Hadits: Akhlak Baik Itu Paling Berat Di Mizan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga hari kiamat.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan yang mulia ini, kita akan mengkaji salah satu hadis Nabi ﷺ yang memiliki makna mendalam dalam kehidupan kita, yakni tentang keutamaan akhlak yang baik. Hadis ini menegaskan bahwa tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan amal seorang mukmin di hari kiamat selain akhlak yang mulia.
Latar Belakang Permasalahan di Masyarakat
Jika kita melihat kondisi masyarakat saat ini, kita akan menemukan bahwa banyak problem sosial berakar pada krisis akhlak. Pergaulan yang dipenuhi dengan ucapan kasar, sikap tidak menghormati orang lain, maraknya fitnah dan kebencian di media sosial, serta hilangnya rasa malu dalam berperilaku menjadi bukti nyata betapa akhlak yang baik semakin ditinggalkan. Bahkan, tidak jarang kita temui seseorang yang rajin beribadah, tetapi kurang menjaga lisannya, suka meremehkan orang lain, atau tidak menunjukkan budi pekerti yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
Sungguh, ini adalah realitas yang memprihatinkan. Padahal, dalam Islam, ibadah dan akhlak adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kebaikan seorang Muslim tidak hanya diukur dari sejauh mana ia tekun dalam ritual ibadah, tetapi juga dari bagaimana ia berinteraksi dengan sesama manusia.
Urgensi Mempelajari Hadis Ini
Hadis yang akan kita bahas hari ini memiliki urgensi yang sangat besar bagi kita semua, karena beberapa alasan berikut:
-
Akhlak yang baik adalah indikator keimanan seseorang. Nabi ﷺ mengajarkan bahwa kesempurnaan iman seseorang sangat erat kaitannya dengan akhlaknya. Tidak cukup hanya beribadah, tetapi harus diiringi dengan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
-
Akhlak yang baik memiliki bobot berat dalam timbangan amal di akhirat. Di antara banyak amal yang kita lakukan, akhlak yang baik adalah salah satu faktor utama yang akan memberatkan timbangan kebaikan kita di hari kiamat.
-
Allah membenci orang yang keji dan berkata kasar. Perbuatan dan ucapan yang tidak pantas tidak hanya merusak hubungan antar manusia, tetapi juga menjadi sebab kemurkaan Allah. Oleh karena itu, memahami hadis ini akan membantu kita menghindari karakter buruk yang dibenci Allah.
-
Menjadi solusi atas krisis sosial yang terjadi. Jika setiap Muslim benar-benar menerapkan akhlak yang baik dalam kehidupannya, niscaya banyak permasalahan sosial dapat diatasi. Sikap saling menghormati, berkata dengan santun, dan menjunjung tinggi etika dalam berinteraksi akan menciptakan lingkungan yang harmonis dan penuh keberkahan.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Dengan memahami urgensi hadis ini, kita akan semakin sadar bahwa ajaran Islam bukan sekadar mengatur ibadah, tetapi juga membentuk karakter umatnya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Oleh karena itu, marilah kita renungkan dan amalkan kandungan hadis ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang berakhlak mulia dan mendapatkan timbangan amal yang berat di hari kiamat. آمين يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.
Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ شَيْءٍ
أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
وَإِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ
"Tidak
ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari
kiamat selain akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji
dan berkata kasar."
HR Abu Daud
(4799), Ahmad (27517), dan At-Tirmidzi (2002).
Arti
Per Kalimat
مَا مِنْ شَيْءٍ
Tidak ada sesuatu pun
Ini menunjukkan bentuk penegasan
(ta'kid) bahwa tidak ada satu pun perkara yang lebih utama dari yang disebutkan
setelahnya.
ما شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat
Perkataan ini menggambarkan pentingnya timbangan amal pada Hari Kiamat sebagai alat ukur nilai amal seseorang di sisi Allah.
Timbangan ini bukan sekadar simbolik, melainkan hakikat nyata yang disebut dalam banyak ayat dan hadits.
Kata "أَثْقَلُ" (lebih berat) menunjukkan perbandingan dengan seluruh jenis amal, baik ibadah fisik seperti salat dan puasa, maupun ibadah harta seperti zakat dan sedekah.
Hal ini menandakan bahwa ada satu jenis amal yang nilainya sangat besar, bahkan melebihi ibadah-ibadah zahir lainnya.
Kata "الْمُؤْمِنِ" menunjukkan bahwa yang mendapatkan manfaat dari timbangan ini adalah mereka yang beriman, karena hanya iman yang menjadikan amal diterima dan bermakna.
Perkataan "يَوْمَ الْقِيَامَةِ" mengingatkan bahwa penilaian akhir terjadi di hari pengadilan, bukan di dunia—tempat manusia sering menilai dengan standar yang keliru.
مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ
Dari akhlak yang baik
Ini adalah inti dari hadits: bahwa akhlak mulia adalah amalan yang paling berat nilainya dalam timbangan amal seorang mukmin.
Kata "خُلُقٍ" mencakup seluruh aspek perilaku batin dan lahir seseorang dalam berinteraksi dengan sesama manusia dan makhluk lainnya.
Adapun "حَسَنٍ" berarti indah, baik, dan terpuji, yang mencerminkan nilai-nilai kasih sayang, kesabaran, kejujuran, amanah, tawadhu‘, dan adab mulia lainnya.
Akhlak yang baik bukan hanya sekadar senyum atau kata yang lembut, tapi mencakup sikap sabar terhadap gangguan, pemaaf terhadap kesalahan, serta adil dan jujur dalam semua urusan.
Nabi menekankan hal ini karena banyak orang mengira ibadah ritual saja sudah cukup, padahal Islam adalah agama yang sangat memperhatikan hubungan antar manusia.
Dengan akhlak yang baik, seseorang tidak hanya memperbaiki dirinya, tetapi juga menciptakan kedamaian di tengah masyarakat dan menjadi perantara hidayah bagi orang lain.
فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ
Sesungguhnya Allah Ta‘ala benar-benar membenci orang yang keji dan kotor lisannya.
Perkataan ini memberi peringatan keras bahwa lawan dari akhlak yang baik adalah sesuatu yang dibenci oleh Allah secara mutlak.
Kata "الفَاحِشَ" mengacu pada segala bentuk perilaku yang melampaui batas, seperti ucapan jorok, kasar, makian, atau perbuatan yang tidak pantas secara moral.
Sedangkan "البَذِيءَ" lebih khusus pada kekotoran lisan, yakni mereka yang biasa berkata kotor, menghina, melecehkan, atau melukai orang lain dengan kata-kata.
Gabungan dua sifat ini menunjukkan bahaya akhlak buruk, terutama yang berkaitan dengan lidah, karena lidah sering diremehkan padahal dapat menjerumuskan ke neraka.
Allah menggunakan bentuk “لَيُبْغِضُ” (benar-benar membenci) yang menunjukkan kebencian tingkat tinggi dan ketidaksukaan yang terus-menerus dari Allah terhadap orang seperti ini.
Ini adalah peringatan bahwa akhlak buruk bukan hanya dosa terhadap manusia, tapi juga menjadikan pelakunya dibenci oleh Allah, bahkan jika ia rajin beribadah.
Syarah
Hadits
عَلَّمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Nabi ﷺ mengajarkan
أُمَّتَهُ مَحَاسِنَ الْأَخْلَاقِ
kepada umatnya akhlak yang mulia
بِهَدْيِهِ وَسَمْتِهِ وَأَقْوَالِهِ
dengan petunjuknya, penampilannya, dan ucapannya.
وَمِنْ مَبَادِئِ الْإِسْلَامِ الْكَرِيمَةِ
Dan di antara prinsip-prinsip Islam yang mulia
الَّتِي يَنْبَغِي عَلَى الْمُسْلِمِ أَنْ
يَتَحَلَّى بِهَا
yang seharusnya dimiliki oleh seorang Muslim
الْأَخْلَاقُ الْحَسَنَةُ
adalah akhlak yang baik.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ
Dan dalam hadis ini
يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Nabi ﷺ bersabda:
"مَا شَيْءٌ"
"Tidak ada sesuatu pun,"
أَي: لَا يُوجَدُ شَيْءٌ مِنَ الْأَعْمَالِ
وَالْأَقْوَالِ
(artinya:) Tidak ada sesuatu pun dari perbuatan dan perkataan
"أَثْقَلَ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ"
"yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin"
أَي: أَعْظَمَ فِي الثَّوَابِ وَالْأَجْرِ
(artinya:) yang lebih besar dalam pahala dan ganjaran
يَكُونُ فِي صَحِيفَةِ الْعَبْدِ
yang akan tercatat dalam lembaran amal seorang hamba
وَيُثَقِّلُ لَهُ مِيزَانَهُ
dan memberatkan timbangannya (dengan kebaikan)
"يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ"
pada hari kiamat selain akhlak yang baik.
فَحُسْنُ الْخُلُقِ دَلِيلٌ عَلَى حُسْنِ
الدِّينِ
Maka, akhlak yang baik adalah tanda kebaikan agama (seseorang)
لِأَنَّهُ تَطْبِيقٌ عَمَلِيٌّ لِأَوَامِرِ
اللَّهِ تَعَالَى وَرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
karena ia merupakan penerapan nyata dari perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya ﷺ.
"فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيُبْغِضُ
الْفَاحِشَ"
"Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci orang yang keji"
أَي: ذَا الْفُحْشِ فِي فِعْلِهِ وَقَوْلِهِ
(artinya:) yaitu orang yang melakukan kekejian dalam perbuatan dan ucapannya
"الْبَذِيءَ"
"dan orang yang berkata kasar"
الَّذِي يَتَكَلَّمُ بِمَا يُكْرَهُ سَمَاعُهُ
yaitu orang yang mengucapkan sesuatu yang tidak pantas untuk didengar
أَوْ مَنْ يُرْسِلُ لِسَانَهُ بِمَا لَا
يَنْبَغِي
atau orang yang membiarkan lisannya berkata tanpa kendali (sesuatu yang tidak
sepantasnya)
وَاحْتِقَارِ الْغَيْرِ
dan yang meremehkan orang lain.
وَفِي الْحَدِيثِ
Dan dalam hadis ini terdapat
التَّنْبِيهُ عَلَى مَكَانَةِ حُسْنِ
الْخُلُقِ
penekanan tentang kedudukan tinggi dari akhlak yang baik.
وَفِيهِ
Dan di dalamnya juga terdapat
إِثْبَاتُ الْمِيزَانِ وَوَزْنِ الْأَعْمَالِ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ
penetapan adanya timbangan dan penimbangan amal di hari kiamat.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/71603
Pelajaran dari Hadits ini
1. Keutamaan Akhlak Baik di Hari Kiamat
Dalam perkataan ما شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (Tidak ada sesuatu yang lebih berat di timbangan seorang mukmin pada Hari Kiamat), Nabi ﷺ ingin menunjukkan bahwa amal yang paling besar nilainya kelak bukanlah yang tampak besar di mata manusia, tetapi akhlak yang baik. Timbangan amal kelak menjadi penentu keberuntungan seseorang di akhirat, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-A‘raf: 8–9:وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ
الْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُو۟لَـٰئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُو۟لَـٰئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم
(Timbangan pada hari itu adalah benar. Maka barang siapa berat timbangannya, merekalah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan diri sendiri). Akhlak baik mencakup sabar, jujur, pemaaf, rendah hati, dan ramah kepada manusia. Inilah sebabnya akhlak mulia menjadi amal yang paling berat timbangannya, karena mencerminkan keutuhan iman dan pengaruh dari ibadah yang benar. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ
إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ
أَخْلَاقًا
(Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah yang paling baik akhlaknya) – HR. Tirmidzi, no. 2018.
2. Akhlak Baik adalah Inti dari Keimanan
Dalam perkataan مِن خُلُقٍ حَسَنٍ (daripada akhlak yang baik), Nabi ﷺ menegaskan bahwa akhlak yang baik bukan sekadar pelengkap, tapi inti dari agama. Akhlak yang baik adalah buah dari iman yang benar, dan menjadi indikator kualitas seorang mukmin dalam kehidupan sosial. Akhlak tidak hanya terlihat saat di masjid, tapi terutama saat seseorang berinteraksi dengan keluarga, tetangga, teman kerja, dan orang yang berbeda pandangan. Rasulullah ﷺ bersabda:أَكْمَلُ
الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
(Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya) – HR. Tirmidzi, no. 1162.
Allah juga memuji Nabi ﷺ karena akhlaknya:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ
خُلُقٍ عَظِيمٍ
(Dan sungguh, engkau (Muhammad) benar-benar berada di atas akhlak yang agung) (QS. Al-Qalam: 4). Maka orang yang mengaku beriman, tetapi akhlaknya buruk, sejatinya sedang merusak bobot keimanannya di sisi Allah.
3. Akhlak Buruk Menjadikan Allah Murka
Perkataan فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَيُبْغِضُ الفَاحِشَ البَذِيءَ (Sesungguhnya Allah Ta‘ala benar-benar membenci orang yang keji dan kotor lisannya) memberi peringatan keras bahwa Allah tidak menyukai perilaku kasar, jorok, dan ucapan yang menyakitkan. "الفَاحِشَ" menunjuk pada seseorang yang biasa berkata atau berbuat melampaui batas norma dan adab. Sedangkan "البَذِيءَ" menunjuk kepada kebiasaan berkata kotor, memaki, atau menyebar fitnah. Akhlak seperti ini menunjukkan kerusakan hati, dan tidak mencerminkan sikap seorang mukmin sejati. Rasulullah ﷺ bersabda:لَيْسَ الْمُؤْمِنُ
بِالطَّعَّانِ، وَلَا اللَّعَّانِ، وَلَا الْفَاحِشِ، وَلَا الْبَذِيءِ
(Seorang mukmin itu bukan orang yang suka mencela, melaknat, berkata keji, dan kotor) – HR. Tirmidzi, no. 1977.
Allah juga berfirman dalam QS. Al-Hujurat: 11–12 untuk mencegah cercaan, ejekan, dan kata-kata kotor yang merusak persaudaraan. Maka menjaga lisan dari kekejian adalah bentuk ibadah besar yang sering diabaikan.
4. Akhlak Baik Memperberat Timbangan Meskipun Amal Sedikit
Perkataan ini mengandung isyarat bahwa orang yang akhlaknya baik, walaupun amalnya sedikit, bisa lebih berat timbangannya dibanding orang yang rajin ibadah tetapi akhlaknya buruk. Ini sejalan dengan hadits Rasulullah ﷺ:إنَّ الرَّجُلَ ليبلُغُ
بحُسنِ خُلُقِهِ درجاتِ قائمِ اللَّيلِ صائمِ النَّهارِ
(Sungguh, seseorang dapat mencapai derajat orang yang bangun malam dan puasa di siang hari hanya karena akhlaknya yang baik) – HR. Abu Dawud, no. 4798.
Hadits ini menunjukkan bahwa akhlak baik bisa menjadi jalan pintas menuju derajat tinggi di akhirat, karena akhlak berkaitan langsung dengan maslahat orang banyak, sedangkan ibadah individu terbatas pada diri sendiri. Maka siapa pun bisa berlomba dalam akhlak, meskipun tidak kuat dalam ibadah fisik.
5. Ukuran Kemuliaan Seseorang Terletak pada Akhlaknya
Hadits ini juga menunjukkan bahwa akhlak baik adalah cerminan derajat seseorang di mata Allah, bukan karena harta, keturunan, atau popularitas. Rasulullah ﷺ bersabda:إنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ
أَحْسَنَكُمْ أَخْلَاقًا
(Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya) – HR. Bukhari, no. 3559.
Ini menjadi pelajaran bahwa kriteria mulia dalam Islam bukan berdasarkan tampilan luar atau status sosial, tetapi sejauh mana seseorang bisa menjaga lisannya, menahan emosinya, dan bersikap ramah serta sabar terhadap sesama.
6. Tidak Ada Kebaikan dalam Akhlak Buruk Meski Banyak Ibadah
Hadits ini menjadi alarm keras bagi orang yang rajin ibadah tetapi tidak menjaga akhlak dan lisannya. Rasulullah ﷺ bersabda tentang seorang wanita:تُصَلِّي اللَّيْلَ،
وَتَصُومُ النَّهَارَ، وَتَفْعَلُ، وَتَصَدَّقُ، وَتُؤْذِي جِيرَانَهَا
بِلِسَانِهَا. فَقَالَ: لاَ خَيْرَ فِيهَا، هِيَ فِي النَّارِ
(Ia salat malam, puasa siang, banyak amal dan sedekah, tetapi menyakiti tetangganya dengan lisannya. Beliau berkata: Tidak ada kebaikan padanya, dia di neraka) – HR. Ahmad, no. 9675.
Hadits ini menegaskan bahwa ibadah tanpa akhlak tidak akan menyelamatkan seseorang di akhirat. Maka menjaga akhlak bukan sekadar tambahan, tapi inti dari keselamatan akhirat.
7. Akhlak Baik adalah Bentuk Dakwah Paling Kuat
Hadits ini secara tersirat juga mengajarkan bahwa akhlak yang baik adalah sarana dakwah yang paling efektif. Banyak orang tertarik kepada Islam bukan karena pidato panjang, tapi karena melihat akhlak jujur, amanah, penyayang, dan sopan dari seorang muslim. Rasulullah ﷺ sendiri menaklukkan hati banyak manusia melalui akhlaknya, bukan dengan kekuatan. Dalam QS. Ali ‘Imran: 159, Allah berfirman:فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ
اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ
حَوْلِكَ
(Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah engkau berlaku lemah lembut kepada mereka. Sekiranya engkau bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauh dari sekelilingmu).
Ini menunjukkan bahwa akhlak bukan hanya amal, tetapi juga senjata dakwah yang luar biasa.
Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa akhlak yang baik adalah investasi akhirat terbesar bagi seorang mukmin. Ia tidak hanya memperberat timbangan amal, tetapi juga menjadi tanda keimanan sejati dan jalan menuju cinta Allah serta keselamatan dari neraka. Sebaliknya, lisan yang kotor dan sikap yang kasar akan menjadi sebab utama kemurkaan Allah, meski seseorang banyak beribadah. Maka, akhlak adalah ruh dari seluruh ajaran Islam.
Penutup Kajian
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah, hadits yang kita kaji hari ini mengajarkan kepada kita bahwa akhlak yang baik bukan hanya penghias lisan dan perilaku, tetapi merupakan inti dari keimanan dan salah satu amal yang paling berat timbangannya di akhirat. Di saat banyak orang mengejar amalan besar yang tampak, Rasulullah ﷺ justru menunjukkan bahwa amal yang paling berbobot adalah خُلُقٍ حَسَنٍ—akhlak yang baik dalam bergaul dengan manusia.
Hadits ini juga mengingatkan bahwa Allah membenci sikap الفاحش البذيء—orang yang keji dalam perbuatan dan kotor dalam ucapan. Maka penting bagi setiap kita untuk menjaga lisan, menahan emosi, bersabar atas gangguan orang lain, serta menebarkan kebaikan dan kelembutan dalam setiap interaksi.
Harapan kita semua, semoga setelah mengikuti kajian ini, kita tidak hanya memahami kandungan hadits secara teori, tetapi benar-benar bertekad menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari—di rumah, di tempat kerja, di jalan, di dunia nyata maupun media sosial. Jadikan akhlak yang baik sebagai karakter kita, bukan sekadar respons sesaat. Semoga dengan akhlak mulia, Allah memberatkan timbangan amal kita kelak, memuliakan kita di sisi-Nya, dan menjadikan kita dekat dengan Rasulullah ﷺ di surga-Nya. Aamiin.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ حُسْنِ الْخُلُقِ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَثَقِّلْ مَوَازِينَـنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.
"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang memiliki akhlak yang baik. Ampunilah dosa-dosa kami, beratkanlah timbangan amal kami pada hari kiamat, dan masukkanlah kami ke dalam surga tanpa hisab, dengan rahmat-Mu, wahai Dzat yang Maha Pengasih di antara para pengasih."
Kita tutup dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ