Hadits: Tuntunan Memilih Hewan dan Adab Berqurban

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Bapak-ibu, saudara-saudari sekalian yang dirahmati Allah, seringkali di masyarakat kita melihat bahwa ibadah kurban, meski rutin dilakukan setiap tahun, kadang hanya dianggap sebagai rutinitas belaka. Ada yang sekadar membeli hewan, menyerahkan kepada panitia, lalu selesai. Namun, pernahkah kita merenungkan, bagaimana Rasulullah ﷺ berkurban? Apakah ada detail-detail yang luput dari perhatian kita?

Hadits yang akan kita kaji malam ini, sebuah riwayat dari Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha, adalah mutiara berharga yang akan membuka mata kita tentang kesempurnaan ibadah kurban. Di tengah kesibukan persiapan Idul Adha, kita perlu sejenak berhenti dan belajar langsung dari teladan terbaik, Nabi Muhammad ﷺ.

Mengapa hadits ini begitu penting untuk kita pelajari? 

Pertama, banyak dari kita mungkin belum memahami kriteria hewan kurban yang ideal menurut sunnah. Apakah asal bertanduk saja sudah cukup? Atau ada ciri-ciri khusus lainnya yang justru menjadi anjuran Nabi ﷺ? 

Kedua, hadits ini mengajarkan kita tentang adab menyembelih yang seringkali terabaikan. Bagaimana memastikan hewan tidak tersiksa? Apa doa yang diucapkan Nabi ﷺ saat menyembelih? Terkadang, kita melihat penyembelihan yang kurang memperhatikan etika ini, padahal Islam sangat menjunjung tinggi kasih sayang terhadap makhluk hidup.

Lebih dari itu, hadits ini juga menunjukkan bagaimana keluarga Nabi ﷺ terlibat dalam ibadah ini. Ini bukan sekadar ibadah individu, melainkan juga ajang untuk mengajarkan dan melibatkan orang-orang terdekat dalam kebaikan. Terakhir, yang paling penting, hadits ini mengandung doa agung Nabi ﷺ yang tidak hanya untuk diri beliau, melainkan juga untuk seluruh keluarga dan umatnya. Ini menunjukkan betapa besar kepedulian dan rahmat Nabi ﷺ kepada kita.

Dengan memahami hadits ini secara mendalam, kita tidak hanya akan melaksanakan kurban secara sah, tetapi juga dengan semangat dan pemahaman yang lebih dalam, meneladani setiap gerak-gerik Rasulullah ﷺ. Semoga kajian malam ini membawa keberkahan dan menambah bekal ilmu kita dalam menyambut Hari Raya Idul Adha. Mari kita simak dengan seksama, semoga Allah mudahkan pemahaman kita.


Dari Aisyah radhiyallahu 'anha:

 أنَّ رَسولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ أمَرَ بكَبْشٍ أقْرَنَ يَطَأُ في سَوَادٍ، ويَبْرُكُ في سَوَادٍ، ويَنْظُرُ في سَوَادٍ، فَأُتِيَ به لِيُضَحِّيَ به، فَقالَ لَهَا: يا عَائِشَةُ، هَلُمِّي المُدْيَةَ، ثُمَّ قالَ: اشْحَذِيهَا بحَجَرٍ، فَفَعَلَتْ: ثُمَّ أخَذَهَا، وأَخَذَ الكَبْشَ فأضْجَعَهُ، ثُمَّ ذَبَحَهُ، ثُمَّ قالَ: باسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِن مُحَمَّدٍ، وآلِ مُحَمَّدٍ، ومِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ، ثُمَّ ضَحَّى بهِ.

Rasulullah memerintahkan untuk didatangkan seekor kambing jantan bertanduk, yang telapak kakinya hitam, perutnya hitam, dan sekitar matanya hitam. Kemudian kambing itu didatangkan kepada beliau untuk disembelih sebagai kurban. Beliau lalu berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, bawakan pisau." Kemudian beliau berkata, "Asahlah pisau itu dengan batu." Aisyah pun melakukannya. Kemudian beliau mengambil pisau itu dan mengambil kambing tersebut, lalu merebahkannya. Setelah itu, beliau menyembelihnya seraya mengucapkan, "Dengan nama Allah. Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad." Kemudian beliau berkurban dengan kambing tersebut.

HR. Muslim (1967).


Arti dan Penjelasan per Perkataan


أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ، وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ، وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ

Memerintahkan untuk didatangkan seekor kambing jantan bertanduk, yang telapak kakinya hitam, perutnya hitam, dan sekitar matanya hitam.

Perkataan ini menjelaskan kriteria fisik kambing yang dipilih Rasulullah untuk kurban. 

Kambing yang dipilih adalah kabsh (domba jantan dewasa), bukan kambing betina atau jenis hewan kurban lainnya. Sifat aqran (bertanduk) menunjukkan kekuatan dan kesempurnaan fisik. 

Adanya tiga ciri warna hitam (yatha’u fi sawadin, yabruku fi sawadin, yanzhuru fi sawadin) yaitu pada kaki, perut, dan sekitar mata, menunjukkan bahwa kambing tersebut adalah kambing yang istimewa, mungkin menandakan kesempurnaan atau keindahan yang dianjurkan dalam pemilihan hewan kurban. 

Pemilihan hewan kurban dengan ciri-ciri tertentu ini menunjukkan perhatian Rasulullah terhadap kualitas hewan yang akan dikurbankan.


فَأُتِيَ بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ

Kemudian kambing itu didatangkan kepada beliau untuk disembelih sebagai kurban.

Perkataan ini menunjukkan tujuan didatangkannya kambing tersebut, yaitu untuk disembelih sebagai kurban. 

Hal ini menggarisbawahi aspek ibadah dari tindakan tersebut. Ini adalah langkah awal dalam proses pelaksanaan ibadah kurban.


فَقَالَ لَهَا: يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ

Beliau lalu berkata kepada Aisyah, "Wahai Aisyah, bawakan pisau."

Perkataan ini menunjukkan peran serta keluarga dalam ibadah kurban. 

Meminta Aisyah untuk membawa pisau menunjukkan keterlibatan beliau dalam persiapan ibadah ini. 

Ini juga bisa mengindikasikan bahwa pisau tersebut adalah pisau yang biasa digunakan di rumah tangga beliau.


ثُمَّ قَالَ: اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ، فَفَعَلَتْ

Kemudian beliau berkata, "Asahlah pisau itu dengan batu." Aisyah pun melakukannya.

Perkataan ini menekankan pentingnya mengasah pisau sebelum menyembelih. 

Tindakan mengasah pisau dengan batu menunjukkan praktik yang sederhana namun esensial untuk memastikan ketajaman pisau. 

Tujuan dari mengasah pisau adalah untuk memastikan penyembelihan berjalan dengan cepat dan tidak menyiksa hewan. 

Ini adalah bagian dari adab menyembelih dalam Islam.


ثُمَّ أَخَذَهَا، وَأَخَذَ الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ

Kemudian beliau mengambil pisau itu dan mengambil kambing tersebut, lalu merebahkannya.

Perkataan ini menggambarkan tindakan Rasulullah ﷺ  dalam mempersiapkan penyembelihan. 

Mengambil pisau menunjukkan kesiapan beliau untuk menyembelih sendiri.

Tindakan menggulingkan atau merebahkan kambing dengan lembut merupakan bagian dari adab menyembelih.

Ini menunjukkan sikap kasih sayang terhadap hewan yang akan dikurbankan, meminimalkan rasa sakit atau ketakutan.


ثُمَّ ذَبَحَهُ، ثُمَّ قَالَ: بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ

Setelah itu, beliau menyembelihnya seraya mengucapkan, "Dengan nama Allah. Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad."

Perkataan ini adalah inti dari proses penyembelihan dan doa kurban. Ucapan "Bismillah" (dengan nama Allah) adalah syarat sah penyembelihan dalam Islam. 

Doa "Allahumma taqabbal min Muhammadin, wa ali Muhammadin, wa min ummati Muhammadin" menunjukkan keikhlasan dan harapan akan diterimanya ibadah kurban. 

Doa ini tidak hanya untuk diri beliau, tetapi juga meliputi keluarga beliau dan seluruh umatnya, menunjukkan kepemimpinan dan rahmat beliau sebagai Nabi. 

Ini menjadi dalil bahwa seseorang dapat mengikutsertakan orang lain dalam pahala kurbannya.


ثُمَّ ضَحَّى بِهِ

Kemudian beliau berkurban dengan kambing tersebut.

Perkataan ini menegaskan bahwa tindakan tersebut adalah ibadah kurban (udhiyyah). 

Ini mengakhiri rangkaian proses ibadah kurban yang dilakukan oleh Rasulullah

Ini menunjukkan penyelesaian ritual kurban sesuai dengan syariat.


Syarah Hadits


النَّحرُ والأُضحيَّةُ مِن شَعائرِ اللهِ يومَ عيدِ الأضْحَى

Penyembelihan (Nahr) dan kurban adalah bagian dari syiar-syiar Allah pada hari Idul Adha.

، وفيه تَقرُّبٌ إلى اللهِ بالأضاحيِّ، وتَشبُّهٌ بالحُجَّاجِ الَّذين أهْدَوا إلى البيتِ وذَبَحوا تَقرُّبًا للهِ،

Di dalamnya terdapat upaya mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih hewan kurban, dan menyerupai para jamaah haji yang mempersembahkan hewan sembelihan (hadyu) di Baitullah dan menyembelihnya sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah.

 وقدْ علَّمَ النَّبيُّ الكريمُ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أُمَّتَه سُننَ وآدابَ الأُضحيَّةِ.

Nabi yang mulia telah mengajarkan umatnya sunnah-sunnah dan adab-adab berkurban.


وفي هذا الحديثِ تَرْوي أمُّ المؤمِنينَ عائشةُ رَضيَ اللهُ عنها أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ كان يُضحِّي،

Dalam hadits ini, Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu 'anha meriwayatkan bahwa Nabi biasa berkurban, dan beliau menyembelih sendiri.

 وكان يَذبَحُ بنَفْسِه، فَقدْ أَمَرَ بِكَبْشٍ، وهُوَ الذَّكَرُ منَ الضَّأنِ، أقرَنَ، وهو الَّذي له قَرْنانِ، يَطأُ في سَوادٍ، أي: إنَّ قَوائمَه لَونُها أَسودُ وكَذلكَ البطنُ، وهُو مَعنى قَولِه: «ويَبرُكُ في سَوادٍ»،

Beliau memerintahkan untuk didatangkan seekor domba jantan, yaitu jantan dari jenis domba, yang bertanduk, yaitu yang memiliki dua tanduk. "Yatha'u fi sawadin" (telapak kakinya hitam), artinya adalah kakinya berwarna hitam, demikian pula perutnya, dan inilah makna dari perkataan beliau: "wa yabruku fi sawadin" (perutnya hitam).

وقَولُه: «يَنظُرُ في سَوادٍ» معناه أنَّ عَيْنَه وما حَولَها لَونُها أَسودُ كذلك،

Dan perkataan beliau: "yanzhuru fi sawadin" (matanya hitam) artinya adalah matanya dan area di sekitarnya juga berwarna hitam.

وقيل: إنَّ هذه المواضعَ منها سُودٌ وما عَداها أبيَضُ.

Dikatakan bahwa bagian-bagian ini berwarna hitam, sedangkan selainnya berwarna putih.

، واختارَ ذلك لحُسنِ مَنظَرِه وشَحمِه وطِيبِ لَحْمِه؛ لأنَّه نوعٌ يَتميَّزُ عن جِنسِه

Beliau memilih demikian karena keindahan penampilannya, banyaknya lemak, dan lezatnya dagingnya, karena itu adalah jenis yang istimewa dari jenisnya.


فلمَّا أُتِيَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بهذا الكبْشِ، قال صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لعائشَةَ: هَلُمِّي، أي: أعْطِيني المُديةَ، وهي السِّكِّينُ الَّتي سيَذبَحُ بها صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ الكَبْشَ،

Maka, ketika kambing itu didatangkan kepada Nabi , beliau bersabda kepada Aisyah: "Halummi," yaitu: "Berikan padaku pisau (al-mudyah)," yaitu pisau yang akan beliau gunakan untuk menyembelih kambing tersebut.

فلمَّا أَتَتْهُ بها قال: اشْحَذِيها، أي: حَدِّدِيها بحَجَرٍ؛ وذَلكَ لِيكونَ أَرْفَقَ بالكَبْشِ عندَ ذَبحِه بالإجهازِ عليها وتَركِ التَّعذيبِ،

Ketika Aisyah membawakannya, beliau bersabda: "Isyhadziha," yaitu: "Tajamkanlah dengan batu." Itu adalah agar lebih lembut terhadap kambing saat disembelih dengan menyelesaikannya dengan cepat dan tidak menyiksanya.

 ثُمَّ أخَذَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ السِّكِّينَ، وأخَذَ الكَبشَ فأَضْجَعَه، أي: أنامَهُ على جَنبِه على الأرضِ وأراحَهُ،

Kemudian Nabi mengambil pisau, lalu mengambil kambing dan merebahkannya, yaitu menidurkannya di atas lambungnya di tanah dan menenangkannya.

 وهَذا منَ الرِّفقِ به، وفيه أنَّ شَحْذَ السِّكِّينِ يَكونُ قَبْلَ إِضجاعِ الحَيوانِ للذَّبحِ، وهذا مِنَ الرِّفقِ به أيضًا،

dan ini juga termasuk kelembutan terhadap hewan. Ini adalah bagian dari kelembutan terhadap hewan. Dalam hal ini, mengasah pisau dilakukan sebelum merebahkan hewan untuk disembelih,

 ثُمَّ ذَبحَه، ثُمَّ قال: بِسمِ اللهِ. وهذا الكَلامُ فيه تَقديمٌ وتَأخيرٌ، أي: إنَّه صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ أَضجَعَ الكَبْشَ ثُمَّ ذَبحَه قائلًا: بِسمِ اللهِ.

Kemudian beliau menyembelihnya, lalu mengucapkan: "Bismillah." Kalimat ini mengandung urutan yang maju-mundur, artinya beliau merebahkan kambing, kemudian menyembelihnya seraya mengucapkan: "Bismillah."


وقَولُه صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: (اللَّهمَّ تَقَبَّلْ مِن محمَّدٍ وآلِ مُحمَّدٍ ومِن أُمَّةِ مُحمَّدٍ) دُعاءٌ بقَبولِ العَملِ مِنه ومِن آلِه ومِن أُمَّتِه.

Dan sabda beliau : (Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad) adalah doa agar amal tersebut diterima dari beliau, dari keluarganya, dan dari umatnya.


وفي الحديثِ: أنَّ المُضحِّيَ له أنْ يُباشِرَ الذَّبْحَ بنَفسِه.

Dalam hadits ini terdapat pelajaran: Bahwa orang yang berkurban boleh menyembelih sendiri.


وفيه: الأمرُ بِسَنِّ آلةِ الذَّبحِ.

Dan di dalamnya terdapat pelajaran: Perintah untuk menajamkan alat sembelih.


وفيه: أنَّ الرَّسولَ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ ضَحَّى عن نَفسِه وعن آلِه وأُمَّتِه ممَّن لم يُضَحِّ منهم.

Dan di dalamnya terdapat pelajaran: Bahwa Rasulullah berkurban untuk dirinya, keluarganya, dan umatnya dari kalangan mereka yang belum berkurban.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/152432


Pelajaran dari Hadits ini


1. Memilih Hewan Kurban yang Terbaik

Perkataan Rasulullah ﷺ:  أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ يَطَأُ فِي سَوَادٍ، وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ، وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ (Memerintahkan untuk didatangkan seekor kambing jantan bertanduk, yang telapak kakinya hitam, perutnya hitam, dan sekitar matanya hitam) mengajarkan kepada kita pentingnya memilih hewan kurban yang berkualitas baik. Rasulullah ﷺ memilih domba jantan yang bertanduk dan memiliki ciri-ciri fisik yang istimewa. Ini bukan sekadar preferensi, tetapi menunjukkan bahwa dalam beribadah kepada Allah, kita seyogyanya mempersembahkan yang terbaik dari apa yang kita miliki. Hewan yang sehat, tidak cacat, dan memiliki ciri-ciri yang sempurna akan lebih baik dan besar pahalanya di sisi Allah.


2. Niat yang Jelas dalam Beribadah

Ketika kambing itu didatangkan kepada beliau, tujuannya jelas: لِيُضَحِّيَ بِهِ (untuk disembelih sebagai kurban). Pelajaran ini menekankan bahwa setiap ibadah yang kita lakukan harus disertai dengan niat yang jelas dan ikhlas. Niat adalah pondasi dari setiap amal perbuatan. Tanpa niat yang benar, amal ibadah kita mungkin tidak bernilai di sisi Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Artinya: (Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.)


3. Keterlibatan Keluarga dalam Kebaikan

Rasulullah ﷺ berkata kepada istrinya, Aisyah: يَا عَائِشَةُ، هَلُمِّي الْمُدْيَةَ (Wahai Aisyah, bawakan pisau). Perkataan ini menunjukkan bahwa dalam kebaikan dan ibadah, anggota keluarga dapat dilibatkan. Keterlibatan ini tidak hanya meringankan beban, tetapi juga menumbuhkan semangat kebersamaan dalam beribadah dan mengajarkan nilai-nilai agama kepada seluruh anggota keluarga. Ini adalah contoh bagaimana rumah tangga Rasulullah ﷺ menjadi lingkungan yang penuh dengan pembelajaran dan praktik kebaikan.


4. Menjamin Kesejahteraan Hewan dan Profesionalisme

Rasulullah ﷺ memerintahkan Aisyah: اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ، فَفَعَلَتْ (Asahlah pisau itu dengan batu. Aisyah pun melakukannya). Ini adalah pelajaran penting tentang adab dalam menyembelih. Mengasah pisau hingga tajam adalah upaya untuk memastikan hewan tidak tersiksa saat disembelih. Islam mengajarkan belas kasihan terhadap hewan, bahkan saat menyembelihnya untuk konsumsi atau kurban. Pisau yang tajam akan mempercepat proses penyembelihan, mengurangi rasa sakit hewan, dan memastikan darah mengalir sempurna. Ini juga menunjukkan profesionalisme dan perhatian terhadap detail dalam melaksanakan syariat.

Sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

Artinya: (Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (kebaikan) atas segala sesuatu. Apabila kalian membunuh, maka berbuat baiklah dalam cara membunuh. Apabila kalian menyembelih, maka berbuat baiklah dalam cara menyembelih. Hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya dan menyenangkan sembelihannya.)


5. Melafazkan Nama Allah dan Berdoa saat Menyembelih

Setelah menyembelih, Rasulullah ﷺ mengucapkan: بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ (Dengan nama Allah. Ya Allah, terimalah (kurban ini) dari Muhammad, keluarga Muhammad, dan dari umat Muhammad). Pelajaran ini sangat fundamental. Mengucapkan "Bismillah" saat menyembelih adalah keharusan dalam Islam, menegaskan bahwa tindakan ini dilakukan atas nama dan izin Allah. Doa setelahnya menunjukkan kerendahan hati dan harapan agar amal ibadah kita diterima oleh Allah. Lebih jauh lagi, doa Rasulullah ﷺ yang mencakup diri beliau, keluarga, dan seluruh umatnya menunjukkan keagungan dan kasih sayang beliau kepada umatnya. Ini juga menjadi dasar bahwa kurban seseorang dapat diniatkan untuk orang lain atau untuk seluruh umat.


6. Pentingnya Praktik Ibadah yang Benar

Seluruh rangkaian hadits ini, dari pemilihan hewan, persiapan, hingga penyembelihan dan doa, diakhiri dengan perkataan: ثُمَّ ضَحَّى بِهِ (Kemudian beliau berkurban dengan kambing tersebut). Ini adalah penutup yang menegaskan bahwa semua langkah tersebut adalah bagian dari ibadah kurban yang dilakukan dengan sempurna sesuai syariat. Pelajaran ini mengajarkan kita pentingnya melaksanakan ibadah dengan benar, mengikuti tuntunan Nabi ﷺ, agar ibadah kita sah dan diterima di sisi Allah.


7. Keutamaan Berkurban untuk Umat

Doa Rasulullah ﷺ: اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ، وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ secara khusus menunjukkan betapa luasnya rahmat dan kepedulian beliau. Meskipun kurban adalah ibadah pribadi, beliau memperluas cakupan doanya untuk mencakup seluruh umatnya. Ini menunjukkan bahwa beliau adalah rahmat bagi semesta alam dan senantiasa memikirkan umatnya. Kita sebagai umat beliau juga diajarkan untuk memiliki kepedulian sosial dan niat kebaikan yang meluas, tidak hanya untuk diri sendiri.


8. Teladan Pemimpin dalam Beribadah

Hadits ini juga memberikan contoh langsung tentang bagaimana seorang pemimpin (Rasulullah ﷺ) tidak hanya memerintahkan, tetapi juga terlibat langsung dalam pelaksanaan ibadah. Beliau tidak ragu untuk mengambil pisau, merebahkan hewan, dan menyembelihnya sendiri. Ini menunjukkan keteladanan dalam beramal, bahwa ibadah adalah tanggung jawab setiap individu, termasuk para pemimpin.


Secara keseluruhan, hadits ini adalah panduan lengkap tentang tata cara berkurban yang sesuai sunnah, mulai dari pemilihan hewan terbaik, persiapan yang cermat termasuk mengasah pisau demi kesejahteraan hewan, keterlibatan keluarga dalam kebaikan, hingga pelaksanaan penyembelihan dengan menyebut nama Allah dan memanjatkan doa yang meliputi diri, keluarga, dan seluruh umat. Hadits ini menegaskan pentingnya niat tulus, praktik yang benar, dan kepedulian luas dalam beribadah.


Penutupan Kajian


 Alhamdulillah, tidak terasa kita telah sampai di penghujung kajian malam ini. Dari pemahaman kita terhadap hadits Aisyah radhiyallahu 'anha ini, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga yang melampaui sekadar ritual penyembelihan.

Kita belajar bahwa kurban bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi tentang mempersembahkan yang terbaik dari apa yang kita miliki kepada Allah, sebagaimana Nabi ﷺ memilih domba dengan ciri-ciri sempurna. Kita juga diingatkan akan pentingnya niat yang tulus dalam setiap ibadah, dan bagaimana melibatkan keluarga dalam kebaikan dapat memperkuat ikatan dan mengajarkan nilai-nilai luhur. Yang tidak kalah penting, kita memahami adab mulia Rasulullah ﷺ dalam menyembelih, yaitu dengan memastikan pisau setajam mungkin dan merebahkan hewan dengan penuh kasih sayang, demi mengurangi penderitaannya. Ini adalah cerminan ajaran Islam yang penuh rahmat bahkan terhadap hewan. Dan yang paling mengharukan, kita mengetahui bahwa doa Rasulullah ﷺ saat berkurban itu begitu luas, mencakup diri beliau, keluarga, hingga seluruh umatnya, menunjukkan betapa besar cinta beliau kepada kita.

Harapan kami, semoga setelah mengkaji hadits ini, kita tidak lagi memandang kurban sebagai kewajiban semata, melainkan sebagai ibadah yang penuh makna dan keberkahan. Mari kita terapkan pelajaran-pelajaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari mempersiapkan kurban dengan lebih baik, melibatkan keluarga, hingga meneladani adab penyembelihan yang penuh ihsan. Semoga kurban kita di tahun ini, dan di tahun-tahun mendatang, diterima oleh Allah SWT, menjadi bentuk ketakwaan yang murni, dan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Amin ya Rabbal Alamin.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers