sendiri di kubur.
يَأْتِيهِ مَلَكَانِ
Dua malaikat datang kepadanya
Perkataan ini menjelaskan dimulainya ujian kubur yang
sangat menentukan nasib akhir seseorang.
Kata "ملكان" menunjukkan bahwa dua malaikat datang dengan tugas
tertentu, yang dikenal dalam riwayat lain sebagai Munkar dan Nakir.
Kedatangan mereka adalah bagian dari ketetapan Allah untuk menguji iman
seseorang setelah kematian.
Ini memperlihatkan bahwa ujian itu tidak selesai di dunia, melainkan terus
berlanjut di alam barzakh.
فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا
الرَّجُلِ؟
Lalu keduanya berkata: Apa yang biasa kamu katakan tentang
orang ini?
Perkataan ini adalah inti pertanyaan dalam ujian kubur,
yang menguji keimanan seseorang terhadap Rasulullah ﷺ.
Pertanyaan ini bukan sekadar pengenalan, tetapi mencerminkan apakah seseorang
mengimani beliau dengan benar selama hidupnya.
Istilah "هذا الرجل" menunjukkan
bahwa orang yang ditunjukkan adalah Rasulullah ﷺ, namun tanpa
penyebutan langsung sebagai bentuk ujian kejujuran dan ketulusan iman.
Pertanyaan ini juga memperlihatkan bahwa penilaian iman bukan sekadar hafalan,
tetapi pengakuan dari hati yang berbekas dalam amal.
يَعْنُونَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Yang mereka maksud adalah Muhammad ﷺ
Perkataan ini menegaskan identitas orang yang
ditanyakan, yaitu Rasulullah Muhammad ﷺ.
Penegasan ini menjadi penting karena Rasulullah adalah poros ajaran Islam dan
pembawa risalah.
Keimanan kepada beliau sebagai nabi dan rasul adalah bagian dari rukun iman
yang wajib.
Tanpa mengenal dan mencintai Rasulullah ﷺ, seseorang tidak akan
dapat menjawab pertanyaan ini dengan benar.
فَأَمَّا المُؤْمِنُ، فَيَقُولُ: آمَنْتُ
أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ
Adapun orang beriman, ia menjawab: Aku beriman bahwa dia
adalah hamba Allah dan Rasul-Nya
Perkataan ini menunjukkan keberhasilan orang beriman
dalam menghadapi ujian kubur karena keimanannya yang tulus.
Kata "آمنت" menunjukkan bahwa pengakuan itu bukan hanya lisan, tetapi
lahir dari keyakinan dalam hati dan dibuktikan dalam kehidupan.
Penyebutan "عبد الله" sebelum "رسوله" menunjukkan kedudukan mulia Nabi ﷺ sebagai hamba Allah,
sekaligus menjauhkan dari sikap ghuluw (berlebihan) dalam memuliakan beliau.
Orang beriman diberi taufik untuk menjawab dengan benar karena iman dan amalnya
semasa hidup.
فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ
مِنَ النَّارِ، قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا فِي الْجَنَّةِ
Maka dikatakan kepadanya: Lihatlah tempat dudukmu di
neraka, sungguh Allah telah menggantikannya untukmu dengan tempat duduk di
surga
Perkataan ini menunjukkan puncak karunia Allah terhadap
orang beriman yang lulus ujian kubur.
Disebutkan tempatnya di neraka agar ia menyadari betapa besarnya nikmat
keselamatan yang diberikan Allah.
Kemudian diganti dengan tempat di surga sebagai bentuk penghargaan atas
keimanan dan keteguhan hati.
Ini juga menjadi dalil bahwa setiap manusia pada dasarnya memiliki kemungkinan
tempat di neraka, namun Allah memberikan pengganti bagi yang beriman.
فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا
Maka ia melihat keduanya sekaligus
Perkataan ini memperkuat realitas alam barzakh, bahwa
seseorang benar-benar diperlihatkan tempat akhir yang semestinya dan yang
digantikan.
Kemampuan melihat keduanya adalah bentuk kehendak Allah untuk memberikan
kepastian atas janji dan ancaman-Nya.
Ini mengandung pelajaran bahwa kebahagiaan akhirat dimulai sejak alam kubur
bagi orang yang beriman.
Melihat kedua tempat ini akan menambah rasa syukur dan keteguhan seorang mukmin
terhadap nikmat yang Allah berikan.
Syarah Hadits
القَبْرُ هُوَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ
Kubur adalah tempat pertama dari tempat-tempat akhirat
وَالْعَذَابُ وَالنَّعِيمُ فِيهِ حَقٌّ
Dan siksa serta kenikmatan di dalamnya adalah benar adanya
وَهُوَ إِمَّا رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ
الْجَنَّةِ
Ia adalah taman dari taman-taman surga
أَوْ حُفْرَةٌ مِنْ حُفَرِ النَّارِ
Atau lubang dari lubang-lubang neraka
أَعَاذَنَا اللَّهُ مِنْهَا
Semoga Allah melindungi kita darinya
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يُخْبِرُ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadits ini Rasulullah ﷺ mengabarkan
بِمَا يَتَعَرَّضُ لَهُ الإِنْسَانُ عِنْدَ
مَوْتِهِ وَوَضْعِهِ فِي قَبْرِهِ
Tentang apa yang akan dialami manusia ketika wafat dan diletakkan dalam
kuburnya
مِنْ أَنَّهُ يَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِ مَنْ
أَتَى لِدَفْنِهِ
Bahwa ia mendengar suara sandal orang-orang yang datang untuk menguburnya
فَيَسْمَعُ صَوْتَ أَرْجُلِهِمْ وَهُمْ
مُنْصَرِفُونَ
Lalu ia mendengar suara langkah kaki mereka saat mereka pergi
فَإِذَا انْصَرَفُوا جَاءَهُ مَلَكَانِ
Jika mereka telah pergi, datanglah dua malaikat
فَيُقْعِدَانِهِ فَيَسْأَلَانِهِ
Lalu mereka mendudukkannya dan menanyainya
مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Apa yang engkau katakan tentang orang ini, yaitu Muhammad ﷺ?
فَإِذَا كَانَ مُؤْمِنًا يَقُولُ: أَشْهَدُ
أَنَّهُ عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ
Jika ia seorang mukmin, ia berkata: Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba Allah
dan utusan-Nya
فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ
مِنَ النَّارِ
Maka dikatakan kepadanya: Lihatlah tempat dudukmu dari neraka
الَّذِي كَانَ مُعَدًّا لَكَ فِي جَهَنَّمَ
لَوْ لَمْ تَكُنْ مُؤْمِنًا
Yang dahulu telah disiapkan untukmu di Jahannam jika engkau bukan seorang
mukmin
أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا فِي
الْجَنَّةِ
Allah gantikan untukmu tempat itu dengan tempat di surga
فَيَرَى كِلَا الْمَقْعَدَيْنِ
Maka ia melihat kedua tempat itu
فَإِنْ كَانَ الْمَيِّتُ كَافِرًا أَوْ
مُنَافِقًا
Jika si mayit adalah orang kafir atau munafik
فَإِنَّهُ لَا يَتَمَكَّنُ مِنَ الْإِجَابَةِ
عَنْ سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ
Ia tidak mampu menjawab pertanyaan dua malaikat
فَيَقُولُ: لَا أَدْرِي! كُنْتُ أَقُولُ مَا
يَقُولُ النَّاسُ!
Ia berkata: Aku tidak tahu! Aku hanya mengatakan seperti yang dikatakan oleh
orang-orang!
فَيُقَالُ لَهُ: لَا دَرَيْتَ وَلَا تَلَيْتَ
Lalu dikatakan kepadanya: Engkau tidak tahu dan tidak membaca
وَهُوَ دُعَاءٌ عَلَيْهِ
Itu adalah doa keburukan atasnya
وَمَعْنَاهُ: لَا كُنْتَ دَارِيًا وَلَا
تَالِيًا
Maknanya adalah: Engkau tidak tahu dan tidak pula membaca
فَلَا تُوَفَّقُ فِي هَذَا الْمَوْقِفِ
Maka engkau tidak akan mendapat taufik dalam keadaan ini
وَلَا تَنْتَفِعُ بِمَا كُنْتَ تَسْمَعُ أَوْ
تَقْرَأُ
Dan engkau tidak mendapatkan manfaat dari apa yang dahulu engkau dengar atau
baca
ثُمَّ يُضْرَبُ بِمِطْرَقَةٍ مِنْ حَدِيدٍ
ضَرْبَةً بَيْنَ أُذُنَيْهِ
Kemudian ia dipukul dengan palu dari besi satu pukulan di antara kedua
telinganya
فَيَصِيحُ صَيْحَةً يَسْمَعُهُ مَنْ يَكُونُ
قَرِيبًا مِنْهُ مِنَ الْخَلَائِقِ إِلَّا الثَّقَلَيْنِ
Lalu ia menjerit dengan jeritan yang didengar oleh makhluk yang berada di
dekatnya, kecuali dua makhluk berat
وَهُمَا الْإِنْسُ وَالْجِنُّ
Yaitu manusia dan jin
فَإِنَّ السَّمْعَ مَحْجُوبٌ عَنْهُمَا
Karena pendengaran dijauhkan dari keduanya
وَذَلِكَ رَحْمَةً بِهِمْ وَإِبْقَاءً عَلَى
حَيَاتِهِمْ
Dan itu adalah rahmat bagi mereka dan demi menjaga kelangsungan hidup mereka
لِأَنَّهُمْ لَوْ سَمِعُوهَا لَصَعِقُوا
Karena jika mereka mendengarnya, niscaya mereka akan pingsan
وَسُمِّيَا الثَّقَلَيْنِ لِثِقْلِهِمَا عَلَى
الْأَرْضِ
Dan keduanya disebut sebagai “ats-tsaqalain” karena keberadaan mereka yang
berat di bumi
فَاللَّهُمَّ قِنَا فِتْنَةَ الْقَبْرِ
وَعَذَابَهُ بِمَنِّكَ وَفَضْلِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
Maka ya Allah, lindungilah kami dari fitnah kubur dan siksaannya dengan karunia
dan keutamaan-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih
وَفِي الْحَدِيثِ: إِثْبَاتُ سُؤَالِ
الْمَلَكَيْنِ لِلْمَيِّتِ فِي الْقَبْرِ
Dan dalam hadits ini terdapat penetapan bahwa mayit akan ditanya oleh dua
malaikat di dalam kubur
وَفِيهِ: إِثْبَاتُ عَذَابِ الْقَبْرِ
Dan di dalamnya juga terdapat penetapan adanya azab kubur
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/132164
Pelajaran dari Hadits ini
1. Hakikat Manusia Tetap sebagai Hamba Setelah Kematian
Dalam perkataan إِنَّ العَبْدَ إِذَا وُضِعَ فِي قَبْرِهِ yang artinya “Sesungguhnya seorang hamba apabila diletakkan di dalam kuburnya”, kita diajarkan bahwa status kehambaan manusia kepada Allah tidak berhenti saat nyawanya dicabut. Sebaliknya, ia memasuki fase baru dalam kehidupannya sebagai hamba di alam kubur. Hal ini menjadi pengingat bahwa seluruh perjalanan hidup hingga setelah mati tetap berada dalam genggaman Allah. Kubur bukan tempat istirahat mutlak, melainkan awal dari pertanggungjawaban.
2. Saat Semua Orang Meninggalkan Kita
Perkataan وَتَوَلَّى عَنْهُ أَصْحَابُهُ yang berarti “dan para sahabatnya telah berpaling darinya” menggambarkan momen ketika seseorang benar-benar sendirian. Ini menunjukkan bahwa bahkan keluarga dan orang terdekat akan pergi meninggalkan kita setelah penguburan. Yang tersisa hanyalah amal. Hal ini mengingatkan pentingnya menyiapkan amal saleh selama hidup, sebab tidak ada yang bisa menemani di alam kubur selain amal kebaikan.3. Mayit Masih Dapat Mendengar Setelah Dikuburkan
Perkataan وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ yang artinya “dan sungguh ia benar-benar mendengar suara sandal mereka” menjadi bukti bahwa setelah mati, mayit masih memiliki kesadaran tertentu. Ia dapat merasakan, mendengar, bahkan menyadari bahwa ia telah ditinggalkan. Ini menunjukkan bahwa kehidupan barzakh itu nyata, dan seseorang tidak boleh menyepelekan fase ini.قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا وُضِعَ الرَّجُلُ فِي قَبْرِهِ وَتُوُلِّيَ وَذَهَبَ أَصْحَابُهُ حَتَّى إِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِمْ
(Artinya: Rasulullah ﷺ bersabda: Apabila seseorang diletakkan di kuburnya dan para sahabatnya berpaling dan pergi, sungguh ia benar-benar mendengar suara sandal mereka) – HR. Bukhari
4. Ujian Kubur adalah Kenyataan yang Pasti
Dalam perkataan يَأْتِيهِ مَلَكَانِ atau “dua malaikat datang kepadanya”, kita mengetahui bahwa setiap orang akan didatangi oleh malaikat untuk diinterogasi. Ini adalah ujian besar di alam barzakh. Malaikat yang datang bukan sembarang makhluk, tetapi ciptaan Allah yang ditugaskan khusus menguji keimanan seseorang terhadap agama dan Rasul-Nya. Persiapan untuk ujian ini hanya bisa dilakukan selama hidup di dunia.
5. Inti Pertanyaan di Alam Kubur
Perkataan فَيَقُولَانِ: مَا كُنْتَ تَقُولُ فِي هَذَا الرَّجُلِ؟ yang berarti “lalu keduanya berkata: Apa yang biasa kamu katakan tentang orang ini?” menunjukkan bahwa inti pertanyaan malaikat berkaitan langsung dengan sikap seseorang terhadap Rasulullah ﷺ. Jawaban ini bukan sekadar pengakuan lisan, melainkan cerminan dari keyakinan dan pengamalan semasa hidup.6. Sosok yang Ditanyakan adalah Nabi Muhammad ﷺ
Dalam perkataan يَعْنُونَ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang artinya “yang mereka maksud adalah Muhammad ﷺ”, dijelaskan bahwa fokus pertanyaan adalah pada kenabian Muhammad ﷺ. Ini menegaskan bahwa iman kepada Nabi ﷺ bukan sekadar mengenal namanya, melainkan mencintai dan mengikuti ajarannya. Siapa pun yang mengenal beliau secara hakiki tidak akan bingung menjawab di alam kubur.7. Jawaban Orang yang Beriman
Perkataan فَأَمَّا المُؤْمِنُ، فَيَقُولُ: آمَنْتُ أَنَّهُ عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ yang artinya “Adapun orang beriman, ia menjawab: Aku beriman bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya” menunjukkan bahwa iman yang benar akan mendatangkan keteguhan dalam menjawab pertanyaan kubur. Menyebut Nabi sebagai "hamba Allah" sebelum "Rasul-Nya" mengajarkan adab dan akidah yang lurus—bahwa beliau bukan Tuhan, tapi manusia pilihan Allah.8. Balasan Langsung di Alam Kubur
Perkataan فَيُقَالُ لَهُ: انْظُرْ إِلَى مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ، قَدْ أَبْدَلَكَ اللَّهُ بِهِ مَقْعَدًا فِي الْجَنَّةِ yang artinya “Maka dikatakan kepadanya: Lihatlah tempat dudukmu di neraka, sungguh Allah telah menggantikannya untukmu dengan tempat duduk di surga” memperlihatkan kemurahan Allah kepada orang yang beriman. Bahkan sebelum kiamat, ia sudah mendapatkan kabar gembira. Melihat tempat di neraka yang seharusnya menjadi tempatnya membuatnya lebih bersyukur atas karunia Allah yang telah menyelamatkannya.9. Kesadaran Mayit atas Akhirnya
Dalam perkataan فَيَرَاهُمَا جَمِيعًا atau “maka ia melihat keduanya sekaligus”, dijelaskan bahwa mayit diperlihatkan dua tempat: neraka yang seharusnya menjadi tempatnya, dan surga yang Allah hadiahkan sebagai pengganti. Ini menjadi bentuk nyata balasan dan penegasan atas keadilan serta rahmat Allah. Hal ini memberi pelajaran bahwa apa pun yang kita lakukan di dunia akan berbuah sangat nyata di akhirat.10. Kabar Gembira untuk Orang Beriman, Ancaman Bagi yang Tidak Beriman
Hadits ini secara keseluruhan memberikan kabar gembira bagi orang beriman, karena jawaban yang benar akan membawa kedamaian dan kenikmatan sejak di alam kubur. Namun sebaliknya, hadits ini juga menjadi peringatan keras bagi orang yang tidak beriman atau yang ragu terhadap kenabian Muhammad ﷺ. Mereka tidak akan mampu menjawab dan akan mendapatkan azab kubur sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lain.النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أُمِرْتُمْ أَنْ تُعَادُوا الْقُبُورَ فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ
(Artinya: Nabi ﷺ bersabda: Aku perintahkan kalian untuk menziarahi kubur, karena ziarah itu mengingatkan pada akhirat) – HR. Muslim
11. Pentingnya Mengenal dan Mengikuti Rasulullah ﷺ Semasa Hidup
Hadits ini menekankan bahwa jawaban atas pertanyaan di kubur bergantung pada pemahaman dan kecintaan kita terhadap Rasulullah ﷺ. Maka penting bagi setiap Muslim untuk mengenal beliau, meneladani sunnahnya, dan mengamalkan ajarannya. Orang yang hanya mengenal beliau secara nama, tapi tidak mengikuti ajarannya, akan kesulitan di kubur.12. Keimanan Harus Dibuktikan dalam Kehidupan Dunia
Mengaku beriman kepada Rasulullah ﷺ tidak cukup hanya di lisan, tapi harus dibuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang jujur dalam imannya akan diberi kemudahan untuk menjawab di alam kubur. Maka amal kebaikan, ketulusan, dan konsistensi menjalankan sunnah menjadi bekal utama untuk menghadapi ujian ini.Secara keseluruhan, hadits ini memberi gambaran nyata tentang peristiwa setelah kematian, khususnya tentang ujian di alam kubur yang menyoroti sejauh mana seseorang mengenal dan beriman kepada Rasulullah ﷺ. Ia menjadi kabar gembira sekaligus peringatan agar kita mempersiapkan diri dengan ilmu, iman, dan amal saleh sejak di dunia.
Penutup
Kajian
Setelah kita menyimak dan merenungi isi hadits yang agung ini, kita semakin sadar bahwa kehidupan tidak berhenti di liang lahat. Hadits ini memberikan kepada kita gambaran nyata tentang fase awal kehidupan akhirat, yaitu alam kubur, yang akan dilalui oleh setiap manusia. Di sana, kita akan dihadapkan pada ujian yang sangat menentukan: apakah kita benar-benar beriman kepada Rasulullah ﷺ, dan apakah keimanan itu diwujudkan dalam kehidupan kita di dunia.
Faedah besar dari hadits ini adalah bahwa amal dan iman yang tulus kepada Allah dan Rasul-Nya akan menjadi penyelamat di saat semua makhluk meninggalkan kita. Hadits ini mengajarkan pentingnya mengenal Rasulullah ﷺ, mencintainya, mengikuti sunnahnya, dan menjadikan beliau sebagai teladan dalam hidup. Karena hanya orang yang mengenal beliau dengan benar dan mengikuti ajarannya yang akan mampu menjawab dengan yakin dan selamat dalam ujian kubur.
Harapannya, setelah mengikuti kajian ini, kita semua bisa membawa pulang pemahaman yang utuh dan mendalam tentang hakikat kehidupan setelah mati. Mari kita jadikan hadits ini sebagai pengingat harian untuk terus memperkuat keimanan, memperbanyak amal saleh, dan menjaga komitmen kita terhadap ajaran Islam. Semoga kelak, ketika malaikat datang menghampiri, kita termasuk orang-orang yang mampu menjawab dengan mantap, dan mendapat kabar gembira tempat di surga sebagai balasan dari iman dan amal kita selama di dunia.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يُبَشَّرُ فِي قَبْرِهِ، وَيُقَالُ لَهُ: هٰذَا مَقْعَدُكَ مِنَ الْجَنَّةِ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang diberi kabar gembira di dalam kuburnya, dan dikatakan kepadanya: inilah tempatmu di surga.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ