Tafsir: Perintah Mengucapkan Salam dan Meminta Izin Jika Masuk Rumah Orang Lain - QS An-Nur (27)


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad, serta kepada keluarga dan seluruh sahabatnya.

Hadirin sekalian yang dirahmati oleh Allah,

Di zaman sekarang, kita menyaksikan bagaimana adab dan etika sosial mulai terkikis dalam kehidupan bermasyarakat. Banyak orang yang sembrono dalam memasuki rumah orang lain, baik karena faktor kebiasaan, ketidaktahuan, atau menganggap hal tersebut sepele. Tidak sedikit orang yang masuk tanpa izin ke rumah tetangga, kerabat, atau sahabatnya, bahkan ada yang mengetuk pintu dengan keras atau langsung membuka pintu tanpa memastikan apakah pemilik rumah mengizinkannya.

Di sisi lain, ada pula kejadian yang lebih parah, seperti orang yang marah atau tersinggung jika tidak diizinkan masuk, seolah-olah izin itu adalah haknya, padahal masuk ke rumah orang lain tanpa izin merupakan bentuk pelanggaran terhadap hak-hak sesama Muslim. Fenomena ini menimbulkan ketidaknyamanan, kegelisahan, bahkan fitnah di tengah masyarakat.

Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari dan memahami tafsir Surat An-Nur ayat 27, karena ayat ini memberikan bimbingan kepada kita tentang adab meminta izin sebelum masuk ke rumah orang lain. Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur segala aspek kehidupan, termasuk bagaimana cara bertamu yang benar, bagaimana menjaga kehormatan dan privasi orang lain, serta bagaimana membangun hubungan sosial yang baik dalam masyarakat.

Oleh karena itu, dalam kajian kali ini, kita akan menggali lebih dalam hikmah dan pelajaran yang terkandung dalam ayat ini, agar kita bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan memahami tafsir ayat ini, kita semua dapat memperbaiki adab dalam berinteraksi, membangun kehidupan yang lebih harmonis, serta mendapatkan keberkahan dalam setiap langkah kita.

Al-Quran Surat An-Nur ayat 27

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu ingat."

(QS. An-Nur: 27)


Arti per Kata


يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟

"Wahai orang-orang yang beriman!"

Allah memanggil orang-orang beriman sebagai bentuk penghormatan dan perhatian khusus kepada mereka. Seruan ini menunjukkan bahwa perintah dalam ayat ini khusus bagi kaum mukminin, karena mereka yang benar-benar beriman akan mengikuti aturan Allah.


لَا تَدۡخُلُوا۟ بُيُوتًا غَيۡرَ بُيُوتِكُمۡ

"Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu"

Allah melarang seseorang masuk ke rumah orang lain tanpa izin, karena rumah adalah tempat privasi. Ini untuk menjaga kehormatan dan keamanan penghuni rumah dari gangguan atau rasa tidak nyaman akibat kedatangan yang tiba-tiba.


حَتَّىٰ تَسۡتَأۡنِسُوا۟

"Sampai kamu meminta izin"

 Kata تَسْتَأْنِسُوا  berasal dari akar kata أنس  yang berarti "menjadi akrab atau nyaman". Meminta izin disebut استئناس  (isti’nās) karena tujuan utamanya adalah menciptakan rasa nyaman bagi penghuni rumah sebelum tamu masuk.


وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهۡلِهَاۚ

"Dan memberi salam kepada penghuninya"

Setelah meminta izin, seseorang harus mengucapkan salam kepada penghuni rumah dengan ucapan السَّلَامُ عَلَيْكُمْ  (Assalāmu ‘alaikum). Ini menunjukkan tata krama Islam dalam bersosialisasi, serta menciptakan suasana kedamaian dan keberkahan di dalam rumah.


ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ

"Yang demikian itu lebih baik bagimu"

Allah menegaskan bahwa aturan ini lebih baik bagi manusia, baik dari segi moral, sosial, maupun spiritual. Dengan mengikuti aturan ini, seseorang menjaga hubungan yang harmonis dan menghindari konflik akibat memasuki rumah orang lain tanpa izin.


لَعَلَّكُمۡ تَذَكَّرُونَ

"Agar kamu ingat (mengingat pelajaran)"

Ini mengandung harapan agar orang-orang beriman mengambil pelajaran dari aturan ini dan senantiasa menerapkannya dalam kehidupan. Ayat ini mengingatkan manusia bahwa etika sosial dalam Islam memiliki hikmah besar yang harus selalu diingat.

 


Tafsir As-Sa’di


يُرْشِدُ ٱللَّهُ عِبَادَهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ أَنْ لَا يَدْخُلُوا۟ بُيُوتًۭا غَيْرَ بُيُوتِهِمْ بِغَيْرِ إِذْنٍۢ ۖ فَإِنَّ فِى ذَٰلِكَ عِدَّةًۭ مَّفَاسِدَ ۚ 

Allah memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang beriman untuk tidak memasuki rumah selain rumah mereka tanpa izin, karena hal itu mengandung berbagai keburukan. 

مِّنْهَا مَا ذَكَرَهُ ٱلرَّسُولُ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ قَالَ "إِنَّمَا جُعِلَ ٱلٱسْتِئْذَانُ مِنْ أَجْلِ ٱلْبَصَرِ"

Di antaranya adalah yang disebutkan  oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau bersabda, "Sesungguhnya izin diberikan untuk menjaga pandangan." 

 فَبِسَبَبِ ٱلْإِخْلَٰلِ بِهِۦ يَقَعُ ٱلْبَصَرُ عَلَىٰ ٱلْعَوْرَٰتِ ٱلَّتِىۦ فِى ٱلْبُيُوتِ ۚ

Karena kelalaian dalam hal ini, pandangan bisa jatuh pada aurat-aurat yang ada di dalam rumah.

 فَإِنَّ ٱلْبَيْتَ لِلْإِنسَٰنِ فِى سَتْرِ عَوْرَتِهِۦ مَا وَرَٰئَهُ ۖ بِمَنزِلَةِ ٱلثَّوْبِ فِى سَتْرِ عَوْرَةِ جَسَدِهِۦ.

 Sesungguhnya rumah bagi seseorang adalah untuk menutupi auratnya, sebagaimana pakaian menutupi aurat tubuhnya.
وَمِنْهَا: أَنَّ ذَٰلِكَ يُوجِبُ ٱلرِّيْبَةَ مِنَ ٱلدَّاخِلِ وَيُتَّهَمُ بِٱلشَّرِّ سَرِقَةًۭ أَوْ غَيْرَهَا ۚ

Di antaranya juga, hal itu menyebabkan kecurigaan terhadap orang yang masuk, dan dia dapat dicurigai dengan kejahatan seperti pencurian atau yang lainnya, 

 لِأَنَّ ٱلدُّخُوْلَ خُفْيَةًۭ يَدُلُّ عَلَىٰ ٱلشَّرِّ،

karena masuk secara diam-diam menunjukkan adanya niat buruk.

 وَمَنَعَ ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْ دُخُوْلِ غَيْرِ بُيُوْتِهِمْ حَتَّىٰ يَسْتَأْنِسُوْا ۚ أَيْ يَسْتَأْذِنُوْا ۚ

Allah melarang orang-orang beriman untuk memasuki rumah selain rumah mereka hingga mereka meminta izin, yaitu meminta persetujuan. 

 سُمِّيَ ٱلٱسْتِئْذَانُ ٱسْتِئْنَاسًۭا لِأَنَّ بِهِۦ يَحْصُلُ ٱلْاِسْتِئْنَاسُ وَبِدُوْنِهِۦ تَحْصُلُ ٱلْوَحْشَةُ ۚ

Izin disebut sebagai "istians" (mencari kenyamanan), karena dengan izin tersebut, seseorang merasa nyaman, sedangkan tanpa izin, timbul rasa tidak nyaman. 

 وَتُسَلِّمُوا۟ عَلَىٰٓ أَهْلِهَا ۚ وَصِفَتُ ذَٰلِكَ مَا جَآءَ فِى ٱلْحَدِيْثِ: "السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ، أَأَدْخُلُ؟".

"Dan ucapkan salam kepada penghuni rumah." Adapun cara salamnya, seperti yang disebutkan dalam hadis: "Assalamu'alaikum, bolehkah saya masuk?"


ذَٰلِكُمْ ۚ أَيْ ٱلٱسْتِئْذَانُ ٱلْمَذْكُوْرُ ۚ خَيْرٌۭ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

Itulah izin yang dimaksud, yang lebih baik bagi kalian, mungkin kalian akan mengambil pelajaran,

 لِشُمُوْلِهِۦ عَلَىٰ عِدَّةٍۢ مَّصَالِحَ وَهُوَ مِنْ مَكَارِمِ ٱلْأَخْلَاقِ ٱلْوَاجِبَةِ ۚ

 karena mencakup banyak manfaat dan merupakan bagian dari akhlak mulia yang wajib.

 فَإِنْ أَذِنَ، دَخَلَ ٱلْمُسْتَأْذِنُ.

 Jika diizinkan, maka orang yang meminta izin boleh masuk.

Maraji: Tafsir As-Sa’di

Pelajaran dari Ayat ini


 Keseluruhan, pelajaran dari tafsir ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya menghormati privasi orang lain, sabar dalam menghadapi penolakan, serta memahami bahwa setiap tindakan kita, baik atau buruk, akan mendapat balasan sesuai dengan pengetahuan Allah. Kita juga diajarkan untuk menjaga adab dalam berinteraksi sosial, baik dengan rumah yang dihuni maupun yang tidak dihuni.

  1. Etika Bertamu bagi Orang Beriman:

    Dalam perkataan يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا (Wahai orang-orang yang beriman), Allah SWT memanggil kita dengan sapaan kasih sayang yang menunjukkan bahwa mengikuti adab bertamu adalah bagian dari bukti keimanan seseorang. Menghargai privasi orang lain bukan sekadar norma sosial, melainkan perintah agama yang langsung ditujukan kepada hati setiap muslim.

    Hal ini sejalan dengan pesan Rasulullah ﷺ dalam sebuah hadits:

     مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

    (Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya).

    Panggilan ini mengingatkan kita bahwa kedamaian di lingkungan sosial dimulai dari bagaimana kita menghormati batas-batas personal orang lain sebagai bentuk ibadah.

  2. Menghormati Privasi Ruang Pribadi:

    Melalui perkataan لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ (janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu), kita diajarkan untuk memiliki rasa hormat yang tinggi terhadap hak milik dan ruang pribadi orang lain. Rumah adalah tempat perlindungan dan tempat seseorang merasa bebas (aurat dan rahasia), sehingga masuk tanpa izin adalah bentuk pelanggaran kenyamanan.

    Hal ini dipertegas dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat ayat 12:

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيراً مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا

    (Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain).

    Larangan ini menjaga agar kita tidak melihat atau mengetahui sesuatu yang pemilik rumah sendiri tidak ingin orang lain mengetahuinya.

  3. Prosedur Meminta Izin yang Sopan:

    Perkataan حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا (sampai kamu meminta izin) mengandung makna yang sangat halus, yaitu memastikan penghuni rumah merasa nyaman dengan kehadiran kita sebelum kita melangkah masuk. Meminta izin bukan sekadar mengetuk pintu, tapi juga memastikan waktu yang tepat dan cara yang tidak mengagetkan atau mengganggu ketenangan penghuni.

    Rasulullah ﷺ memberikan batasan dalam hal ini sebagaimana sabdanya:

     التَّسْتِأْذَانُ ثَلَاثٌ، فَإِنْ أُذِنَ لَكَ وَإِلَّا فَارْجِعْ

    (Meminta izin itu tiga kali, jika diizinkan bagimu maka masuklah, namun jika tidak maka pulanglah). 

    Ini mengajarkan kita untuk berjiwa besar dan tidak tersinggung jika pemilik rumah sedang tidak bisa menerima tamu.

  4. Menyebarkan Kedamaian Lewat Salam:

    Perkataan وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا (dan memberi salam kepada penghuninya) mengajarkan bahwa pertemuan harus diawali dengan doa keselamatan dan rasa aman. Mengucapkan salam adalah cara mencairkan suasana dan menunjukkan niat baik bahwa kedatangan kita membawa keberkahan, bukan ancaman atau ketidaknyamanan.

    Hal ini sesuai dengan hadits Nabi ﷺ:

     أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ تَحَابُّوا

    (Sebarkanlah salam di antara kalian, niscaya kalian akan saling mencintai).

    Salam menjadi identitas muslim yang penuh keramahan dan penghormatan terhadap sesama manusia.

  5. Kebaikan di Balik Aturan Syariat:

    Dalam perkataan ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ (yang demikian itu lebih baik bagimu), Allah menegaskan bahwa segala aturan tentang privasi ini tujuannya adalah untuk kebaikan kita sendiri, baik tamu maupun tuan rumah. Dengan mengikuti aturan ini, hubungan bertetangga menjadi harmonis, terhindar dari fitnah, dan kehormatan keluarga tetap terjaga. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 53:

     ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ

    (Yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka).

    Kesucian hati dan ketenangan pikiran adalah buah manis dari ketaatan terhadap etika yang telah digariskan agama.

  6. Mengambil Pelajaran dari Setiap Aturan:

    Perkataan لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (agar kamu selalu ingat) menjadi pengingat bagi kita bahwa manusia seringkali lupa atau mengabaikan hal-hal kecil seperti adab bertamu karena menganggapnya sepele. Kalimat ini mendorong kita untuk selalu sadar dan waspada terhadap tindakan kita dalam bersosialisasi agar tidak melampaui batas. Allah SWT mengingatkan dalam surat Adh-Dhariyat ayat 55:

     وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

    (Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman).

    Dengan terus mengingat pelajaran ini, kita membangun peradaban yang beradab dan saling menghargai.

  7. Kepekaan Terhadap Waktu Berkunjung:

    Pelajaran tambahan yang relevan namun sering terabaikan adalah pentingnya memilih waktu yang tepat untuk bertamu, karena tidak semua jam adalah waktu yang pantas untuk bertandang meskipun kita sudah meminta izin. Islam mengenal "waktu aurat" atau waktu istirahat di mana seseorang biasanya tidak siap menerima tamu, seperti sebelum Subuh, waktu siang (qailulah), dan setelah Isya. Hal ini disinggung dalam Al-Qur'an surat An-Nur ayat 58:

     يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ۚ مِّن قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُم مِّنَ الظَّهِيرَةِ وَمِن بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ

    (Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya yang kamu miliki dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga waktu, yaitu sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian luarmu di tengah hari, dan setelah salat Isya).

    Menghormati waktu istirahat orang lain adalah puncak dari kemuliaan adab.

  8. Posisi Berdiri Saat Mengetuk Pintu:

    Satu lagi pelajaran penting yang sering dilupakan adalah posisi fisik tamu saat berada di depan pintu rumah orang lain. Hendaknya kita tidak berdiri tepat di depan celah pintu agar pandangan kita tidak langsung tertuju ke dalam rumah saat pintu dibuka, demi menjaga pandangan dan privasi tuan rumah. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr, ia berkata:

    كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَتَى بَابَ قَوْمٍ لَمْ يَسْتَقْبِلِ الْبَابَ مِنْ تِلْقَاءِ وَجْهِهِ ، وَلَكِنْ مِنْ رُكْنِهِ الْأَيْمَنِ أَوِ الْأَيْسَرِ ، وَيَقُولُ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ أَنَّ الدُّورَ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا يَوْمَئِذٍ سُتُورٌ

    (Rasulullah ﷺ apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak berdiri tepat di depan pintu, melainkan di samping kanan atau samping kiri pintu tersebut). HR. Abu Dawud (5186), Al-Baihaki (17724) dan Ahmad (17692).

    Praktik sederhana ini menunjukkan betapa detailnya Islam mengatur cara kita menjaga kehormatan orang lain.

Secara keseluruhan, ayat ini mengajarkan bahwa iman bukan sekadar hubungan vertikal dengan Tuhan, melainkan juga akhlak luhur dalam menghargai privasi dan hak orang lain. Dengan meminta izin dengan cara yang lembut, menebar salam kedamaian, serta memperhatikan posisi dan waktu yang tepat, kita menjaga kehormatan diri dan orang lain. Aturan-aturan indah ini diciptakan untuk menjaga kesucian hati dan keharmonisan sosial masyarakat. Mempraktikkan adab bertamu secara benar adalah langkah nyata dalam membangun lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh keberkahan bagi semua. 

 


Penutupan Kajian


 Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,

Dari pembahasan tafsir Surat An-Nur ayat 27, kita telah memahami betapa Islam memberikan aturan yang sempurna dalam menjaga kehormatan, adab, dan kesopanan dalam kehidupan bermasyarakat. Meminta izin sebelum masuk ke rumah orang lain dan memberi salam kepada penghuninya bukan hanya sekadar tata krama, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap hak orang lain dan penjagaan terhadap kehormatan sesama Muslim.

Faedah utama dari ayat ini adalah:
Menjaga privasi dan kehormatan orang lain, sehingga kita tidak sembarangan memasuki rumah yang bukan milik kita.
Menghindari fitnah dan kesalahpahaman, karena masuk tanpa izin dapat menimbulkan kecurigaan dan ketidaknyamanan.
Membangun rasa hormat dan kedamaian, karena Islam mengajarkan untuk selalu mendahulukan adab sebelum tindakan.
Mewujudkan masyarakat yang harmonis, di mana setiap individu merasa aman dan dihormati dalam lingkungannya.

Oleh karena itu, mari kita amalkan ayat ini dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari membiasakan diri meminta izin sebelum masuk rumah orang lain, mengajarkan anak-anak kita adab ini sejak dini, serta senantiasa memberi salam saat bertamu atau berkunjung. Dengan menerapkan adab ini, kita tidak hanya menjalankan perintah Allah, tetapi juga berkontribusi dalam membangun masyarakat yang penuh dengan keberkahan, ketenteraman, dan saling menghormati.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang senantiasa berpegang teguh kepada ajaran Islam, menerapkan adab yang mulia, dan mengamalkan setiap ilmu yang telah kita pelajari.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci