Kajian: Adab Bepergian (Safar) - (Kitab Minhajul Muslim)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.


ADAB BEPERGIAN

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita akan bersama-sama menyelami sebuah pembahasan yang sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari, sebuah pembahasan yang seringkali kita anggap sepele, namun sesungguhnya memiliki landasan syariat yang kuat dan adab-adab yang mulia. Kita akan berbicara tentang adab-adab dalam bepergian (safar), sebuah topik yang mungkin terdengar sederhana, namun menyimpan banyak hikmah dan arahan dari Rasulullah SAW.

Latar Belakang Permasalahan di Masyarakat:

Coba kita perhatikan, dalam kehidupan modern ini, bepergian seolah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas kita. Ada yang bepergian untuk urusan pekerjaan, dinas ke luar kota atau bahkan luar negeri. Ada yang bersafar untuk menuntut ilmu, melanjutkan pendidikan atau menghadiri seminar. Tak sedikit pula yang melakukan perjalanan untuk berlibur, refreshing bersama keluarga atau teman-teman. Dan tentu saja, yang paling mulia, adalah perjalanan ibadah seperti haji dan umrah.

Namun, di tengah kemudahan dan frekuensi perjalanan yang tinggi ini, seringkali kita melihat adab-adab bepergian yang diajarkan dalam Islam mulai terabaikan. Berapa banyak dari kita yang berangkat tanpa berpamitan dengan orang tua atau istri, seolah-olah hanya pergi ke warung sebentar? Berapa banyak yang lupa memastikan nafkah keluarga yang ditinggalkan? Lalu, bagaimana dengan doa-doa yang seharusnya kita panjatkan saat keluar rumah, saat naik kendaraan, atau saat singgah di suatu tempat? Bahkan, terkadang kita merasa shalat qashar atau jamak hanyalah formalitas, tanpa memahami betul kapan dan bagaimana keringanan itu berlaku, atau justru meninggalkannya karena merasa ribet.

Kita juga sering menyaksikan bagaimana perjalanan menjadi ajang yang penuh keluh kesah, mudah marah, atau bahkan menyingkap akhlak yang kurang baik. Perselisihan kecil di jalan, ketidaknyamanan yang sedikit saja, bisa memicu emosi yang tidak terkontrol. Ini menunjukkan bahwa kita belum sepenuhnya memahami bahwa safar itu sendiri adalah sebuah ujian karakter, yang bisa menyingkap siapa diri kita sebenarnya.

Urgensi Mempelajari Hadits Ini:

Maka dari itu, hadis-hadis tentang adab bepergian ini menjadi sangat urgen dan penting untuk kita pelajari bersama. Mengapa demikian?

  1. Safar Adalah Bagian dari Kehidupan Muslim: Sebagaimana disebutkan dalam hadis ini, bepergian bukan hanya tentang perpindahan fisik, tetapi juga terkait dengan berbagai tujuan syar'i seperti haji, umrah, menuntut ilmu, berdagang, dan silaturahim. Memahami adabnya berarti memahami bagaimana mengintegrasikan syariat dalam setiap aspek gerak kita.

  2. Mendapatkan Keberkahan dan Perlindungan: Dengan mengamalkan adab-adab dan doa-doa yang diajarkan Nabi SAW, kita berharap mendapatkan keberkahan dalam perjalanan, dijauhkan dari segala marabahaya, serta diberikan kemudahan dalam setiap urusan. Doa musafir adalah doa yang mustajab, dan Nabi SAW sendiri telah mencontohkan doa-doa yang lengkap untuk setiap fase perjalanan.

  3. Memperkuat Akhlak dan Karakter: Safar disebut sebagai "penguji karakter laki-laki" karena dalam kondisi sulit dan lelah, sifat asli seseorang akan terungkap. Dengan memahami adabnya, kita diajarkan untuk tetap menjaga akhlak mulia, bersabar, tolong-menolong, dan tidak mudah mengeluh, bahkan dalam kondisi yang tidak nyaman.

  4. Memahami Keringanan (Rukhsah) Syariat: Islam adalah agama yang mudah. Melalui hadis-hadis ini, kita akan memahami berbagai keringanan yang Allah berikan kepada musafir, seperti qashar dan jamak shalat, tayamum, dan tidak berpuasa. Memahami keringanan ini bukan berarti meremehkan ibadah, melainkan memanfaatkan kemudahan dari Allah agar kita tetap bisa beribadah dengan baik di tengah keterbatasan.

  5. Menjaga Silaturahim dan Tanggung Jawab: Adab berpamitan, mendoakan, dan memastikan nafkah keluarga menunjukkan bahwa perjalanan tidak boleh memutuskan tali silaturahim dan melalaikan tanggung jawab. Islam mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab sebelum, selama, dan setelah perjalanan.

Maka, mari kita niatkan kajian ini untuk menimba ilmu, mengamalkan sunnah Nabi SAW, dan menjadikan setiap perjalanan kita sebagai ladang amal kebaikan yang diberkahi Allah SWT. Semoga kita semua diberikan kemudahan dalam memahami dan mengamalkan ilmu ini.

Pentingnya Bepergian dalam Islam

اَلْمُسْلِمُ يَرَى أَنَّ السَّفَرَ مِنْ لَوَازِمِ حَيَاتِهِ وَضَرُورِيَّاتِهَا الَّتِي لَا تَنْفَكُّ عَنْهَا

Seorang Muslim memandang bahwa bepergian adalah salah satu keharusan hidupnya dan kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpisahkan darinya.

إِذِ الْحَجُّ وَالْعُمْرَةُ وَالْغَزْوُ، وَطَلَبُ الْعِلْمِ، وَالتِّجَارَةُ، وَزِيَارَةُ الْإِخْوَانِ -وَهِيَ كُلُّهَا مَا بَيْنَ فَرِيضَةٍ وَوَاجِبٍ- لَا بُدَّ لَهَا مِنْ رِحْلَةٍ وَسَفَرٍ

Karena haji dan umrah, jihad, menuntut ilmu, berdagang, dan mengunjungi saudara-saudara (yang semuanya itu antara fardhu dan wajib) pasti membutuhkan perjalanan dan bepergian.

وَمِنْ هُنَا كَانَتْ عِنَايَةُ الشَّارِعِ بِالسَّفَرِ وَأَحْكَامِهِ وَآدَابِهِ عِنَايَةً لَا تُنْكَرُ

Dari sinilah perhatian pembuat syariat terhadap bepergian, hukum-hukumnya, dan adab-adabnya menjadi perhatian yang tidak dapat diingkari.

وَكَانَ عَلَى الْمُسْلِمِ الصَّالِحِ أَنْ يَتَعَلَّمَهَا، وَيَعْمَلَ عَلَى تَنْفِيذِهَا وَتَطْبِيقِهَا

Dan sudah seharusnya bagi seorang Muslim yang saleh untuk mempelajarinya, serta berusaha untuk melaksanakannya dan menerapkannya.


Hukum-hukum Terkait Bepergian

أَمَّا الْأَحْكَامُ فَهِيَ:

Adapun hukum-hukumnya adalah:

 - 1 قَصْرُ الصَّلَاةِ الرُّبَاعِيَّةِ فَيُصَلِّيهَا رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ فَقَطْ إِلَّا الْمَغْرِبَ فَإِنَّهُ يُصَلِّيهَا ثَلَاثًا

1 - Meringkas shalat yang empat rakaat, maka dia shalat dua rakaat-dua rakaat saja, kecuali shalat Maghrib karena dia shalat tiga rakaat.

وَيَبْدَأُ الْقَصْرَ مِنْ مُغَادَرَتِهِ الْبَلَدَ الَّذِي يَسْكُنُهُ إِلَى أَنْ يَعُودَ إِلَيْهِ

Dan dia memulai qashar dari saat dia meninggalkan kota tempat dia tinggal sampai dia kembali ke sana.

إِلَّا أَنْ يَنْوِيَ إِقَامَةَ أَرْبَعَةِ أَيَّامٍ فَأَكْثَرَ فِي الْبَلَدِ الَّذِي سَافَرَ إِلَيْهِ أَوْ نَزَلَ فِيهِ

Kecuali jika dia berniat menetap empat hari atau lebih di kota yang dia tuju atau singgahi.

فَإِنَّهُ فِي هَذِهِ الْحَالِ يُتِمُّ وَلَا يُقْصَرُ

Maka sesungguhnya dalam kondisi ini dia menyempurnakan shalatnya dan tidak mengqashar.

حَتَّى إِذَا خَرَجَ عَائِدًا إِلَى بَلَدِهِ رَجَعَ إِلَى التَّقْصِيرِ فَيَقْصُرُ إِلَى أَنْ يَصِلَ إِلَى بَلَدِهِ

Hingga jika dia keluar kembali ke kotanya, dia kembali mengqashar sampai dia tiba di kotanya.

وَذَلِكَ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَإِذَا ضَرَبْتُمْ فِي الْأَرْضِ فَلَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَقْصُرُوا مِنَ الصَّلَاةِ} [النساء: 101]

Hal itu berdasarkan firman Allah Ta'ala: "{Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar salat}" [An-Nisa: 101].

وَلِقَوْلِ أَنَسٍ: خَرَجْنَا مَعَ الرَّسُولِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- مِنَ الْمَدِينَةِ إِلَى مَكَّةَ فَكَانَ يُصَلِّي الرُّبَاعِيَّةَ رَكْعَتَيْنِ رَكْعَتَيْنِ حَتَّى رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ

Dan berdasarkan perkataan Anas: "Kami keluar bersama Rasulullah dari Madinah ke Mekah, maka beliau shalat yang empat rakaat itu dua rakaat-dua rakaat sampai kami kembali ke Madinah."


 - 2 جَوَازُ الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ بِلَيَالِيهِنَّ

2 - Kebolehan mengusap khuf (sepatu kulit) selama tiga hari tiga malam.

لِقَوْلِ عَلِيٍّ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-: "جَعَلَ لَنَا النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ وَلَيَالِيَهُنَّ لِلْمُسَافِرِ، وَيَوْمًا وَلَيْلَةً لِلْمُقِيمِ" يَعْنِي فِي الْمَسْحِ عَلَى الْخُفَّيْنِ

Berdasarkan perkataan Ali -semoga Allah meridhainya-: "Nabi menetapkan bagi kami tiga hari tiga malam untuk musafir, dan sehari semalam untuk mukim," yaitu dalam hal mengusap khuf.


 - 3 إِبَاحَةُ التَّيَمُّمِ، إِنْ فَقَدَ الْمَاءَ أَوْ شُقَّ عَلَيْهِ طَلَبُهُ، أَوْ غَلَا عَلَيْهِ ثَمَنُهُ

3 - Dibolehkannya tayamum, jika tidak menemukan air atau sulit mencarinya, atau harganya terlalu mahal baginya.

لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ} [النساء: 43]

Berdasarkan firman Allah Ta'ala: "{Dan jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu}" [An-Nisa: 43].


  - 4رُخْصَةُ الْفِطْرِ فِي الصَّوْمِ

4 - Rukhsah (keringanan) untuk tidak berpuasa.

لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ} [البقرة: 184]

Berdasarkan firman Allah Ta'ala: "{Maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain}" [Al-Baqarah: 184].


 - 5جَوَازُ صَلَاةِ النَّافِلَةِ عَلَى الدَّابَّةِ حَيْثُمَا اتَّجَهَتْ

5 - Kebolehan shalat sunnah di atas kendaraan ke arah manapun kendaraan itu menghadap.

لِقَوْلِ ابْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- كَانَ يُصَلِّي سُبْحَتَهُ (النَّافِلَةَ) حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ نَاقَتُهُ

Berdasarkan perkataan Ibnu Umar -semoga Allah meridhainya-: "Sesungguhnya Rasulullah biasa shalat sunnah ke arah manapun untanya menghadap."


 - 6 جَوَازُ الْجَمْعِ بَيْنَ الظُّهْرَيْنِ، أَوِ الْعِشَاءَيْنِ جَمْعَ تَقْدِيمٍ إِنْ جَدَّ بِهِ السَّيْرُ

6 - Kebolehan menjamak shalat Zhuhur dan Ashar, atau Maghrib dan Isya dengan jamak taqdim (memajukan shalat) jika perjalanannya mendesak.

فَيُصَلِّي الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ فِي وَقْتِ الظُّهْرِ، وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ فِي وَقْتِ الْمَغْرِبِ

Maka dia shalat Zhuhur dan Ashar di waktu Zhuhur, dan Maghrib dan Isya di waktu Maghrib.


أَوْ جَمْعَ تَأْخِيرٍ بِأَنْ يُؤَخِّرَ الظُّهْرَ إِلَى أَوَّلِ الْعَصْرِ وَيُصَلِّيَهُمَا مَعًا

Atau jamak ta'khir (mengakhirkan shalat) yaitu dengan mengakhirkan Zhuhur hingga awal waktu Ashar dan shalat keduanya bersama-sama.

وَالْمَغْرِبَ إِلَى الْعِشَاءِ وَيُصَلِّيَهُمَا مَعًا

Dan Maghrib hingga Isya dan shalat keduanya bersama-sama.

لِقَوْلِ مُعَاذٍ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ-: "خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي غَزْوَةِ تَبُوكٍ فَكَانَ يُصَلِّي الظُّهْرَ وَالْعَصْرَ جَمِيعًا وَالْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ جَمِيعًا"

Berdasarkan perkataan Mu'adz -semoga Allah meridhainya-: "Kami keluar bersama Rasulullah dalam perang Tabuk, maka beliau shalat Zhuhur dan Ashar bersama-sama, dan Maghrib dan Isya bersama-sama."


Adab-adab Bepergian

وَأَمَّا الْآدَابُ فَهِيَ:

Adapun adab-adabnya adalah:


Adab ke-1:

أَنْ يَرُدَّ الْمَظَالِمَ وَالْوَدَائِعَ إِلَى أَصْحَابِهَا، إِذِ السَّفَرُ مَظِنَّةُ الْهَلَاكِ

1 - Mengembalikan hak-hak yang dizalimi dan barang titipan kepada pemiliknya, karena bepergian adalah tempat dugaan adanya bahaya (kehancuran).


Adab ke-2:

أَنْ يُعِدَّ زَادَهُ مِنَ الْحَلَالِ، وَأَنْ يَتْرُكَ نَفَقَةَ مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ نَفَقَتُهُ مِنْ زَوْجَةٍ وَوَلَدٍ وَوَالِدٍ

2 - Mempersiapkan bekalnya dari yang halal, dan meninggalkan nafkah bagi orang yang wajib ia nafkahi seperti istri, anak, dan orang tua.


Adab ke-3:

أَنْ يُوَدِّعَ أَهْلَهُ وَإِخْوَانَهُ وَأَصْدِقَاءَهُ، وَأَنْ يَدْعُوَ بِهَذَا لِلدُّعَاءِ لِمَنْ يُوَدِّعُهُمْ: أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكُمْ وَأَمَانَتَكُمْ وَخَوَاتِيمَ أَعْمَالِكُمْ

3 - Berpamitan kepada keluarga, saudara, dan teman-temannya, dan mendoakan bagi orang yang ia pamiti dengan doa ini: "Aku menitipkan kepada Allah agama kalian, amanah kalian, dan akhir dari perbuatan kalian."

وَيَقُولُ لَهُ الْمُوَدِّعُونَ: زَوَّدَكَ اللَّهُ التَّقْوَى، وَغَفَرَ ذَنْبَكَ، وَجَهَّكَ إِلَى الْخَيْرِ حَيْثُ تَوَجَّهْتَ

Dan orang-orang yang berpamitan kepadanya berkata: "Semoga Allah membekalimu ketakwaan, mengampuni dosamu, dan mengarahkanmu kepada kebaikan ke mana pun engkau menuju."

لِقَوْلِ الرَّسُولِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: "إِنَّ لُقْمَانَ الْحَكِيمَ قَالَ: إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى إِذَا اسْتَوْدَعَ شَيْئًا حَفِظَهُ"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Sesungguhnya Luqman Al-Hakim berkata: 'Sesungguhnya Allah Ta'ala jika dititipi sesuatu, Dia akan menjaganya.'"

وَكَانَ يَقُولُ لِمَنْ يُشَيِّعُهُ: "أَسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وَأَمَانَتَكَ، وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ"

Dan beliau bersabda kepada orang yang mengantarnya: "Aku menitipkan kepada Allah agamamu, amanahmu, dan akhir dari perbuatanmu."


Adab ke-4:

أَنْ يَخْرُجَ إِلَى سَفَرِهِ فِي رُفْقَةِ ثَلَاثَةٍ أَوْ أَرْبَعَةٍ بَعْدَ اخْتِيَارِهِمْ مِمَّنْ يَصْلُحُونَ لِلسَّفَرِ مَعَهُ

4 - Keluar untuk bepergian ditemani tiga atau empat orang setelah memilih mereka dari orang-orang yang layak untuk bepergian bersamanya.

إِذِ السَّفَرُ كَمَا قِيلَ: مُخْبَرُ الرِّجَالِ، وَقَدْ سُمِّيَ سَفَرًا لِأَنَّهُ يُسْفِرُ عَنْ أَخْلَاقِ الرِّجَالِ

Karena bepergian, sebagaimana dikatakan: "Penguji karakter laki-laki", dan disebut "safar" (perjalanan) karena ia menyingkap akhlak (karakter) laki-laki.

لِقَوْلِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "الرَّاكِبُ شَيْطَانٌ وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ، وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Orang yang berkendara sendirian adalah setan, dua orang yang berkendara adalah dua setan, dan tiga orang adalah rombongan."

وَقَوْلِهِ: "لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا فِي الْوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ"

Dan sabdanya: "Seandainya manusia mengetahui apa yang ada dalam kesendirian, seperti yang aku ketahui, niscaya tidak ada seorang pengendara pun yang akan bepergian di malam hari sendirian."


Adab ke-5:

أَنْ يُؤَمِّرَ الرَّكْبُ الْمُسَافِرُونَ أَحَدًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّى قِيَادَتَهُمْ بِمَشُورَتِهِمْ

5 - Hendaknya rombongan musafir mengangkat salah seorang dari mereka untuk memimpin mereka dengan musyawarah mereka.

لِقَوْلِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "إِذَا خَرَجَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Apabila tiga orang keluar dalam suatu perjalanan, hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin."


Adab ke-6:

أَنْ يُصَلِّيَ قَبْلَ سَفَرِهِ صَلَاةَ الِاسْتِخَارَةِ

6 - Hendaknya shalat istikharah sebelum bepergian.

"لِتَرْغِيبِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فِي ذَلِكَ حَتَّى إِنَّهُ كَانَ يُعَلِّمُهُمْ إِيَّاهَا كَمَا يُعَلِّمُهُمُ السُّورَةَ مِنَ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَفِي جَمِيعِ الْأُمُورِ"

"Karena anjuran Rasulullah dalam hal itu, bahkan beliau mengajarkan mereka shalat istikharah sebagaimana beliau mengajarkan mereka surat dari Al-Qur'anul Karim dan dalam segala urusan."


Adab ke-7:

أَنْ يَقُولَ عِنْدَ مُغَادَرَتِهِ الْمَنْزِلَ: "بِسْمِ اللَّهِ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ، أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ، أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ، أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ"

7 - Mengucapkan ketika meninggalkan rumah: "Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah, dan tiada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari menzalimi atau dizalimi, dari berbuat bodoh atau diperbodoh."

فَإِذَا رَكِبَ قَالَ: "بِسْمِ اللَّهِ وَبِاللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ، مَا شَاءَ اللَّهُ كَانَ، وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Maka apabila dia naik kendaraan, dia mengucapkan: "Dengan nama Allah, dengan (kekuatan) Allah, dan Allah Maha Besar. Aku bertawakal kepada Allah, dan tiada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan ini (kendaraan) bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebaikan dan ketakwaan, dan amal perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah bagi kami jaraknya.

اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ وَالْمَالِ

Ya Allah, Engkaulah pendamping dalam perjalanan, dan penjaga bagi keluarga dan harta.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَخَيْبَةِ الْمُنْقَلَبِ، وَسُوءِ الْمَنْظَرِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ وَالْوَلَدِ"

Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan perjalanan, kesedihan pemandangan, kerugian dalam kembali, dan pemandangan yang buruk pada harta, keluarga, dan anak."


Adab ke-8:

أَنْ يَخْرُجَ يَوْمَ الْخَمِيسِ أَوَّلَ النَّهَارِ

8 - Hendaknya berangkat pada hari Kamis di awal siang.

لِقَوْلِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "اللَّهُمَّ بَارِكْ لِأُمَّتِي فِي بُكُورِهَا"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi harinya."

وَلِمَا جَاءَ عَنْهُ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- فِي أَنَّهُ كَانَ يَخْرُجُ إِلَى سَفَرِهِ يَوْمَ الْخَمِيسِ

Dan karena apa yang diriwayatkan dari beliau bahwa beliau biasa berangkat bepergian pada hari Kamis.


Adab ke-9:

أَنْ يُكَبِّرَ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ (مَكَانٍ عَالٍ)

9 - Mengucapkan takbir di setiap tempat yang tinggi.

لِقَوْلِ أَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ! إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُسَافِرَ فَأَوْصِنِي قَالَ: "عَلَيْكَ بِتَقْوَى اللَّهِ، وَالتَّكْبِيرِ عَلَى كُلِّ شَرَفٍ"

Berdasarkan perkataan Abu Hurairah: "Seorang laki-laki berkata: 'Wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ingin bepergian, maka berilah aku nasihat.' Beliau bersabda: 'Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah, dan bertakbir di setiap tempat yang tinggi.'"


Adab ke-10:

إِذَا خَافَ نَاسًا قَالَ: "اللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُورِهِمْ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شُرُورِهِمْ"

10 - Jika takut kepada suatu kaum, dia mengucapkan: "Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau di tenggorokan mereka (menghadapi mereka), dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan mereka."

لِقَوْلِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ذَلِكَ

Karena Rasulullah bersabda demikian.


Adab ke-11:

أَنْ يَدْعُوَ اللَّهَ تَعَالَى فِي سَفَرِهِ وَيَسْأَلَ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

11 - Berdoa kepada Allah Ta'ala dalam perjalanannya dan memohon kebaikan dunia dan akhirat.

إِذِ الدُّعَاءُ فِي السَّفَرِ مُسْتَجَابٌ

Karena doa dalam perjalanan adalah mustajab (dikabulkan).

لِقَوْلِ الرَّسُولِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Tiga doa yang dikabulkan tanpa keraguan di dalamnya: doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa orang tua atas anaknya."


Adab ke-12:

إِذَا نَزَلَ مَنْزِلًا قَالَ: "أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ"

12 - Jika singgah di suatu tempat, dia mengucapkan: "Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-Nya."

وَإِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ قَالَ: "يَا أَرْضُ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ، إِنِّي أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّكِ وَشَرِّ مَا فِيكِ، وَشَرِّ مَا خَلَقَ فِيكِ، وَشَرِّ مَا يَدِبُّ عَلَيْكِ، وَأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ أَسَدٍ وَأَسْوَدَ، وَمِنْ حَيَّةٍ وَعَقْرَبٍ، وَمِنْ سَاكِنِي الْبَلَدِ، وَمِنْ وَالِدٍ وَمَا وَلَدَ"

Dan apabila malam tiba, dia mengucapkan: "Wahai bumi, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Sesungguhnya aku berlindung kepada Allah dari kejahatanmu dan kejahatan apa yang ada padamu, dan kejahatan apa yang diciptakan di dalammu, dan kejahatan apa yang merayap di atasmu. Dan aku berlindung kepada Allah dari kejahatan singa dan ular hitam, dan dari ular dan kalajengking, dan dari penghuni negeri ini, dan dari orang tua dan apa yang dilahirkannya."


Adab ke-13:

إِذَا خَافَ وَحْشَةً قَالَ: "سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ، رَبِّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ جُلِّلَتِ السَّمَوَاتُ بِالْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوتِ"

13 - Jika takut akan kesendirian (atau kesepian), dia mengucapkan: "Maha Suci Raja Yang Maha Suci, Tuhan para malaikat dan Ruh (Jibril). Langit-langit diliputi dengan keperkasaan dan keagungan."


Adab ke-14:

إِذَا نَامَ أَوَّلَ الْفَيْلِ افْتَرَشَ ذِرَاعَهُ، وَإِنْ أَعْرَسَ -أَيْ نَامَ آخِرَ اللَّيْلِ- نَصَبَ ذِرَاعَهُ وَجَعَلَ رَأْسَهُ فِي كَفِّهِ حَتَّى لَا يَسْتَثْقِلَ نَوْمَهُ فَتَفُوتَهُ صَلَاةُ الصُّبْحِ فِي وَقْتِهَا

14 - Jika dia tidur di awal malam, dia membentangkan lengannya (sebagai bantal), dan jika dia tidur di akhir malam (istirahatkan diri), dia menegakkan lengannya dan meletakkan kepalanya di telapak tangannya agar tidak terlalu nyenyak tidurnya sehingga melewatkan shalat Subuh pada waktunya.


Adab ke-15:

إِذَا أَشْرَفَ عَلَى مَدِينَةٍ قَالَ: "اللَّهُمَّ اجْعَلْ لَنَا بِهَا قَرَارًا، وَارْزُقْنَا فِيهَا رِزْقًا حَلَالًا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ هَذِهِ الْمَدِينَةِ وَخَيْرِ مَا فِيهَا، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا"

15 - Jika mendekati suatu kota, dia mengucapkan: "Ya Allah, jadikanlah bagi kami ketenangan di dalamnya, dan berilah kami rezeki yang halal di dalamnya. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan kota ini dan kebaikan apa yang ada di dalamnya, dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan apa yang ada di dalamnya."

إِذْ كَانَ النَّبِيُّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- يَقُولُ ذَلِكَ

Karena Nabi biasa mengucapkan hal itu.


Adab ke-16:

أَنْ يُعَجِّلَ الْأَوْبَةَ وَالرُّجُوعَ إِلَى أَهْلِهِ وَبِلَادِهِ إِذَا هُوَ قَضَى حَاجَتَهُ مِنْ سَفَرِهِ

16 - Hendaknya mempercepat kepulangan dan kembali kepada keluarga dan negerinya jika dia telah menyelesaikan keperluannya dari perjalanannya.

لِقَوْلِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: "السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ الْعَذَابِ يَمْنَعُ أَحَدَكُمْ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَنَوْمَهُ، فَإِذَا قَضَى أَحَدُكُمْ نَهْمَتَهُ -حَاجَتَهُ- مِنْ سَفَرِهِ فَلْيُعَجِّلْ إِلَى أَهْلِهِ"

Berdasarkan perkataannya : "Bepergian adalah sebagian dari azab, ia menghalangi salah seorang di antara kalian dari makanan, minuman, dan tidurnya. Maka apabila salah seorang di antara kalian telah menyelesaikan keperluannya dari perjalanannya, hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya."


Adab ke-17:

إِذَا قَفَلَ رَاجِعًا كَبَّرَ ثَلَاثًا وَقَالَ: "آيِبُونَ تَائِبُونَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ" وَيُكَرِّرُ ذَلِكَ

17 - Apabila kembali dari perjalanan, dia bertakbir tiga kali dan mengucapkan: "Kami kembali, bertaubat, beribadah, kepada Tuhan kami memuji." Dan dia mengulanginya.

لِفِعْلِهِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ذَلِكَ

Karena perbuatan beliau demikian.


Adab ke-18:

أَنْ لَا يَطْرُقَ أَهْلَهُ لَيْلًا، وَأَنْ يَبْعَثَ إِلَيْهِمْ مَنْ يُبَشِّرُهُمْ حَتَّى لَا يُفَاجِئَهُمْ بِمَقْدِمِهِ عَلَيْهِمْ

18 - Jangan mendatangi keluarganya di malam hari, dan hendaklah dia mengutus seseorang untuk memberi kabar gembira kepada mereka agar tidak mengejutkan mereka dengan kedatangannya.

فَقَدْ كَانَ هَذَا مِنْ هَدْيِ النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-

Karena hal ini adalah dari petunjuk Nabi .


Adab ke-19:

أَنْ لَا تُسَافِرَ الْمَرْأَةُ سَفَرَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ لَهَا

19 - Janganlah seorang wanita bepergian sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahramnya.

لِقَوْلِ الرَّسُولِ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: "لَا يَحِلُّ لِامْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ تُسَافِرُ مَسِيرَةَ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ عَلَيْهَا"

Berdasarkan perkataan Rasulullah : "Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk bepergian sejauh perjalanan sehari semalam kecuali bersama mahramnya."


Penutupan Kajian


Alhamdulillah, tak terasa kita telah sampai di penghujung kajian kita ini. Semoga setiap perkataan, setiap makna, dan setiap pelajaran dari adab-adab bepergian yang telah kita selami bersama, tidak hanya berhenti di telinga dan pikiran kita, melainkan meresap ke dalam hati dan menggerakkan amal perbuatan kita.


Faedah dan Pelajaran Penting

Para hadirin yang dirahmati Allah,

Dari pembahasan kita malam ini, kita dapat menarik banyak faedah dan pelajaran penting yang sangat berharga dalam menjalani hidup ini:

  1. Kesempurnaan Islam: Kita semakin menyadari betapa sempurnanya agama kita, Islam. Tidak ada satu pun aspek kehidupan, sekecil apa pun, yang luput dari perhatian syariat, termasuk adab bepergian. Ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, yang ingin segala aktivitas kita bernilai ibadah dan mendatangkan kebaikan.

  2. Kemudahan dalam Beribadah: Kita belajar tentang berbagai rukhsah (keringanan) yang Allah berikan kepada musafir. Ini adalah bukti nyata bahwa Allah tidak ingin memberatkan kita. Shalat qashar dan jamak, masbu khufain, hingga tayamum adalah bentuk kemudahan agar kita tetap bisa menjaga ketaatan di tengah tantangan perjalanan. Memahami dan mengamalkan rukhshah ini adalah wujud syukur kita atas kemurahan Allah.

  3. Pentingnya Doa dan Tawakal: Kita diingatkan betapa dahsyatnya kekuatan doa, terutama doa musafir yang mustajab. Setiap langkah, setiap keberangkatan, dan setiap persinggahan, kita diajarkan untuk selalu melibatkan Allah, memohon perlindungan, keberkahan, dan kebaikan. Ini menumbuhkan sikap tawakal dan ketergantungan penuh kepada-Nya.

  4. Ujian Akhlak dalam Safar: Perjalanan adalah cermin akhlak kita. Dalam kondisi lelah, jauh dari zona nyaman, karakter asli seseorang akan terlihat. Adab-adab ini membimbing kita untuk tetap menjaga kesabaran, keramahan, dan sikap tolong-menolong, bahkan di saat-saat paling menantang. Ini adalah kesempatan untuk mengasah diri dan meningkatkan kualitas pribadi.

  5. Menjaga Hak dan Silaturahim: Sebelum berangkat, kita diajarkan untuk menunaikan hak orang lain dan keluarga. Saat kembali, kita diingatkan untuk segera pulang ke keluarga dan bahkan memberi kabar terlebih dahulu. Ini menunjukkan bahwa ibadah tidak terpisah dari muamalah (interaksi sosial) dan tanggung jawab kita terhadap sesama, khususnya keluarga.


Harapan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Saudaraku seiman,

Ilmu yang kita dapatkan malam ini tidak akan bermanfaat jika tidak kita terapkan dalam kehidupan. Oleh karena itu, harapan besar kami adalah:

  • Jadikan setiap perjalanan Anda bermakna ibadah. Niatkan perjalanan Anda untuk hal-hal yang diridai Allah, baik itu mencari rezeki yang halal, menuntut ilmu, bersilaturahim, atau menunaikan ibadah haji dan umrah.

  • Hidupkan kembali sunnah-sunnah Nabi dalam safar. Mulailah dengan doa saat keluar rumah, saat naik kendaraan, dan saat singgah. Amalkanlah shalat qashar dan jamak jika memenuhi syarat, karena itu adalah hadiah dari Allah.

  • Perhatikan adab sosial. Berpamitanlah dengan baik, mintalah doa, dan berusahalah menjadi teman perjalanan yang menyenangkan dan membantu.

  • Berprasangka baiklah kepada Allah. Dengan mengamalkan adab-adab ini, yakinlah bahwa Allah akan menjaga Anda, keluarga Anda, dan harta benda Anda.

Semoga dengan memahami dan mengamalkan adab-adab bepergian ini, setiap perjalanan kita, baik dekat maupun jauh, menjadi perjalanan yang penuh keberkahan, keselamatan, dan bernilai pahala di sisi Allah SWT. Semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan senantiasa istiqamah di jalan kebaikan.

Akhir kata, marilah kita tutup majelis ilmu kita ini dengan membaca doa: 

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci