Hadits: Urutan Prioritas Dalam Dakwah Kepada Islam
بِسْمِ اللَّهِ
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, di kesempatan yang mulia ini, kita kembali dikumpulkan dalam sebuah majelis ilmu, semoga ini menjadi salah satu taman surga di dunia, di mana hati kita semakin dekat dengan Allah, ilmu kita bertambah, dan semangat kita dalam menegakkan agama ini semakin kuat.
Pada kajian kali ini, kita akan membahas salah satu wasiat besar Rasulullah ﷺ kepada sahabatnya yang mulia, Mu'adz bin Jabal رضي الله عنه, ketika beliau diutus ke Yaman sebagai seorang dai, pemimpin, sekaligus qadhi (hakim). Hadis ini mengandung prinsip-prinsip utama dalam dakwah, kepemimpinan, dan keadilan sosial, yang sangat relevan untuk kita pelajari dan aplikasikan dalam kehidupan kita, khususnya di tengah tantangan dakwah di zaman ini.
Latar Belakang Permasalahan: Tantangan Dakwah di Masyarakat
Hadirin sekalian, kita hidup di zaman yang penuh tantangan bagi dakwah Islam. Kita melihat banyak umat Islam yang masih jauh dari pemahaman agama yang benar. Ada yang mengaku Muslim tetapi belum memahami tauhid dengan baik, bahkan terjerumus dalam berbagai bentuk kesyirikan dan bid’ah. Ada yang menjalankan Islam tetapi hanya sebagai simbol, tanpa kesadaran akan kewajiban shalat, zakat, dan kewajiban lainnya.
Bahkan, di beberapa tempat, para dai dan kader dakwah dihadapkan pada masyarakat yang heterogen—sebagaimana Mu'adz bin Jabal menghadapi masyarakat Yaman yang merupakan Ahli Kitab. Banyak orang yang tidak menolak Islam, tetapi belum memahami Islam secara benar. Ada pula yang salah memahami Islam sebagai agama yang keras dan hanya identik dengan hukum-hukum yang berat, padahal Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.
Inilah sebabnya mengapa tema kajian ini sangat penting. Wasiat Rasulullah ﷺ kepada Mu'adz memberikan panduan bagaimana kita berdakwah dengan benar, bagaimana kita memahami prioritas dalam mengajak orang kepada Islam, serta bagaimana seorang pemimpin atau dai bersikap adil dan bijaksana dalam mengatur urusan umat.
Urgensi Kajian Ini: Mengapa Tema Ini Perlu Dikaji?
Ada beberapa alasan mengapa kita perlu mengkaji hadis ini dengan serius:
- Menjadi panduan bagi para dai dan kader dakwah. Rasulullah ﷺ tidak hanya berdakwah sendiri, tetapi juga menyiapkan para dai yang memahami prinsip dakwah dengan benar.
- Menjawab tantangan dakwah di era modern. Dengan memahami prinsip prioritas dalam dakwah, kita dapat membimbing umat secara bertahap, mulai dari tauhid, ibadah, hingga aspek sosial Islam seperti zakat dan keadilan.
- Meneguhkan pentingnya keadilan dan amanah dalam kepemimpinan. Islam bukan hanya agama ibadah ritual, tetapi juga sistem kehidupan yang mengatur bagaimana seorang pemimpin harus bersikap adil dan menjauhi kezaliman.
- Mencegah kesalahan dalam berdakwah. Banyak kesalahan terjadi dalam dakwah karena kurangnya pemahaman tentang tahapan dakwah, metode yang tepat, dan sikap yang harus diambil oleh seorang dai.
Apa yang Akan Didapatkan oleh Peserta Kajian?
Setelah mengikuti kajian ini, insyaAllah kita semua akan mendapatkan beberapa poin penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan, di antaranya:
✅ Memahami metode dakwah yang benar sesuai dengan sunnah Rasulullah ﷺ.
✅ Mengetahui prioritas dalam berdakwah, yaitu tauhid, shalat, zakat, dan keadilan sosial.
✅ Memahami peran seorang dai dan pemimpin dalam membimbing umat dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan.
✅ Memetik pelajaran dari larangan kezaliman, terutama dalam urusan harta dan hak-hak masyarakat.
✅ Menjadikan hadis ini sebagai pedoman dalam membangun masyarakat Islam yang lebih baik.
Maka dari itu, mari kita bersama-sama membuka hati dan pikiran kita, menyimak pembahasan ini dengan penuh perhatian, dan berdoa agar Allah memberikan kita taufik untuk mengamalkan ilmu yang kita pelajari.
Semoga kajian ini menjadi langkah awal untuk kita semua dalam menjadi dai yang lebih baik, pemimpin yang lebih adil, dan pribadi Muslim yang lebih bertanggung jawab dalam menegakkan Islam di lingkungan masing-masing.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ حِينَ بَعَثَهُ إِلَى
اليَمَنِ: إِنَّكَ سَتَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ
فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ
أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَلَيْلَةٍ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ
قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى
فُقَرَائِهِمْ، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ، فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ، وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ.
Artinya:
Rasulullah ﷺ bersabda kepada Mu'adz bin Jabal ketika
beliau mengutusnya ke Yaman:
إِنَّكَ سَتَأْتِي
قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ، فَإِذَا جِئْتَهُمْ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ،
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum
dari Ahli Kitab. Maka, jika engkau telah sampai kepada mereka, ajaklah mereka
untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ،
فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ
يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ،
Jika mereka menaati engkau dalam hal itu, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka shalat
lima waktu dalam sehari semalam.
، فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ
اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ
عَلَى فُقَرَائِهِمْ،
Jika mereka menaati engkau dalam hal itu, maka
beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat
yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan diberikan kepada orang-orang
fakir di antara mereka.
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لَكَ بِذَلِكَ،
فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ،
Jika mereka menaati engkau dalam hal itu, maka
berhati-hatilah terhadap harta-harta berharga milik mereka (jangan mengambilnya
secara zalim),
وَاتَّقِ دَعْوَةَ
الْمَظْلُومِ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi, karena
sesungguhnya antara doa tersebut dan Allah tidak ada penghalang."
HR
Al-Bukhari (1496) dan Muslim (19)
Syarah Hadits
Di antara pemahaman seorang dai yang menyeru kepada Allah
Ta’ala adalah memperhatikan skala prioritas dan bertahap dalam dakwahnya,
hingga ia dapat membawa orang-orang yang ia dakwahi kepada ketaatan penuh
terhadap perintah Allah. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah ﷺ dan beliau mendidik para sahabatnya dengan prinsip ini.
Hadis ini merupakan dalil besar dalam bab ini. Dalam hadis
tersebut, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan bahwa ketika
Nabi ﷺ mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ke Yaman—beliau
mengutusnya pada tahun ke-9, dan ada yang mengatakan tahun ke-10 Hijriyah—untuk
mengajarkan Al-Qur’an dan syariat Islam kepada mereka, mengadili di antara
mereka, serta mengambil zakat dari mereka, beliau bersabda kepadanya:
إِنَّكَ سَتَأْتِي
قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ
"Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli
Kitab."
Pada waktu itu, mereka beragama Nasrani. Nabi ﷺ berpesan agar Mu’adz memulai dakwahnya dengan mengajak mereka untuk bersaksi bahwa
« أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ
مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ »,
"Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan bahwa Muhammad
adalah utusan Allah,"
karena dengan itu seseorang masuk Islam, dan tanpa itu, ia tetap berada dalam
kekafiran. Maka, ia tidak diajak kepada syariat Islam lainnya sebelum
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Kemudian Rasulullah ﷺ menjelaskan kewajiban
selanjutnya dengan bersabda:
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا
لَكَ بِذَلِكَ
"Jika mereka menaati engkau dalam hal itu,"
yakni jika mereka telah masuk Islam dengan mengucapkan dua
kalimat syahadat, maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah
mewajibkan mereka untuk melaksanakan lima kali shalat dalam sehari semalam,
yaitu: (fajar, zuhur, asar, magrib, dan isya’). Hal ini karena shalat
adalah rukun Islam yang paling utama setelah syahadat dan merupakan ibadah yang
pertama kali akan dihisab bagi seorang Muslim.
Lalu Nabi ﷺ bersabda:
فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا
لَكَ بِذَلِكَ، فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً
"Jika mereka menaati engkau dalam hal itu, maka beritahukanlah kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka zakat,"
Maksudnya adalah zakat harta. Zakat merupakan ibadah yang
wajib dikeluarkan dari setiap harta yang telah mencapai nisab dan telah berlalu
satu tahun hijriyah. Kadar zakatnya adalah seperempat dari sepersepuluh (2,5%).
Zakat juga mencakup zakat hewan ternak, hasil pertanian, barang dagangan, dan
harta karun (rikaz), sesuai dengan ketentuan dan nisabnya yang telah ditentukan
oleh syariat. Adapun golongan yang berhak menerima zakat telah dijelaskan dalam
firman Allah Ta’ala:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ
لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ
قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ
السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ
(“Sesungguhnya
zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para amil
zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan)
budak, untuk orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk ibnu
sabil. Sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah.”) (QS. At-Taubah:
60).
Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda:
فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ
أَمْوَالِهِمْ
"Maka berhati-hatilah terhadap harta-harta berharga mereka,"
Maksudnya adalah dalam mengambil zakat, janganlah mengambil
harta yang terbaik dan paling berharga dari mereka, tetapi ambillah dari harta
yang biasa dan pertengahan, agar orang yang berzakat tidak merasa terbebani.
Hikmah dari perintah ini adalah bahwa zakat bertujuan untuk membantu orang
miskin, bukan untuk memberatkan orang kaya dengan mengambil harta terbaik
mereka, kecuali jika mereka memberikannya dengan sukarela.
Kemudian Rasulullah ﷺ menasihati Mu’adz
agar menghindari kezaliman, karena kezaliman akan menyebabkan doa orang yang
terzalimi dikabulkan. Beliau ﷺ bersabda:
؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
"Sesungguhnya antara doa orang yang terzalimi dan Allah tidak ada
penghalang,"
Artinya,
doa tersebut akan langsung didengar dan dikabulkan oleh Allah tanpa tertolak.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/13125
Pelajaran dari hadits ini
1. Prinsip Bertahap dalam Dakwah
🔹 Rasulullah ﷺ memerintahkan Mu’adz untuk memulai dakwahnya dengan menyeru kepada tauhid sebelum membahas kewajiban lain dalam Islam.
🔹 Ini menunjukkan bahwa dakwah harus dilakukan secara bertahap (at-tadarruj), dimulai dari pokok utama, yaitu mengesakan Allah (tauhid), sebelum membebankan syariat lainnya.
🔹 Jika seseorang belum masuk Islam, maka tidak dibebankan kepadanya kewajiban seperti shalat dan zakat, karena keislaman merupakan syarat utama diterimanya ibadah.
📌 Pelajaran: Seorang dai harus memahami prioritas dalam berdakwah, yaitu mengokohkan tauhid terlebih dahulu sebelum mengajarkan hukum-hukum Islam lainnya.
2. Kewajiban Tauhid sebagai Landasan Islam
🔹 Rasulullah ﷺ bersabda: «إنَّكَ سَتَأْتي قَوْمًا أهلَ كِتابٍ» (Engkau akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab).
🔹 Hal ini menunjukkan bahwa dakwah kepada Ahli Kitab berbeda dengan dakwah kepada kaum musyrik. Ahli Kitab memiliki pemahaman dasar tentang Tuhan, tetapi mereka melakukan kesalahan dalam konsep ketuhanan.
🔹 Oleh karena itu, mereka harus diajak kembali kepada kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.
📌 Pelajaran:
- Dakwah kepada setiap kelompok harus dilakukan sesuai dengan keadaan dan pemahaman mereka.
- Tidak semua orang dapat didekati dengan metode yang sama dalam berdakwah.
3. Shalat Adalah Kewajiban yang Harus Ditekankan Setelah Tauhid
🔹 Setelah mereka menerima tauhid, Mu’adz diperintahkan untuk mengajarkan kewajiban shalat lima waktu dalam sehari semalam.
🔹 Shalat merupakan rukun Islam yang paling utama setelah syahadat, dan merupakan ibadah yang pertama kali akan dihisab di Hari Kiamat.
🔹 Shalat merupakan tanda nyata keislaman seseorang.
📌 Pelajaran:
- Seorang dai harus mengajarkan shalat sebagai pilar utama Islam setelah seseorang mengucapkan syahadat.
- Meninggalkan shalat bisa menyebabkan seseorang keluar dari Islam, karena shalat merupakan pembeda antara Muslim dan non-Muslim.
4. Kewajiban Zakat sebagai Bentuk Solidaritas Sosial
🔹 Setelah shalat ditegakkan, Rasulullah ﷺ memerintahkan Mu’adz untuk mengajarkan kewajiban zakat.
🔹 Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta dan sosial, yang bertujuan untuk membersihkan harta orang kaya dan membantu orang miskin.
🔹 Dalam hadis disebutkan bahwa zakat “diambil dari orang kaya dan diberikan kepada orang miskin”, menunjukkan bahwa Islam memperhatikan kesejahteraan sosial.
📌 Pelajaran:
- Zakat bukan sekadar ibadah individual, tetapi memiliki dampak sosial yang besar.
- Seorang pemimpin Muslim bertanggung jawab mengumpulkan dan mendistribusikan zakat dengan adil.
5. Larangan Mengambil Harta Terbaik (Karā’im al-Amwāl) dalam Zakat
🔹 Rasulullah ﷺ berpesan kepada Mu’adz: «فإيَّاك وكَرائمَ أموالِهم» (Maka berhati-hatilah terhadap harta-harta berharga mereka).
🔹 Artinya, dalam mengambil zakat, jangan mengambil harta yang terbaik dan paling berharga dari mereka seperti unta yang paling besar, sapi yang paling sehat, atau barang yang paling mahal.
🔹 Islam memberikan keadilan dengan hanya mengambil zakat dari harta pertengahan, bukan yang paling bagus atau yang paling buruk.
📌 Pelajaran:
- Pemimpin atau amil zakat harus adil dalam mengambil zakat.
- Tujuan zakat adalah keseimbangan sosial, bukan membebani orang kaya secara berlebihan.
6. Bahaya Doa Orang yang Dizalimi
🔹 Rasulullah ﷺ berpesan kepada Mu’adz: «واتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ؛ فإنَّه ليسَ بيْنَهُ وبيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ» (Waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara doanya dan Allah).
🔹 Ini menunjukkan bahwa doa orang yang terzalimi sangat mustajab (dikabulkan oleh Allah), bahkan jika dia seorang kafir.
🔹 Ini juga menjadi peringatan keras bagi para pemimpin agar tidak berbuat zalim terhadap rakyatnya.
📌 Pelajaran:
- Kezaliman adalah perbuatan yang sangat dibenci dalam Islam.
- Doa orang yang terzalimi tidak akan tertolak, sehingga seorang pemimpin harus menghindari segala bentuk kezaliman.
- Islam sangat menjunjung tinggi keadilan dan hak-hak manusia, termasuk hak orang miskin dan lemah.
7. Urgensi Nasihat Pemimpin kepada Wakilnya
🔹 Rasulullah ﷺ memberikan petunjuk rinci kepada Mu’adz tentang cara berdakwah, mengatur urusan umat, dan memimpin masyarakat di Yaman.
🔹 Ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus membimbing dan memberikan arahan yang jelas kepada bawahannya sebelum mengutus mereka dalam suatu tugas penting.
📌 Pelajaran:
- Seorang pemimpin harus memastikan bahwa orang yang diutusnya memahami tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
- Islam menekankan pentingnya bimbingan dan pengarahan bagi para pemimpin bawahan dalam menjalankan tugas mereka.
8. Dakwah Dahulu, Perang Kemudian
🔹 Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ tidak langsung memerintahkan perang terhadap Ahli Kitab, tetapi mendakwahi mereka terlebih dahulu.
🔹 Ini menegaskan bahwa Islam bukan agama yang mengedepankan peperangan, tetapi mengutamakan dakwah dan pembinaan umat.
📌 Pelajaran:
- Islam mengajarkan untuk mendahulukan dakwah sebelum mengangkat senjata.
- Perang dalam Islam hanya dilakukan jika tidak ada pilihan lain setelah dakwah ditolak dan terjadi permusuhan dari pihak lawan.
Kesimpulan
Hadis ini merupakan pedoman penting bagi para dai, pemimpin, dan pengelola zakat dalam Islam. Berikut adalah poin-poin utama yang dapat diambil:
- Dakwah harus bertahap dan dimulai dengan tauhid sebelum syariat lainnya.
- Tauhid adalah inti ajaran Islam dan harus ditegakkan sebelum membahas kewajiban lain.
- Shalat adalah pilar utama Islam setelah syahadat dan harus ditegakkan.
- Zakat adalah kewajiban sosial untuk membantu kaum miskin.
- Keadilan dalam pengambilan zakat, tidak boleh mengambil harta terbaik milik orang kaya.
- Hindari kezaliman, karena doa orang yang dizalimi pasti dikabulkan.
- Pemimpin harus membimbing wakilnya dengan jelas sebelum mengutus mereka.
- Islam mendahulukan dakwah sebelum perang, kecuali jika terjadi perlawanan.
Hadis ini menjadi pedoman utama dalam metode dakwah, kepemimpinan, dan keadilan sosial dalam Islam. 🔥📖
Penutupan Kajian
Alhamdulillah, kita telah menyelesaikan kajian yang membahas wasiat Rasulullah ﷺ kepada Mu'adz bin Jabal sebelum beliau diutus ke Yaman. Sebuah hadis yang penuh hikmah dan menjadi pedoman penting dalam dakwah, kepemimpinan, serta keadilan sosial dalam Islam.
Dari pembahasan tadi, kita telah memahami beberapa kesimpulan pokok yang dapat kita jadikan sebagai pedoman:
Kesimpulan Pokok Kajian
- Tahapan dakwah harus diperhatikan dengan baik. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa dakwah dimulai dengan tauhid, kemudian ibadah (shalat), lalu kesadaran sosial (zakat), sebelum berbicara tentang aspek hukum yang lebih luas.
- Pentingnya kesabaran dan hikmah dalam berdakwah. Seorang dai harus memahami kondisi objek dakwahnya, menyampaikan Islam dengan cara yang tepat, serta tidak terburu-buru dalam memaksakan perubahan.
- Keadilan dalam mengelola urusan umat. Pemimpin dan dai harus menghindari mengambil hak orang lain secara zalim, termasuk dalam hal zakat dan harta masyarakat.
- Dilarang berbuat zalim, terutama kepada orang yang lemah. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa doa orang yang terzalimi tidak memiliki penghalang antara dirinya dan Allah. Ini menjadi peringatan bagi kita agar selalu berlaku adil dan berhati-hati dalam bermuamalah.
- Dakwah harus dilakukan secara bertahap dan penuh kesabaran. Tidak semua orang langsung menerima dakwah, maka diperlukan strategi, pendekatan yang lembut, dan pemahaman terhadap keadaan mereka.
Nasihat dan Saran bagi Peserta Kajian
Hadirin sekalian, setelah memahami pelajaran dari hadis ini, ada beberapa pesan dan harapan yang bisa kita ambil sebagai bekal setelah kajian ini:
🔹 Jadilah dai yang memahami prioritas dalam dakwah. Jangan memulai dengan hal-hal cabang sebelum memperbaiki pondasi tauhid dan keyakinan umat.
🔹 Terapkan hikmah dalam menyampaikan Islam. Gunakan bahasa yang baik, penuh kasih sayang, dan sesuai dengan keadaan mad’u (objek dakwah).
🔹 Jaga keadilan dalam segala hal, baik dalam kepemimpinan, dakwah, maupun interaksi sosial. Hindari kezaliman, karena doa orang yang dizalimi langsung didengar oleh Allah.
🔹 Mulai dari diri sendiri, lalu keluarga, kemudian masyarakat. Dakwah tidak hanya berbicara, tetapi juga mencontohkan akhlak dan keteladanan yang baik.
🔹 Tetap istiqamah dan bersabar dalam dakwah. Jangan mudah menyerah ketika menghadapi tantangan, karena setiap perjuangan dalam dakwah akan mendapatkan ganjaran besar di sisi Allah.
Harapan Setelah Kajian Ini
Semoga setelah mengikuti kajian ini, kita semakin paham tentang bagaimana cara berdakwah dengan benar, lebih berhikmah dalam menyampaikan ajaran Islam, dan lebih peduli terhadap keadilan sosial dalam Islam.
Bagi para dai dan kader dakwah, semoga ilmu yang telah kita pelajari hari ini bisa menjadi bekal untuk menyebarkan Islam dengan penuh hikmah dan kelembutan, sehingga dakwah kita semakin efektif dan membuahkan hasil yang diridhai oleh Allah.
Penutup Doa
Sebagai penutup, marilah kita memohon kepada Allah agar kita diberikan taufik untuk mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا، وَيَقِينًا صَادِقًا، وَهُدًى مُسْتَقِيمًا.
"Ya Allah, kami mohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, amal yang diterima, rezeki yang baik, hati yang khusyuk, keyakinan yang benar, dan petunjuk yang lurus."
Akhir kata, barakallahu fikum, semoga Allah memberkahi majelis ini dan menjadikannya amal shalih yang diterima di sisi-Nya.
Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:
🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.