Khutbah: Tiga Pilar Iman dalam Akhlak Sosial: Memuliakan Tetangga, Tamu, dan Menjaga Lisan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
KHUTBAH PERTAMA
Kaum Muslimin yang Dirahmati
Allah,
Di tengah derasnya arus kehidupan modern yang serba cepat
dan individualistis, nilai-nilai luhur dalam Islam seperti memuliakan
tetangga, menghormati tamu, dan menjaga lisan sering kali
terabaikan.
Hubungan sosial makin renggang.
Banyak dari kita merasa asing di tengah tetangga sendiri,
bahkan lupa menyambut tamu dengan keramahan, dan tidak sedikit yang
lisan-lisannya justru menyakiti.
Untuk itu, perkenankan kami menyampaikan khutbah dengan judul:
Tiga Pilar Iman dalam Akhlak
Sosial: Memuliakan Tetangga, Tamu, dan Menjaga Lisan
Khutbah ini panduan emas dari Rasulullah ﷺ untuk memperbaiki
tatanan masyarakat mulai dari unit terkecil: rumah dan lingkungan sekitar.
Sebuah hadits dari Abu Syarih al-Adawi, Khuwailid bin
Amr radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ. قَالَ: وَمَا
جَائِزَتُهُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟ قَالَ: يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيافَةُ
ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَٰلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ وَمَن
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ
لِيَصْمُتْ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tetangganya,
dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya dengan haknya.
Lalu ada yang bertanya, 'Apa hak tamu itu, wahai Rasulullah?' Rasulullah menjawab, 'Satu hari satu malam, dan kedermawanan terhadap tamu adalah tiga hari. Apa yang lebih dari itu, maka itu adalah sedekah.
Dan barang siapa yang
beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
HR Al-Bukhari (6018) dan Muslim (47)
Rasulullah ﷺ menyampaikan tiga prinsip penting bagi
seorang mukmin sejati: memuliakan tetangga, memuliakan tamu, dan menjaga
lisan.
Maka khutbah ini sangat penting untuk disampaikan, agar
kita semua bisa kembali menghidupkan ajaran Islam dalam interaksi sehari-hari,
terutama mengaitkan iman dengan akhlak. Karena iman bukan sekadar
keyakinan di hati, namun harus tercermin dalam perilaku nyata.
Kaum Muslimin yang Dirahmati
Allah,
Mari kita Simak arti hadits per kalimat secara runtut dan mendalam.
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
Perkataan ini adalah pembuka yang sangat agung.
Rasulullah ﷺ mengaitkan amal perbuatan dengan keimanan kepada Allah dan hari
akhir.
Artinya, siapa yang benar-benar yakin akan pertemuannya
dengan Allah, dan percaya adanya hisab dan pembalasan, maka dia pasti akan
memperhatikan amal dan akhlaknya.
Keimanan sejati harus mendorong seseorang untuk
memperbaiki hubungan sosialnya.
فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Maka hendaklah ia memuliakan tetangganya
Memuliakan tetangga adalah bagian dari keimanan.
Dalam Islam, tetangga memiliki hak yang besar.
Tidak cukup hanya tidak mengganggu, tetapi harus
memuliakan.
Memuliakan artinya berbuat baik, memberi perhatian,
membantu bila butuh.
Siapa yang memperhatikan tetangganya, dia telah
menunjukkan keimanan yang hidup.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
Rasulullah ﷺ mengulang perkataan ini
untuk menunjukkan bahwa ajaran ini bukan sekadar etika,
tetapi landasannya adalah iman.
Pengulangan ini juga menguatkan bahwa setiap amal sosial
harus dilandasi keyakinan kepada hari pembalasan.
فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
جَائِزَتَهُ
Maka
hendaklah ia memuliakan tamunya dengan haknya
Islam mengajarkan untuk menyambut tamu dengan kehormatan.
Tamu adalah tamu Allah, dan kedatangannya membawa berkah.
Yang dimaksud "ja’izah" adalah hak awal tamu, yaitu pelayanan
khusus.
Memuliakan tamu adalah bentuk kedermawanan dan bagian dari keimanan.
قَالَ: وَمَا
جَائِزَتُهُ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ؟
Lalu ada yang bertanya, "Apa hak tamu itu, wahai
Rasulullah?"
Sahabat ingin penjelasan rinci, karena mereka ingin
mengamalkannya dengan tepat.
Pertanyaan ini menunjukkan semangat para sahabat dalam
memahami sunnah.
قَالَ: يَوْمٌ
وَلَيْلَةٌ
Beliau menjawab, "Satu hari satu malam"
Hak utama tamu adalah diberikan pelayanan istimewa
selama sehari semalam.
Dalam waktu itu, tuan rumah menyambut dengan sepenuh hati dan kehormatan.
وَالضِّيافَةُ
ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ
Dan kedermawanan terhadap tamu adalah tiga hari
Batasan maksimal menyambut tamu secara umum adalah tiga
hari.
Setelah itu, tuan rumah tidak wajib melayani secara
khusus, namun tetap boleh berbuat baik sebagai bentuk sedekah.
فَمَا كَانَ وَرَاءَ
ذَٰلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ
Apa yang lebih dari itu, maka itu adalah sedekah
Jika menjamu tamu lebih dari tiga hari,
itu tidak lagi menjadi kewajiban, melainkan bentuk kebaikan tambahan.
Islam memberikan batas agar tuan rumah tidak terbebani.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
Ini adalah pengulangan ketiga, semakin menekankan
keterkaitan antara iman dan amal sosial.
Keimanan bukan hanya soal ibadah mahdhah, tapi juga
hubungan antarmanusia.
فَلْيَقُلْ خَيْرًا
أَوْ لِيَصْمُتْ
Maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam
Lisan adalah sumber kebaikan atau keburukan.
Orang yang beriman akan menjaga lisannya.
Jika tidak mampu berkata baik, maka diam adalah pilihan
aman dan berpahala.
Diam juga menunjukkan kedewasaan dan ketakwaan.
Faedah Hadits Berdasarkan
Urutan Perkataan
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Dari setiap perkataan hadits yang telah kita urai,
tersimpan pelajaran berharga yang harus kita jadikan pegangan hidup.
1. Iman Mempengaruhi Akhlak Sosial
Perkataan مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ (Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir) menunjukkan bahwa iman sejati akan melahirkan amal.
Seorang mukmin tidak cukup hanya berkata “saya beriman”, tapi harus membuktikannya dengan akhlak dan perbuatan.
Dalam surah Al-‘Ashr
Allah menegaskan:
وَالْعَصْرِ إِنَّ
الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
(Demi
masa. Sungguh, manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal saleh) – QS Al-‘Ashr: 1-3
2. Memuliakan Tetangga Itu Tanda Keimanan
Perkataan فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ (hendaklah ia memuliakan tetangganya) mengajarkan bahwa tetangga bukan sekadar orang yang tinggal dekat.
Mereka adalah bagian dari amanah sosial kita.
Dalam hadits lain disebutkan:
مَا زَالَ جِبْرِيلُ
يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Artinya: Jibril terus-menerus mewasiatiku tentang tetangga hingga aku mengira tetangga akan mendapatkan warisan) – HR Bukhari (6014) dan Muslim (2624)
3. Memuliakan Tamu Adalah Bukti Iman dan Kedermawanan
Perkataan فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتَهُ (hendaklah
ia memuliakan tamunya dengan haknya) menunjukkan bahwa tamu memiliki hak.
Menyambut tamu adalah bentuk penghormatan dan bagian dari budaya Islam yang
luhur. Dalam QS Adz-Dzariyat: 24-27, Allah memuji kedatangan tamu Nabi Ibrahim
yang disambut dengan hormat.
هَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ
ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ
Artinya: Sudahkah sampai kepadamu kisah tamu Ibrahim yang
dimuliakan?) – QS Adz-Dzariyat: 24
4. Menjamu Tamu: Satu Hari Hak, Tiga Hari Sunnah
Perkataan يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ (satu
hari satu malam) dan وَالضِّيافَةُ ثَلاَثَةُ أَيَّامٍ (dan
menjamu tiga hari) menunjukkan keseimbangan antara hak tamu dan batasan tuan
rumah. Islam tidak membebani, namun mengajarkan keseimbangan antara keramahan
dan kepraktisan.
5. Melebihi Tiga Hari Adalah Sedekah
Perkataan فَهُوَ صَدَقَةٌ عَلَيْهِ (maka itu adalah sedekah) mengajarkan bahwa Islam sangat menghargai kemurahan hati, namun tidak memaksa.
Setelah tiga hari, menjamu tamu menjadi ladang pahala
tanpa paksaan.
6. Menjaga Lisan adalah Simbol Ketakwaan
Perkataan فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ (hendaklah ia berkata baik atau diam) adalah prinsip utama dalam menjaga keharmonisan masyarakat.
Banyak fitnah dan permusuhan berawal dari lisan. Dalam surat Qaf ayat 18, Allah berfirman:
مَا يَلْفِظُ مِنْ
قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Artinya: Tidak
satu kata pun yang diucapkan melainkan ada malaikat pengawas yang siap
mencatatnya) – QS Qaf: 18
7. Pelajaran Tambahan: Iman Harus Terlihat Dalam Akhlak
Tiga hal dalam hadits ini adalah indikator lahiriah dari iman batiniah.
Bila seseorang rajin ibadah namun buruk kepada tetangga, tidak menghormati tamu, dan suka berkata kasar, maka hendaknya ia merenungi kembali kualitas imannya.
Dalam hadits disebutkan:
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ، وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ
Artinya: Seorang Muslim adalah seseorang yang kaum Muslimin selamat dari (gangguan) lisan dan tangannya. Dan seorang mukmin adalah seseorang yang manusia merasa aman terhadap darah dan harta mereka) – HR Ahmad (24013), Al-Bazzar (3752), dan Ath-Thabrani (18/309)
Penutup Khutbah Pertama
Kaum
Muslimin yang Dirahmati Allah,
Secara
keseluruhan, hadits ini menegaskan bahwa keimanan sejati menuntut bukti nyata
dalam kehidupan sosial: memuliakan tetangga, menjamu tamu dengan hormat, dan
menjaga lisan.
Ketiga hal ini bukanlah perkara kecil, tetapi standar keimanan yang tinggi dan berdampak besar bagi harmoni umat Islam.
Maka mari kita ukur kualitas iman kita hari ini: sudahkah tetangga kita merasa aman dari kita?
Sudahkah tamu merasa dihargai di rumah kita?
Sudahkah lisan kita menjadi sumber kebaikan, bukan petaka?
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا،
وَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَاتِ،
فَٱسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Hadits yang telah kita kaji menunjukkan bahwa akhlak adalah manifestasi dari iman.
Seorang mukmin sejati bukan hanya dikenal di masjid, tapi juga di
rumah, di antara tetangga, di ruang tamu, dan di tengah masyarakat.
Bayangkan betapa damainya lingkungan jika setiap Muslim
benar-benar memuliakan tetangganya, menyambut tamu dengan penuh senyum dan
kehangatan, serta menjaga lisan dari kata-kata kasar dan sia-sia.
Mari jadikan hadits ini sebagai komitmen hidup. Mulailah dari rumah kita, dari
meja makan kita, dan dari kata-kata kita.
Inilah amal yang tidak memerlukan biaya besar, namun
membuahkan pahala dan cinta dari Allah dan manusia.
Marilah kita akhiri khutbah ini dengan memohon kepada Allah
ﷻ agar memberikan taufik untuk mengamalkan hadits ini dalam hidup
kita, serta menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang mulia di dunia dan akhirat.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ
نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِكَ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ، وَيُكْرِمُونَ الْجَارَ
وَالضَّيْفَ، وَيَحْفَظُونَ أَلْسِنَتَهُمْ، وَيَفُوزُونَ بِرِضَاكَ وَجَنَّتِكَ
(Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang beriman kepada-Mu
dan hari akhir, yang memuliakan tetangganya, memuliakan tamunya, menjaga
lisannya, dan meraih ridha serta surga-Mu)
رَبَّنَا هَبْ لَنَا
مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا
(Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan yang
menyejukkan mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang bertakwa)
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(Ya Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, kebaikan di
akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka)