Hadits: Nasehat Untuk Menahan Amarah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
وَالحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بَعَثَ نَبِيَّهُ هَادِيًا وَمُعَلِّمًا،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ،
وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ
الدِّينِ.
Segala
puji bagi Allah yang telah mengutus nabi-Nya sebagai pemberi petunjuk dan
pengajar. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah,
satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah
hamba dan utusan-Nya. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya,
kepada keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka
dengan baik hingga hari kiamat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Setiap manusia pasti pernah merasakan marah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali menghadapi situasi yang memancing emosi, baik dalam keluarga, lingkungan kerja, maupun dalam interaksi sosial. Banyak dari kita yang mudah tersulut amarah hanya karena perbedaan pendapat, kesalahan kecil, atau bahkan hal-hal sepele yang sebenarnya bisa disikapi dengan lebih bijak.
Namun, sadarkah kita bahwa kemarahan yang tidak terkendali bisa menimbulkan dampak yang sangat besar? Banyak hubungan yang retak karena ucapan yang terlepas saat marah. Tidak sedikit orang yang menyesal seumur hidup karena perbuatan yang dilakukan dalam keadaan emosi. Bahkan, berapa banyak kasus pertengkaran, perceraian, dan permusuhan yang bermula dari amarah yang tidak bisa dikontrol?
Inilah mengapa tema kajian kita hari ini sangat penting. Kita akan membahas sebuah hadits singkat namun penuh hikmah, di mana Rasulullah ﷺ memberikan nasihat emas kepada seorang sahabat yang meminta wasiat, dengan satu kalimat yang begitu mendalam: "Jangan marah!"
Dalam kajian ini, kita akan memahami:
- Mengapa amarah bisa menjadi sumber berbagai keburukan dalam kehidupan?
- Bagaimana Islam mengajarkan cara mengendalikan emosi agar tidak merusak diri sendiri dan orang lain?
- Apa saja tips dari Rasulullah ﷺ dalam menghadapi kemarahan?
- Bagaimana menanamkan sifat sabar dan kelembutan dalam diri kita?
Semoga dengan mengikuti kajian ini, kita semua dapat menjadi pribadi yang lebih tenang, lebih sabar, dan lebih mampu mengendalikan diri dalam menghadapi berbagai ujian kehidupan. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang memiliki akhlak yang indah dan menjaga hati kita dari amarah yang merusak.
Mari kita simak kajian ini dengan hati yang lapang, semoga ilmu yang kita pelajari hari ini membawa manfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
----
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:
أنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لَا تَغْضَبْ. فَرَدَّدَ مِرَارًا،
قَالَ: لَا تَغْضَبْ.
"Seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ: 'Berilah aku wasiat (nasihat).'
Beliau bersabda: 'Jangan marah!'
Orang itu mengulanginya beberapa kali, lalu Nabi ﷺ tetap bersabda:
'Jangan marah!'"
(HR. Al-Bukhari, no. 6116)
Arti dan Penjelasan Per Kalimat
أنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Seorang laki-laki berkata kepada Nabi ﷺ
Perkataan ini menunjukkan adanya interaksi langsung antara seorang sahabat dan Rasulullah ﷺ.
Ini menggambarkan semangat para sahabat dalam mencari petunjuk hidup dari Nabi secara langsung.
Mereka tidak hanya ingin ilmu umum, tapi juga wasiat pribadi yang sesuai dengan kondisi mereka.
Dalam tradisi Islam, bertanya kepada Nabi merupakan sarana memperoleh petunjuk yang paling tepat.
Ini juga mengisyaratkan bahwa orang tersebut merasa ada sesuatu dalam dirinya yang perlu diperbaiki, sehingga dia meminta nasihat langsung dari Nabi ﷺ.
أَوْصِنِي
Berilah aku wasiat.
Permintaan ini mengandung makna mendalam: bahwa orang tersebut tidak hanya ingin pengetahuan, tetapi nasihat hidup yang bersifat pribadi dan berkesan.
Kata "أَوْصِنِي" berasal dari kata “وصية” yang secara bahasa berarti perintah, pesan, atau amanah yang sangat penting.
Ini juga menunjukkan bahwa sahabat itu menghendaki nasihat yang singkat namun padat makna, mudah diingat dan diamalkan.
Wasiat yang diminta bukan sembarang nasihat, melainkan sesuatu yang bisa menjadi prinsip hidup.
Ini mencerminkan keinginan tulus untuk memperbaiki diri dan menempuh jalan yang diridhai Allah.
قَالَ: لَا تَغْضَبْ
Beliau bersabda: Jangan marah.
Jawaban Nabi ﷺ sangat singkat, namun sarat makna dan mencerminkan kebijaksanaan luar biasa.
Marah adalah pintu dari banyak keburukan; dengan mengendalikannya, seseorang bisa terhindar dari dosa-dosa besar seperti kekerasan, ucapan buruk, bahkan kekufuran.
Larangan ini bukan berarti marah secara mutlak haram, karena dalam beberapa konteks marah bisa dibenarkan secara syar’i.
Namun, Nabi ﷺ menekankan agar jangan sampai marah menguasai dan mengendalikan diri kita.
Ini juga menunjukkan bahwa nasihat terbaik kadang justru adalah yang paling sederhana namun aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.
فَرَدَّدَ مِرَارًا
Lalu ia mengulang-ulang permintaannya beberapa kali.
Perkataan ini menunjukkan bahwa sahabat tersebut ingin nasihat tambahan, seolah merasa satu kalimat belum cukup untuk mengubah dirinya.
Ia mungkin berharap ada tambahan wasiat yang lebih luas atau lebih detail. Namun, pengulangan ini justru menegaskan urgensi dan pentingnya nasihat yang sudah diberikan.
Dalam konteks pendidikan, pengulangan seperti ini biasa digunakan untuk menegaskan bahwa satu pelajaran saja, bila diamalkan dengan sungguh-sungguh, bisa mengubah hidup.
Ini juga menunjukkan keteguhan sahabat dalam mencari petunjuk dan kesungguhan Nabi ﷺ dalam memberikan jawaban yang paling sesuai.
قَالَ: لَا تَغْضَبْ
Beliau bersabda: Jangan marah.
Pengulangan Nabi ﷺ atas nasihat yang sama memperkuat pesan bahwa pengendalian amarah adalah inti dari banyak kebaikan. Ini menunjukkan bahwa terkadang satu nasihat adalah kunci untuk menyelesaikan banyak masalah lain dalam kehidupan. Ketegasan Nabi ﷺ dalam mengulangi “Lā taghdab” memperlihatkan betapa pentingnya aspek pengendalian diri dalam Islam. Rasulullah ﷺ mengetahui kondisi batin sahabat tersebut, dan memilihkan wasiat yang paling tepat baginya. Ini juga menunjukkan bahwa satu karakter buruk dapat menjadi sumber bagi keburukan lain, dan memperbaikinya menjadi jalan menuju kesempurnaan akhlak.
Syarah Hadits
الغَضَبُ غَرِيزَةٌ
Marah adalah naluri...
رَكَّبَهَا اللَّهُ فِي طَبِيعَةِ الإِنسَانِ
... yang Allah tanamkan dalam sifat manusia.
وَهُوَ: تَغَيُّرٌ يَحْصُلُ عِندَ فَوَرَانِ
دَمِ القَلْبِ
Dan marah adalah perubahan yang terjadi saat darah di dalam hati mendidih...
لِيَحْصُلَ عَنْهُ التَّشَفِّي فِي الصَّدْرِ
... sehingga muncul keinginan untuk melampiaskan perasaan dalam dada.
وَالنَّاسُ مُتَفَاوِتُونَ فِي مَبْدَئِهِ
وَأَثَرِهِ
Dan manusia berbeda-beda dalam penyebab munculnya dan dampaknya.
وَمِنْ ثَمَّ كَانَ مِنْهُ مَا هُوَ
مَحْمُودٌ، وَمَا هُوَ مَذْمُومٌ
Oleh karena itu, ada kemarahan yang terpuji dan ada pula yang tercela.
فَمَنْ كَانَ غَضَبُهُ فِي الحَقِّ، وَلَا
يَجُرُّهُ لِمَا يُفْسِدُ عَلَيْهِ دِينَهُ وَدُنْيَاهُ، فَهُوَ غَضَبٌ مَحْمُودٌ
Maka, siapa yang marahnya dalam kebenaran, dan tidak menyeretnya pada kerusakan
agama dan dunianya, maka itu adalah marah yang terpuji.
وَمَنْ كَانَ غَضُوبًا فِي البَاطِلِ، أَوْ
لَا يَسْتَطِيعُ التَّحَكُّمَ فِي غَضَبِهِ إِذَا غَضِبَ، وَيَجُرُّهُ الغَضَبُ
لِتَجَاوُزِ الحَدِّ، وَإِفْسَادِ دِينِهِ وَدُنْيَاهُ؛ فَهَذَا غَضَبٌ مَذْمُومٌ
Dan siapa yang marah dalam kebatilan, atau tidak bisa mengendalikan dirinya
saat marah, serta kemarahannya menyeretnya melampaui batas dan merusak agama
serta dunianya, maka itu adalah marah yang tercela.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَحْكِي أَبُو
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dalam hadits ini, Abu Hurairah رضي الله عنه menceritakan...
أَنَّ رَجُلًا -اسْمُهُ جَارِيَةُ بْنُ
قُدَامَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- طَلَبَ الوَصِيَّةَ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
... bahwa seorang laki-laki—namanya Jariyah bin Qudamah رضي الله عنه—meminta
nasihat kepada Nabi ﷺ.
فَأَوْصَاهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَلَّا يَغْضَبَ
Maka Nabi ﷺ menasihatinya dengan berkata: "Jangan marah!"
وَهُوَ مَحْمُولٌ عَلَى الغَضَبِ المَذْمُومِ
Dan ini diarahkan pada kemarahan yang tercela.
وَقِيلَ: لَعَلَّ السَّائِلَ كَانَ غَضُوبًا
Dikatakan bahwa mungkin orang yang bertanya ini adalah seorang yang pemarah.
وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَنْصَحُ كُلَّ وَاحِدٍ مِنْ أَصْحَابِهِ بِمَا هُوَ أَوْلَى بِهِ
وَيَحْتَاجُهُ
Dan Nabi ﷺ biasa menasihati setiap sahabatnya sesuai dengan apa yang lebih
utama baginya dan yang dibutuhkannya.
فَلِهَذَا اقْتَصَرَ فِي وَصِيَّتِهِ لَهُ
عَلَى تَرْكِ الغَضَبِ
Oleh karena itu, beliau hanya memberi wasiat kepadanya untuk meninggalkan
marah.
وَقِيلَ: مَعْنَاهُ: اجْتَنِبْ أَسْبَابَ
الغَضَبِ، وَلَا تَتَعَرَّضْ لِمَا يَجْلِبُهُ
Dikatakan bahwa maksudnya adalah: Hindarilah penyebab marah dan jangan
menghadapkan diri pada hal-hal yang dapat menimbulkan marah.
وَأَمَّا الغَضَبُ نَفْسُهُ فَلَا يَتَأَتَّى
النَّهْيُ عَنْهُ؛ لِأَنَّهُ أَمْرٌ طَبَعِيٌّ لَا يَزُولُ مِنَ الجِبِلَّةِ
Adapun marah itu sendiri, maka tidak mungkin dilarang sepenuhnya, karena itu
adalah sesuatu yang alami dan tidak dapat hilang dari tabiat manusia.
وَقِيلَ: مَعْنَاهُ: لَا تَغْضَبْ؛ لِأَنَّ
أَعْظَمَ مَا يَنْشَأُ عَنْهُ الغَضَبُ الكِبْرُ
Dikatakan bahwa maksudnya adalah: Jangan marah, karena salah satu hal terbesar
yang lahir dari marah adalah kesombongan.
لِكَوْنِهِ يَقَعُ عِنْدَ مُخَالَفَةِ أَمْرٍ
يُرِيدُهُ
Karena marah terjadi ketika seseorang mendapati sesuatu yang bertentangan
dengan keinginannya.
فَيَحْمِلُهُ الكِبْرُ عَلَى الغَضَبِ
Lalu kesombongan mendorongnya untuk marah.
فَالَّذِي يَتَوَاضَعُ حَتَّى تَذْهَبَ عَنْهُ
عِزَّةُ النَّفْسِ يَسْلَمُ مِنْ شَرِّ الغَضَبِ
Maka siapa yang rendah hati hingga hilang darinya sifat ego, ia akan selamat
dari keburukan marah.
وَقِيلَ: مَعْنَاهُ: لَا تَفْعَلْ مَا
يَأْمُرُكَ بِهِ الغَضَبُ
Dikatakan bahwa maksudnya adalah: Jangan melakukan apa yang diperintahkan oleh
kemarahanmu.
وَقَدْ جَمَعَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي قَوْلِهِ: «لَا تَغْضَبْ» خَيْرَيِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Dan Rasulullah ﷺ telah menggabungkan dalam sabdanya "Jangan marah"
kebaikan dunia dan akhirat.
لِأَنَّ الغَضَبَ يَؤُولُ إِلَى التَّقَاطُعِ
وَمَنْعِ الرِّفْقِ، وَرُبَّمَا آلَ إِلَى إِيذَاءِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِ
Karena marah bisa berujung pada permusuhan, hilangnya kasih sayang, dan mungkin
juga berakhir pada menyakiti orang yang dimarahi.
وَرَدَّدَ الرَّجُلُ طَلَبَ الوَصِيَّةَ مِنْ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِرَارًا
Lelaki itu berulang kali meminta wasiat dari Rasulullah ﷺ.
كَأَنَّهُ قَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّةً بَعْدَ مَرَّةٍ: أَوْصِنِي يَا رَسُولَ
اللَّهِ
Seakan-akan dia berkata kepada Rasulullah ﷺ berkali-kali:
"Berilah aku wasiat, wahai Rasulullah!"
فَلَمْ يَزِدْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي الوَصِيَّةِ عَلَى «لَا تَغْضَبْ» مَعَ تَكْرَارِهِ الطَّلَبَ
Namun, Nabi ﷺ tidak menambahkan apa pun dalam wasiatnya selain "Jangan
marah!" meskipun lelaki itu terus mengulang permintaannya.
مِنْ فَوَائِدِ الحَدِيثِ:
Di antara faedah hadits ini:
التَّحْذِيرُ مِنَ الغَضَبِ وَأَسْبَابِهِ،
فَإِنَّهُ جِمَاعُ الشَّرِّ، وَالتَّحَرُّزُ مِنْهُ جِمَاعُ الخَيْرِ.
Peringatan dari marah dan sebab-sebabnya, karena ia merupakan sumber segala
keburukan, sedangkan menjaga diri darinya adalah sumber segala kebaikan.
الغَضَبُ لِلَّهِ كَالغَضَبِ عِنْدَ
انْتِهَاكِ مَحَارِمِ اللَّهِ مِنَ الغَضَبِ المَحْمُودِ.
Marah karena Allah, seperti marah ketika larangan-larangan Allah dilanggar,
termasuk marah yang terpuji.
تَكْرَارُ الكَلَامِ عِنْدَ الحَاجَةِ حَتَّى
يَعِيَهُ السَّامِعُ وَيُدْرِكَ أَهَمِّيَّتَهُ.
Mengulang perkataan ketika diperlukan, agar pendengar memahaminya dan menyadari
pentingnya hal tersebut.
فَضِيلَةُ طَلَبِ الوَصِيَّةِ مِنَ العَالِمِ.
Keutamaan meminta wasiat (nasihat) dari seorang alim (ulama).
Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/8337
https://hadeethenc.com/ar/browse/hadith/4709
Pelajaran dari hadits ini
1. Larangan Marah dalam Konteks yang Merusak
Hadits ini tidak berarti bahwa marah itu sepenuhnya dilarang, karena marah adalah sifat alami manusia. Namun, yang dilarang adalah marah yang tidak terkendali, berlebihan, dan merusak diri sendiri maupun orang lain.
➡ Marah yang dilarang:
- Marah karena hal duniawi yang tidak bermanfaat.
- Marah yang menyebabkan permusuhan, dendam, dan kebencian.
- Marah yang membuat seseorang melanggar aturan syariat (misalnya: berkata kasar, memukul orang lain, atau mengambil keputusan emosional).
➡ Marah yang diperbolehkan:
- Marah karena membela kebenaran dan agama, seperti marahnya Rasulullah ﷺ ketika syariat Allah dilanggar.
- Marah yang bertujuan untuk mendidik, tetapi tetap dalam batas yang terkendali.
2. Marah Bisa Menghancurkan Hubungan Sosial
Orang yang mudah marah seringkali sulit untuk bergaul dengan baik. Marah yang tidak terkendali bisa:
- Memutuskan hubungan persaudaraan (silaturahmi).
- Menimbulkan permusuhan dan pertengkaran.
- Menyebabkan penyesalan setelah marah, karena keputusan diambil dalam emosi.
💡 Solusi dari Islam:
- Menahan amarah adalah tanda kekuatan sejati. Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang bisa menahan dirinya ketika marah." (HR. Bukhari & Muslim)
3. Menghindari Sebab-sebab yang Memicu Kemarahan
Rasulullah ﷺ tidak hanya sekadar melarang marah, tetapi juga memberikan solusi untuk menghindari pemicu kemarahan, seperti:
- Bersabar dan tenang. Jika menghadapi sesuatu yang menjengkelkan, jangan langsung bereaksi.
- Berpikir sebelum berbicara atau bertindak.
- Berusaha memahami sudut pandang orang lain.
- Menjaga hati agar tidak mudah tersulut emosi.
4. Cara Mengendalikan Marah dalam Islam
Jika seseorang merasa marah, Islam memberikan beberapa cara untuk meredakannya:
✅ Mengucapkan Ta'awudz (Memohon Perlindungan dari Setan)
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Jika salah seorang di antara kalian marah, maka ucapkanlah: A'ūdzu billāhi min asy-syaithānir rajīm (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم). (HR. Bukhari & Muslim)
✅ Diam dan Jangan Berkata Kasar
"Jika salah seorang dari kalian marah, hendaklah dia diam." (HR. Ahmad)
✅ Mengubah Posisi
"Jika kalian marah dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Jika belum hilang juga, maka berbaringlah." (HR. Abu Dawud)
💡 Mengubah posisi dapat membantu menenangkan diri dan mengurangi dorongan untuk bertindak agresif.
✅ Berwudhu atau Mandi
"Sesungguhnya marah berasal dari setan, dan setan diciptakan dari api, maka padamkanlah marah itu dengan air." (HR. Abu Dawud)
✅ Mengingat Keutamaan Sabar
Allah ﷻ berfirman:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan manusia, Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Ali 'Imran: 134)
✅ Mengingat Akibat Marah yang Buruk
Marah yang tidak terkendali bisa menyebabkan kerugian besar, seperti:
- Memutuskan hubungan baik.
- Membuat keputusan yang salah.
- Menyesal setelah melakukan sesuatu yang buruk.
5. Nasihat Sesuai dengan Keadaan Orang yang Meminta
Rasulullah ﷺ memberikan nasihat sesuai dengan karakter dan kebutuhan orang yang meminta nasihat.
- Bisa jadi lelaki yang meminta nasihat ini adalah orang yang mudah marah, sehingga Rasulullah ﷺ hanya menasihatinya dengan "Jangan marah".
- Rasulullah ﷺ memahami bahwa setiap orang memiliki kelemahan tertentu dan beliau selalu memberikan nasihat yang paling tepat bagi setiap individu.
💡 Pelajaran:
- Nasihat tidak harus panjang dan rumit.
- Nasihat yang spesifik lebih efektif daripada nasihat yang umum.
- Seorang guru atau pemimpin harus memahami kondisi muridnya sebelum memberikan arahan.
6. Mengendalikan Marah adalah Jalan Menuju Kebaikan Dunia dan Akhirat
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barang siapa menahan marah padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan seluruh makhluk, lalu memberinya kebebasan untuk memilih bidadari yang dia inginkan." (HR. Abu Dawud)
Marah yang tidak terkendali akan:
❌ Menghancurkan hubungan sosial.
❌ Membuat seseorang melakukan dosa (memukul, menghina, atau berkata kasar).
❌ Menyesal di kemudian hari.
Sebaliknya, menahan marah akan membawa:
✅ Pahala besar di sisi Allah.
✅ Hubungan sosial yang lebih harmonis.
✅ Ketentraman hati dan pikiran.
Kesimpulan
- Hadits ini menegaskan pentingnya mengendalikan emosi, khususnya amarah.
- Marah yang diperbolehkan hanya untuk membela kebenaran, sedangkan marah karena urusan duniawi harus dikendalikan.
- Islam memberikan solusi praktis dalam mengelola amarah, seperti diam, mengubah posisi, berwudhu, dan bersabar.
- Menahan marah adalah salah satu tanda kesabaran dan kematangan iman.
💡 Nasihat utama dari hadits ini:
"Jangan biarkan amarah menguasaimu. Sebaliknya, kuasailah amarahmu."
Penutup Kajian
Setelah kita mengkaji hadits Rasulullah ﷺ tentang larangan marah, kita dapat menyimpulkan beberapa poin penting:
- Amarah adalah fitrah manusia, tetapi jika tidak dikendalikan, ia bisa menjadi sumber keburukan dan kehancuran dalam kehidupan dunia dan akhirat.
- Islam mengajarkan kita untuk mengendalikan emosi, bukan sekadar menekan amarah, tetapi mengarahkan energi tersebut ke dalam bentuk yang lebih positif dan bermanfaat.
- Menahan amarah adalah tanda kekuatan sejati. Rasulullah ﷺ menyebut bahwa orang yang kuat bukanlah yang menang dalam pergulatan fisik, tetapi yang mampu menahan dirinya saat marah.
- Cara mengendalikan amarah menurut ajaran Rasulullah ﷺ, antara lain: membaca ta'awwudz (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم), diam, mengubah posisi (dari berdiri ke duduk, dari duduk ke berbaring), berwudhu, dan meninggalkan tempat yang memicu emosi.
- Menjaga kesabaran dan kelembutan adalah kunci ketenangan jiwa, serta mendatangkan keberkahan dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan nasihat Rasulullah ﷺ ini sebagai pedoman dalam kehidupan kita. Ketika emosi mulai membuncah, ingatlah bahwa menahan marah adalah salah satu jalan menuju ketakwaan dan kedamaian hati.
Saya mengajak diri saya sendiri dan seluruh hadirin untuk senantiasa berusaha lebih sabar, lebih tenang, dan lebih bijaksana dalam menghadapi setiap ujian hidup. Jadikanlah kelembutan dan kesantunan sebagai karakter utama dalam diri kita. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang mampu mengendalikan diri dan selalu meneladani akhlak mulia Rasulullah ﷺ.
Semoga kajian ini membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua. Jika ada kebaikan dalam kajian ini, itu semata-mata karena taufik dari Allah ﷻ, dan jika ada kekurangan atau kesalahan, itu datang dari diri saya pribadi. Kita tutup dengan membaca doa kafarat majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
وبالله التوفيق، والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.