Hadits: Mencela Orang Yang Sudah Wafat Dapat Menyikiti Orang Yang Masih Hidup
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Hadirin yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah ﷻ, Dzat yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, serta kesempatan untuk kembali berkumpul dalam majelis ilmu yang penuh keberkahan ini. Semoga pertemuan kita hari ini menjadi sebab bertambahnya ilmu, ketakwaan, dan kecintaan kita kepada ajaran Islam yang mulia.
Pada kesempatan kali ini, kita akan mengkaji sebuah hadis yang mengajarkan adab mulia dalam Islam, yaitu larangan mencela orang yang sudah meninggal. Sebuah ajaran yang mengajarkan kita untuk menjaga lisan, memelihara kehormatan sesama, serta menghindari perkataan yang bisa menyakiti hati orang-orang yang masih hidup.
Sering kali, tanpa sadar, kita tergelincir dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat. Kita membicarakan aib seseorang yang telah wafat, mengungkit kesalahannya, bahkan mungkin mencelanya. Padahal, Islam adalah agama yang mengajarkan kita untuk berbicara dengan baik atau diam.
Semoga dengan kajian ini, kita semua dapat mengambil hikmah dan semakin berhati-hati dalam berbicara. Mari kita luruskan niat, siapkan hati dan pikiran, agar ilmu yang kita pelajari hari ini dapat menjadi cahaya yang menerangi kehidupan kita di dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ عَلِّمْنَا
مَا يَنْفَعُنَا، وَانْفَعْنَا بِمَا عَلَّمْتَنَا، وَزِدْنَا عِلْمًا
"Ya Allah, ajarkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, berikanlah manfaat dari ilmu yang telah kami pelajari, dan tambahkanlah ilmu kepada kami."
Mari kita mulai kajian ini dengan penuh perhatian dan semangat.
Dari Al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا
الْأَحْيَاءَ
"Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah
meninggal, sehingga kalian menyakiti orang-orang yang masih hidup."
HR At-Tirmidzi (1982)
dan Ahmad (18209).
Arti
dan Penjelasan Per Kalimat
لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ
Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal.
Syarah Hadits
حرَصَ الإسلامُ على حِفْظِ عِرْضِ
المُسلِمِينَ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا
Islam sangat menjaga kehormatan kaum Muslimin, baik yang masih hidup maupun
yang telah wafat.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadis ini, Nabi ﷺ bersabda:
"لَا تَسُبُّوا الْأَمْوَاتَ"
"Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal."
أَيْ: لَا تَتَعَرَّضُوا بِالسَّبِّ
وَالشَّتْمِ وَذِكْرِ مَسَاوِئِ مَنْ مَاتَ وَفَارَقَ الدُّنْيَا
Artinya: Janganlah kalian mencaci, menghina, atau menyebut keburukan orang yang
telah wafat dan meninggalkan dunia ini.
إِذَا كَانَتْ أَحْوَالُهُ أَغْلَبُهَا
خَيْرًا، فَلَا يُذْكَرُ مَا فِيهِ مِنْ شَرٍّ، وَلَا يُسَبُّ بِهِ
Jika keadaannya lebih banyak kebaikannya, maka keburukannya tidak boleh
disebutkan, dan ia tidak boleh dicela karenanya.
"فَتُؤْذُوا الْأَحْيَاءَ"
"Sehingga kalian menyakiti orang-orang yang masih hidup."
أَيْ: لِأَنَّ ذَلِكَ يُفْضِي إِلَى وُصُولِ
الْأَذَى لِلْأَحْيَاءِ مِنْ أَقَارِبِ ذَلِكَ الْمَيِّتِ إِنْ كَانُوا أَبْنَاءَهُ
أَوْ إِخْوَانَهُ
Artinya: Karena hal itu dapat menyebabkan sampainya rasa sakit kepada
orang-orang yang masih hidup dari keluarga si mayit, seperti anak-anak atau
saudara-saudaranya.
وَلَا مَانِعَ مِنْ ذِكْرِ مَسَاوِئِ
الْكُفَّارِ وَالْمُنَافِقِينَ الَّذِينَ حَارَبُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan tidak ada larangan untuk menyebut keburukan orang-orang kafir dan munafik
yang memerangi Nabi ﷺ.
وَالَّذِينَ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ، أَوِ
الْفَاسِقِ الَّذِي كَانَ يُجَاهِرُ بِبِدْعَتِهِ الَّذِي يَدْعُو إِلَيْهَا
Juga mereka yang meninggal dalam keadaan kafir, atau orang fasik yang secara
terang-terangan melakukan bid’ah yang ia serukan kepada orang lain.
أَوْ لَهُ كُتُبٌ نَشَرَ فِيهَا ضَلَالَهُ
أَوْ يُوجَدُ مَنْ يَسْلُكُ سَبِيلَهُ وَيَتَّبِعُ مَنْهَجَهُ وَطَرِيقَتَهُ
Atau ia memiliki buku-buku yang menyebarkan kesesatannya, atau ada orang yang
mengikuti jalannya serta meniru metode dan caranya.
فَإِنَّهُ يُذْكَرُ بِمَا فِيهِ؛ لِتَحْذِيرِ
النَّاسِ مِنْهُ وَمِنْ بِدْعَتِهِ وَفِسْقِهِ وَضَلَالِهِ
Maka ia boleh disebut keburukannya, agar manusia waspada terhadapnya,
bid’ahnya, kefasikan, serta kesesatannya.
لِئَلَّا يَغْتَرَّ بِهِ أَحَدٌ
Agar tidak ada seorang pun yang tertipu olehnya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/127621
Pelajaran dari Hadits ini
1. Islam Menjaga Kehormatan Muslim, Baik Hidup Maupun Wafat
- Islam mengajarkan untuk menjaga kehormatan setiap Muslim, tidak hanya saat mereka masih hidup, tetapi juga setelah wafat.
- Seseorang yang telah meninggal tidak dapat membela diri dari tuduhan atau celaan, sehingga Islam melarang mencela mereka.
2. Larangan Mencela Orang yang Sudah Meninggal
- Rasulullah ﷺ melarang mencela orang yang sudah meninggal, karena mereka telah berpindah ke kehidupan akhirat dan urusan mereka telah menjadi hak Allah.
- Menyebut keburukan mereka hanya akan menambah permusuhan dan kebencian di antara orang-orang yang masih hidup.
3. Menjaga Perasaan dan Kehormatan Keluarga yang Ditinggalkan
- Mencela seseorang yang telah meninggal bisa menyakiti hati keluarganya yang masih hidup, seperti anak, saudara, atau kerabatnya.
- Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan sosial dan menghindari perkataan yang dapat menimbulkan kebencian dan kesedihan.
4. Boleh Menyebut Keburukan Orang Kafir dan Ahli Bid’ah yang Menyebarkan Kesalahan
- Hadis ini tidak melarang menyebut keburukan orang-orang yang terkenal dengan kezaliman dan permusuhan terhadap Islam, seperti para pemimpin kafir yang memerangi Nabi ﷺ.
- Hal ini bertujuan agar umat Islam waspada dan tidak terpengaruh oleh pemikiran atau perbuatan mereka.
- Orang-orang yang menyebarkan kebid’ahan dan kesesatan yang berbahaya bagi umat juga boleh diperingatkan, agar masyarakat tidak terjerumus dalam kesalahan yang sama.
5. Tidak Semua Aib Harus Dibongkar, Terutama Jika Seseorang Banyak Kebaikannya
- Jika seseorang semasa hidupnya lebih banyak kebaikannya, maka kesalahannya tidak boleh diungkit-ungkit setelah wafatnya.
- Ini bagian dari ajaran Islam untuk menutupi aib orang lain dan tidak mencari-cari kesalahan mereka, terutama setelah mereka meninggal.
6. Pentingnya Menggunakan Lisan untuk Kebaikan
- Islam mengajarkan agar setiap Muslim berhati-hati dalam berbicara dan tidak menggunakan lisannya untuk menyakiti orang lain.
- Perkataan yang baik dapat mempererat persaudaraan, sedangkan celaan dan hinaan hanya akan menimbulkan kebencian dan perpecahan.
7. Peringatan agar Tidak Terpedaya oleh Orang yang Menyebarkan Kesesatan
- Jika seseorang meninggal dalam keadaan terus-menerus menyebarkan kebid’ahan atau kesesatan, maka boleh dijelaskan kesalahannya sebagai bentuk peringatan kepada masyarakat.
- Tujuannya bukan untuk mencela secara pribadi, tetapi untuk menjaga umat Islam dari pengaruh buruknya.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Alhamdulillah, kita telah sampai di penghujung kajian kita hari ini, di mana kita telah bersama-sama mengkaji sebuah hadis penuh hikmah yang mengajarkan adab dan etika dalam berbicara, khususnya terhadap orang yang telah wafat.
Kita telah memahami bahwa Islam sangat menjaga kehormatan setiap Muslim, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Larangan mencela orang yang sudah wafat bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga sebagai bentuk kasih sayang Islam dalam menjaga perasaan keluarga yang ditinggalkan dan mencegah timbulnya permusuhan serta kebencian di tengah masyarakat.
Dari hadits ini, kita telah belajar beberapa pelajaran penting:
1. Menjaga lisan dari mencela orang yang telah meninggal adalah bagian dari akhlak mulia dalam Islam.
4. Tidak semua keburukan seseorang yang telah wafat boleh diungkap, kecuali untuk tujuan memberi peringatan kepada umat.
3. Setiap perkataan yang kita ucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
4. Lebih baik menyibukkan diri dengan doa dan kebaikan daripada mengungkit keburukan orang lain.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu menjaga lisan, berkata yang baik, dan menjauhi perkataan yang sia-sia serta menyakitkan orang lain.
Sebelum kita akhiri, marilah kita berdoa dengan penuh harap kepada Allah ﷻ:
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِمَّنْ يَسْمَعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ
أَحْسَنَهُ،
"Ya
Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan yang
baik dan mengikuti yang terbaik darinya.
اللَّهُمَّ طَهِّرْ
أَلْسِنَتَنَا مِنَ الْغِيبَةِ وَالنَّمِيمَةِ وَالْفُحْشِ،
Ya
Allah, sucikanlah lisan kami dari ghibah, namimah, dan ucapan keji.
وَاجْعَلْ كَلَامَنَا ذِكْرًا،
وَصَمْتَنَا فِكْرًا،
Dan jadikanlah ucapan kami sebagai zikir,
diam kami sebagai renungan,
وَهَبْ لَنَا لِسَانًا
صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا، وَعَمَلًا صَالِحًا مُتَقَبَّلًا، يَا
أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
Dan anugerahkanlah kepada kami lisan yang
jujur dalam berzikir, hati yang khusyuk, serta amal saleh yang diterima di
sisi-Mu. Wahai
Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Akhir kata, semoga ilmu yang telah kita pelajari hari ini membawa manfaat, menambah keimanan, serta menjadi bekal dalam kehidupan dunia dan akhirat.