Hadits Tidak Bepergian Sendirian Di Waktu Malam
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Ikhwah fillah rahimakumullah,
Pada kesempatan kajian kita kali ini, kita akan membahas sebuah hadits yang tampaknya sederhana, namun ternyata mengandung pelajaran besar yang sering diabaikan dalam kehidupan sehari-hari. Hadits ini berbicara tentang larangan bepergian sendirian, khususnya di waktu malam. Tampaknya hal ini tidak banyak diperhatikan lagi, padahal justru di zaman modern ini, fenomena orang bepergian sendiri—baik karena alasan pekerjaan, petualangan, atau gaya hidup—makin marak. Kita melihat banyak orang yang merasa nyaman dengan kesendirian, seolah itu adalah bentuk kebebasan dan kemandirian. Mereka lupa bahwa Rasulullah ﷺ pernah memperingatkan secara khusus tentang bahayanya kesendirian dalam perjalanan malam.
Realitanya, banyak kasus kriminal, gangguan psikis, bahkan gangguan ghaib yang menimpa orang-orang yang terlalu sering menyendiri. Tak sedikit pula yang tiba-tiba mengalami kecelakaan di perjalanan, tanpa ada yang bisa menolong. Bahkan di kota besar sekalipun, malam hari tetap menyimpan ancaman yang tak bisa diremehkan. Maka hadits ini datang untuk menyadarkan kita semua, bahwa kebersamaan bukan hanya sunnah, tetapi juga benteng perlindungan. Kebersamaan adalah bagian dari ajaran Islam yang menjamin keselamatan fisik, mental, dan spiritual kita.
Oleh karena itu, memahami hadits ini sangat penting, bukan hanya untuk menjaga keselamatan pribadi, tetapi juga untuk membentuk pola hidup yang lebih islami, penuh kehati-hatian, dan kesadaran akan pengawasan Allah. Kajian ini akan membawa kita menyelami kedalaman sabda Nabi ﷺ tentang larangan bepergian malam sendirian, dan bagaimana ajaran beliau menyentuh sisi-sisi kehidupan kita yang seringkali luput dari perhatian. Semoga Allah membukakan hati kita untuk menerima nasihat Rasul-Nya dan mengamalkannya dalam keseharian. Aamiin.
Dari Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ
مَا فِي الوَحْدَةِ مَا أَعْلَمُ، مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ
“Seandainya manusia mengetahui apa yang aku ketahui tentang
bahayanya bersendirian, niscaya tidak ada seorang pun yang bepergian di malam
hari sendirian.”
HR. Al-Bukhari (2998).
Arti
dan Penjelasan Per Perkataan
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ
Seandainya manusia mengetahui
Perkataan ini menunjukkan adanya ilmu khusus yang
dimiliki oleh Nabi ﷺ yang tidak diketahui oleh kebanyakan
manusia.
Nabi memulai hadits ini dengan bentuk pengandaian,
“Seandainya manusia mengetahui…”, menandakan bahwa yang akan disebutkan adalah
perkara besar dan penting.
Kata “manusia” di sini umum, mencakup semua orang tanpa
terkecuali, menunjukkan bahwa ketidaktahuan terhadap hal ini bersifat
menyeluruh.
Ilmu yang dimaksud bukanlah ilmu biasa, tapi ilmu yang
sangat bernilai, yang bisa memengaruhi keputusan dan sikap hidup manusia. Dalam
konteks ini, ilmu tersebut berkaitan dengan bahayanya kesendirian dalam
perjalanan malam.
Hadits ini
juga mengandung isyarat bahwa tidak semua orang diberi akses kepada sebagian
ilmu, kecuali mereka yang mendapat bimbingan dari Nabi ﷺ atau
mengikuti jejak beliau.
مَا فِي الوَحْدَةِ
apa yang terdapat dalam kesendirian
Perkataan ini menjelaskan isi dari hal yang seandainya
diketahui manusia.
Kesendirian yang dimaksud bukan hanya sekadar sendiri
tanpa teman, tetapi kondisi ketika seseorang jauh dari perlindungan sosial,
keamanan bersama, dan kontrol spiritual dari komunitas.
Dalam kesendirian, seseorang lebih mudah diserang rasa
takut, was-was, bahkan gangguan jin atau bisikan syetan.
Ulama juga menafsirkan bahwa kesendirian dapat melemahkan
iman dan membuat hati rentan terhadap godaan, karena tidak ada yang
mengingatkan dalam kebaikan atau mencegah dalam keburukan.
Bahkan secara psikologis dan fisik, bepergian sendiri
pada malam hari sangat rawan terhadap bahaya, kecelakaan, atau tindak
kejahatan.
Oleh karena itu, Islam sangat menekankan pentingnya
kebersamaan dan perlindungan kolektif.
مَا أَعْلَمُ
apa yang aku ketahui
Perkataan ini menunjukkan bahwa ilmu tentang bahaya
kesendirian adalah sesuatu yang sudah diketahui oleh Rasulullah ﷺ dengan jelas dan pasti.
Ini adalah bentuk taqdim (pengedepanan) dalam bahasa
Arab yang berfungsi menegaskan betapa pentingnya ilmu ini.
Nabi ﷺ tidak
hanya menyampaikan informasi, tapi menegaskan bahwa beliau sendiri mengetahui
betul akibat buruk yang mungkin terjadi akibat kesendirian.
Ini sekaligus
memperkuat otoritas Nabi ﷺ sebagai sumber utama dalam
memahami realitas kehidupan dan ancamannya, baik yang terlihat maupun yang tak
kasat mata.
Maka, mengabaikan peringatan ini berarti mengabaikan
ilmu kenabian yang bersumber dari wahyu dan pengalaman hidup yang teruji.
مَا سَارَ رَاكِبٌ
بِلَيْلٍ وَحْدَهُ
nescaya tidak ada seorang penunggang pun yang berjalan
malam sendirian
Perkataan ini adalah kesimpulan dari pengandaian di awal
hadits.
Jika manusia
tahu bahaya kesendirian seperti yang Nabi ﷺ ketahui, maka tidak akan ada
seorang pun yang bepergian sendirian di malam hari.
Kalimat ini menggunakan bentuk penegasan “مَا سَارَ” yang mengandung makna larangan dan peringatan keras.
Penunggang kuda atau unta pada masa itu adalah simbol
orang bepergian jauh, dan malam adalah waktu paling rentan terhadap serangan
musuh atau gangguan jin.
Dalam konteks kekinian, ini mencakup larangan bepergian
sendiri dalam kondisi yang rawan, baik secara fisik, sosial, maupun spiritual.
Hadits ini
juga mengandung prinsip kehati-hatian (احتياط) dalam syariat, yakni mengambil
sebab keselamatan dan menghindari bahaya yang tidak perlu.
Syarah Hadits
فِي هٰذَا الْحَدِيثِ
Dalam hadits ini
يُحَذِّرُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Nabi ﷺ memperingatkan
مِنَ الْوَحْدَةِ وَالِانْفِرَادِ
dari kesendirian dan keterpisahan
فِي السَّيْرِ وَالسَّفَرِ فِي اللَّيْلِ
dalam perjalanan dan safar di malam hari
فَأَخْبَرَ أَنَّهُ
maka beliau memberitakan bahwa
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ
seandainya manusia mengetahui
مَا يَعْلَمُهُ هُوَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
apa yang beliau ﷺ ketahui
مِنَ الضَّرَرِ وَالْمَخَاطِرِ وَالْآفَاتِ
dari bahaya, risiko, dan malapetaka
الَّتِي تَحْصُلُ مِنْ ذٰلِكَ
yang timbul dari hal itu
لِلْمُسَافِرِ الْمُنْفَرِدِ فِي سَفَرِهِ
bagi musafir yang sendirian dalam perjalanannya
لَمْ يَسِرْ رَاكِبٌ وَحِيدًا فِي اللَّيْلِ
niscaya tidak ada penunggang yang berjalan sendirian di malam hari
وَهٰذَا مِنَ التَّخْوِيفِ وَالزَّجْرِ
dan ini termasuk bentuk peringatan dan larangan keras
عَنِ السَّفَرِ مُنْفَرِدًا
untuk bersafar sendirian
فَالْمُنْفَرِدُ فِي السَّفَرِ
maka orang yang sendirian dalam safar
يَسْهُلُ الطَّمَعُ فِيهِ
mudah menjadi sasaran kejahatan
وَإِنْ مَاتَ فِي السَّفَرِ
dan jika ia mati dalam perjalanan
لَمْ يَكُنْ هُنَاكَ مَنْ يُكَفِّنُهُ
وَيُغَسِّلُهُ
tidak ada yang mengafani dan memandikannya
وَيُقِيمُ جِنَازَتَهُ
dan menegakkan jenazahnya
وَلَعَلَّ قَوْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
dan bisa jadi sabda beliau ﷺ
عَنِ الْوَحْدَةِ فِي سَيْرِ اللَّيْلِ
وَالسَّفَرِ وَحِيدًا
tentang kesendirian dalam perjalanan malam dan safar sendirian
إِنَّمَا هُوَ إِشْفَاقٌ
sesungguhnya itu adalah bentuk kasih sayang
عَلَى الْوَاحِدِ مِنَ الشَّيَاطِينِ
terhadap orang yang sendirian dari gangguan syaitan
لِأَنَّهُ وَقْتُ انْتِشَارِهِمْ وَأَذَاهُمْ
لِلْبَشَرِ
karena itu adalah waktu penyebaran dan gangguan mereka terhadap manusia
بِالتَّمْثِيلِ لَهُمْ
dengan menampakkan diri kepada mereka
وَمَا يُفْزِعُهُمْ وَيُدْخِلُ فِي
قُلُوبِهِمُ الْوَسَاوِسَ
dan yang membuat mereka takut serta menanamkan waswas dalam hati mereka
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/10028
Pelajaran dari Hadits
ini
1. Nilai Penting Ilmu dalam Menghadapi Kehidupan
Perkataan لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ (Seandainya manusia mengetahui) menunjukkan bahwa ada ilmu tertentu yang sangat penting namun tidak diketahui oleh kebanyakan orang. Ini menandakan bahwa keterbatasan ilmu manusia bisa membuat mereka menyepelekan hal-hal yang sebenarnya berbahaya. Maka, penting bagi seorang Muslim untuk senantiasa mencari ilmu, khususnya yang berkaitan dengan keselamatan jiwa, agama, dan akhirat. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Az-Zumar ayat 9:قُلْ
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Katakanlah: Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?)
Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin hati-hati pula dia dalam bersikap dan mengambil keputusan. Karena itulah, orang berilmu sejati tidak meremehkan nasihat Nabi ﷺ meskipun kelihatannya sepele, seperti larangan bepergian sendiri.
2. Bahaya yang Tersembunyi dalam Kesendirian
Perkataan مَا فِي الوَحْدَةِ (apa yang terdapat dalam kesendirian) menyiratkan bahwa di balik kondisi sendirian, ada potensi bahaya yang tidak terlihat secara langsung. Bahaya itu bisa berupa gangguan fisik seperti kejahatan, atau gangguan spiritual seperti godaan syaitan dan lemahnya iman. Syaitan lebih mudah menguasai orang yang sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam hadits:إِنَّمَا
يَأْكُلُ الذِّئْبُ مِنَ الغَنَمِ القَاصِيَةَ
(Sesungguhnya serigala hanya memakan kambing yang terpisah dari kelompoknya) – HR. Abu Dawud (547).
Kesendirian yang tidak mendesak dapat membuka pintu bisikan buruk dan rasa takut yang dilebih-lebihkan, sehingga seseorang menjadi cemas dan terganggu pikirannya.
3. Keistimewaan Ilmu Nabi ﷺ
Perkataan مَا أَعْلَمُ (apa yang aku ketahui) menunjukkan bahwa ilmu yang dimiliki Nabi ﷺ bukan ilmu biasa, tapi berasal dari wahyu dan pengalaman kenabian. Dengan ilmu tersebut, beliau bisa menilai sejauh mana bahaya yang tersembunyi di balik suatu perkara. Ini mengajarkan kita untuk tunduk kepada petunjuk beliau walaupun akal kita belum mampu mencernanya sepenuhnya. Allah ﷻ memerintahkan dalam QS. Al-Hasyr ayat 7:وَمَا
آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
(Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah)
Menolak nasihat beliau berarti menolak ilmu yang jauh lebih luas daripada yang bisa dijangkau oleh logika manusia biasa.
4. Anjuran Menjauhi Perjalanan Sendiri di Malam Hari
Perkataan مَا سَارَ رَاكِبٌ بِلَيْلٍ وَحْدَهُ (nescaya tidak ada seorang penunggang pun yang berjalan malam sendirian) adalah bentuk larangan secara halus dari Nabi ﷺ terhadap perjalanan malam secara sendirian. Ini menunjukkan pentingnya berjamaah atau minimal berteman dalam perjalanan agar lebih aman, tenang, dan tidak mudah tergelincir dalam keburukan. Waktu malam adalah waktu rawan yang penuh potensi bahaya fisik dan spiritual. Dalam hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Nabi ﷺ bersabda:الرَّاكِبُ
شَيْطَانٌ، وَالرَّاكِبَانِ شَيْطَانَانِ، وَالثَّلَاثَةُ رَكْبٌ
(Satu orang pengendara itu syaitan, dua orang juga syaitan, dan tiga orang itulah kelompok perjalanan yang benar) HR Abu Dawud (2607), At-Tirmidzi (1674), An-Nasa’i dalam As-Sunan Al-Kubra (8798), dan Ahmad (6748)
Ini menunjukkan bahwa kebersamaan adalah perlindungan, dan kesendirian sering membuka peluang celaka.
5. Ancaman Godaan Setan saat Sendirian
Meskipun tidak disebutkan langsung dalam teks hadits, tetapi dari makna keseluruhan dapat dipahami bahwa orang yang sering menyendiri, terutama dalam perjalanan, lebih mudah dipengaruhi oleh bisikan syaitan. Kesendirian menjadi celah bagi masuknya waswas, rasa takut, pikiran buruk, bahkan niat dosa. Dalam QS. Al-A‘rāf ayat 200, Allah ﷻ berfirman:وَإِمَّا
يَنزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
(Dan jika engkau digoda oleh bisikan syaitan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah)
Ini menunjukkan bahwa tempat atau kondisi yang sunyi bisa menjadi lahan subur bagi godaan syaitan bila tidak diiringi dengan dzikir dan kewaspadaan.
6. Bahaya Ketidaksiapan Mental dan Fisik saat Sendirian
Perjalanan malam membutuhkan kewaspadaan tinggi. Ketika seseorang bepergian sendirian, terutama pada malam hari, dia tidak punya teman untuk berbagi tugas, berbagi rasa takut, atau berjaga jika terjadi sesuatu. Ini rentan menyebabkan stres, kelelahan, bahkan gangguan kesehatan. Islam sangat peduli terhadap kesehatan fisik dan mental. Rasulullah ﷺ bersabda:إِنَّ
لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا
(Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu) – HR. Al-Bukhari (5199).
Karena itu, memilih kondisi perjalanan yang aman dan sehat termasuk bentuk memuliakan nikmat tubuh yang diberikan oleh Allah.
7. Kesendirian Membuka Peluang Maksiat
Bepergian sendiri apalagi di malam hari juga bisa menjadi celah bagi seseorang untuk melakukan maksiat secara sembunyi-sembunyi. Tidak ada orang lain yang melihat atau mengingatkan, sehingga bisikan nafsu lebih mudah dilampiaskan. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa orang yang berdosa dalam kesendirian termasuk orang yang tidak mendapat naungan di hari kiamat:وَرَجُلٌ
دَعَتْهُ امْرَأَةٌ... فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
(Dan seseorang yang diajak oleh wanita untuk berzina lalu berkata: “Aku takut kepada Allah”) – HR. Muslim (1031).
Kondisi sepi adalah ujian, dan hanya orang yang memiliki muraqabah (kesadaran akan pengawasan Allah) yang selamat darinya.
8. Anjuran untuk Memilih Teman Perjalanan yang Baik
Karena larangan bepergian sendirian begitu ditekankan, maka hadits ini sekaligus menganjurkan untuk memiliki teman perjalanan yang saleh dan amanah. Teman perjalanan yang baik bisa menjadi penjaga, penolong, pengingat, dan penenang. Dalam QS. Az-Zukhruf ayat 67, Allah ﷻ berfirman:الْأَخِلَّاءُ
يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
(Teman-teman karib pada hari itu (kiamat) akan saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa)
Maka, bukan hanya penting memiliki teman, tetapi juga teman yang bertakwa agar membawa manfaat dunia dan akhirat.
9. Kebersamaan adalah Rahmat, Perpecahan adalah Azab
Secara umum, hadits ini memperkuat prinsip bahwa Islam dibangun atas dasar kebersamaan. Banyak ibadah utama dalam Islam pun dilaksanakan secara berjamaah, seperti salat, haji, dan jihad. Rasulullah ﷺ bersabda:يَدُ
اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ، وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ
(Tangan (pertolongan) Allah bersama jamaah, dan siapa yang menyendiri (menyimpang dari jamaah), maka ia akan menyendiri di neraka. ) – HR. Tirmidzi (2167).
Kebersamaan bukan hanya perkara strategi hidup, tapi juga bagian dari perlindungan ruhani dan rahmat ilahi.
Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan pentingnya menjauhi kesendirian dalam situasi yang rawan, terutama dalam perjalanan malam. Islam sangat menekankan keselamatan, kebersamaan, dan kewaspadaan terhadap bisikan syaitan. Nabi ﷺ menunjukkan bahwa ilmu yang beliau bawa tidak selalu bisa dijangkau logika manusia biasa, tetapi wajib diikuti demi kebaikan hidup dunia dan akhirat.
Penutup
Kajian
Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita taufiq dan kesempatan untuk bersama-sama mempelajari sabda Rasulullah ﷺ yang penuh hikmah dan kasih sayang. Hadits yang kita bahas hari ini, meski singkat, mengandung pelajaran yang sangat mendalam tentang pentingnya menjaga diri dari bahaya kesendirian, khususnya saat bepergian di malam hari.
Kita telah memahami bahwa larangan bepergian sendirian bukan hanya karena faktor keamanan fisik, tetapi juga menyangkut keselamatan jiwa, mental, dan spiritual. Rasulullah ﷺ, dengan ilmu dan kasih sayangnya kepada umat, ingin menjaga kita dari gangguan makhluk halus, dari godaan syaitan, bahkan dari rasa takut dan waswas yang dapat mengganggu hati seorang hamba saat ia sendiri. Islam tidak hanya mengatur hal-hal besar, tapi juga memperhatikan aspek-aspek kecil kehidupan yang seringkali dianggap remeh namun punya dampak besar.
Maka harapan kami, setelah mengikuti kajian ini, para jamaah yang dirahmati Allah dapat menerapkan faedah hadits ini dalam kehidupan sehari-hari. Jika memang harus bepergian di malam hari, usahakan untuk tidak sendirian. Pilihlah teman yang bisa diajak dalam kebaikan, yang bisa saling menjaga dan mengingatkan. Jika terpaksa sendiri, jangan lupa untuk memperbanyak dzikir, membaca doa safar, dan selalu merasa diawasi oleh Allah. Jadikan hadits ini sebagai pedoman kehati-hatian dalam hidup, dan tanamkan dalam hati bahwa semua nasihat Rasulullah ﷺ adalah untuk kebaikan dan keselamatan kita di dunia dan akhirat.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita hamba-hamba yang mendengar nasihat lalu mengikutinya dengan amal. Semoga kita dijauhkan dari bahaya, dilindungi dari gangguan makhluk jahat, dan selalu berada dalam penjagaan Allah ﷻ dalam setiap langkah kehidupan kita.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ