Khutbah: Adab Makan Cerminan Akhlak Rasulullah ﷺ

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

Khutbah Adab Makan Cerminan Akhlak Rasulullah


KHUTBAH PERTAMA


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam yang telah menganugerahkan kepada kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga pada hari yang mulia ini kita dapat berkumpul di rumah-Nya untuk melaksanakan ibadah shalat Jumat.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad , beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Ma'asyiral Muslimin,

Di tengah kehidupan yang serba cepat dan modern ini, kita seringkali terhanyut oleh gemerlapnya dunia.

Kita disibukkan oleh pekerjaan, tuntutan materi, dan berbagai urusan yang seolah tak berujung.

Akibatnya, banyak dari kita yang lupa atau mengesampingkan hal-hal fundamental dalam agama kita, termasuk adab-adab sederhana yang diajarkan oleh Rasulullah .

Kita melihat, di sebagian masyarakat, tata krama mulai luntur, bahkan dalam perkara-perkara sehari-hari.

Anak-anak yang kurang diajarkan adab makan, interaksi sosial yang minim sopan santun, hingga hilangnya rasa syukur saat mendapatkan rezeki.

Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya kembali kepada ajaran Rasulullah , sosok teladan yang tidak hanya mengajarkan perkara-perkara besar, tetapi juga detail-detail kecil yang membentuk karakter mulia seorang mukmin.

Beliau adalah guru terbaik yang membimbing umatnya dengan penuh kasih sayang, bahkan dalam hal makan dan minum.

Oleh karena itu, dalam kesempatan yang mulia ini, perkenan kami menyampaikan khutbah

Adab Makan Cerminan Akhlak Rasulullah

marilah kita simak bersama sebuah hadits agung dari Sahabat mulia, Umar bin Abi Salamah, tentang adab makan. Beliau adalah anak dari istri beliau Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha.

Hadits ini bukanlah sekadar cerita, melainkan pelajaran berharga yang sangat relevan untuk kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ia adalah pondasi akhlak yang membentuk pribadi yang beradab dan bersyukur. Hadits ini berbunyi:

كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ، فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ. فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ.

(Al-Bukhari & Muslim)


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah,

Mari kita selami makna setiap perkataan dalam hadits yang mulia ini. Setiap kalimat di dalamnya mengandung hikmah yang luar biasa, membentuk pondasi adab yang kokoh.


كُنْتُ غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Dahulu aku adalah seorang anak kecil yang berada di bawah asuhan Rasulullah ."

Ini adalah kalimat pembuka yang sangat menyentuh. Frasa 'fī ḥajri Rasūlillāhi' (di bawah asuhan Rasulullah) menunjukkan betapa dekatnya beliau dengan sosok Nabi.

Rasulullah adalah figur ayah sekaligus guru yang mendidik dengan penuh cinta dan perhatian, bahkan dalam hal-hal terkecil.


وَكَانَتْ يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ

"Dan tanganku bergerak ke sana kemari di dalam piring." Kalimat ini menggambarkan realitas perilaku anak kecil.

Kata 'taṭīsyu' (bergerak ke sana kemari/sembarangan) menunjukkan kebiasaan Umar bin Abi Salamah yang saat itu masih lugu dan belum tahu adab.

Beliau makan dengan mengambil makanan dari berbagai sisi piring, bukan hanya dari bagian yang terdekat dengannya. Ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad tidak membiarkan sebuah kesalahan, sekecil apa pun, tanpa bimbingan.


فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يَا غُلَامُ، سَمِّ اللَّهَ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

"Maka Rasulullah bersabda kepadaku, 'Wahai anak kecil, bacalah 'basmalah' (sebut nama Allah), makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah dari apa yang paling dekat denganmu.'"

Inilah inti dari hadits ini.

Perkataan Rasulullah bukan berupa hardikan, melainkan nasihat yang lembut dan lugas.

Beliau tidak marah, tetapi memberikan bimbingan dengan tiga instruksi penting: menyebut nama Allah sebagai bentuk syukur, makan dengan tangan kanan sebagai adab Islami, dan makan dari yang terdekat sebagai tata krama.


فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ

"Maka setelah itu, begitulah caraku makan."

Ini adalah kalimat penutup yang menunjukkan keberhasilan pendidikan Rasulullah .

Nasihat yang lembut, penuh hikmah, dan langsung dipraktikkan oleh Umar bin Abi Salamah sepanjang hidupnya.

 Kalimat ini menjadi bukti nyata bahwa metode pendidikan Rasulullah sangat efektif dan berbekas dalam sanubari para sahabatnya.


Penjabaran Pelajaran Berdasarkan Urutan Perkataan


Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Setelah kita menyelami makna setiap kalimat, marilah kita petik pelajaran-pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.


Pelajaran pertama dari hadits ini yaitu:

Keutamaan Memulai Segala Sesuatu dengan Mengingat Allah

Nasihat pertama Rasulullah adalah, *(سَمِّ اللَّهَ) - "Sebutlah nama Allah."

Ini bukanlah sekadar formalitas, melainkan pondasi spiritual yang paling mendasar.

Dengan membaca basmalah, kita menyadari bahwa rezeki yang terhidang di hadapan kita adalah karunia dari Allah semata.

Kesadaran ini menumbuhkan rasa syukur dan mencegah kita dari sifat sombong.

Apabila kita memulai dengan nama-Nya, maka Allah akan menurunkan keberkahan pada makanan tersebut.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾

"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS. Ibrahim: 7)

Oleh karena itu, jadikanlah kebiasaan membaca basmalah sebagai amalan utama tidak hanya saat makan, tetapi saat memulai setiap aktivitas kebaikan, agar keberkahan senantiasa menyertai kita.


Pelajaran ke-2 dari hadits ini, yaitu:

Menggunakan Tangan Kanan sebagai Simbol Kebaikan dan Keberkahan

Perintah, (وَكُلْ بِيَمِينِكَ) - "Makanlah dengan tangan kananmu." adalah adab yang membedakan seorang mukmin.

Tangan kanan adalah simbol kemuliaan, keberkahan, dan kebaikan. Rasulullah menegaskan bahwa makan dengan tangan kiri adalah kebiasaan setan.

Dari Ibnu Umar RA, Rasulullah bersabda:

﴿إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَأْكُلْ بِيَمِينِهِ، وَإِذَا شَرِبَ فَلْيَشْرَبْ بِيَمِينِهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ﴾

"Apabila salah seorang di antara kalian makan, maka makanlah dengan tangan kanannya, dan apabila minum, maka minumlah dengan tangan kanannya. Sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya." (HR. Muslim)

Mari kita biasakan diri kita dan keluarga kita untuk selalu menggunakan tangan kanan dalam setiap kebaikan. Ini adalah wujud ketaatan kita kepada sunnah Nabi, sekaligus cara kita menghindarkan diri dari menyerupai perbuatan setan.


Pelajaran ke-3 dari hadits ini, yaitu:

 

Menjaga Tata Krama dan Menghormati Kebersamaan

Nasihat terakhir Rasulullah adalah, (وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ) - "Makanlah dari apa yang paling dekat denganmu."

Pelajaran ini mengajarkan kita tentang pentingnya etika sosial dan tata krama saat makan bersama. Mengambil makanan dari sisi yang terdekat menunjukkan kerendahan hati dan menghormati orang lain.

Tindakan ini mencegah kesan serakah dan menjaga keharmonisan di meja makan.

Rasulullah bersabda:

﴿الطَّعَامُ لِلاثْنَيْنِ كَافِي لِلثَّلَاثَةِ، وَالطَّعَامُ لِلثَّلَاثَةِ كَافِي لِلْأَرْبَعَةِ﴾

"Makanan untuk dua orang cukup untuk tiga orang, dan makanan untuk tiga orang cukup untuk empat orang." (HR. Al-Bukhari & Muslim)

Maka, tanamkanlah adab ini dalam diri kita. Jadikanlah setiap momen makan bersama sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi, saling menghormati, dan berbagi keberkahan.


Pelajaran ke-4 dari hadits ini, yaitu:

 

Kelembutan dan Kebijaksanaan dalam Mendidik

Hadits ini juga memberikan kita sebuah pelajaran tambahan yang sangat relevan, yaitu tentang metode pendidikan Rasulullah .

Beliau mendidik Umar bin Abi Salamah, seorang anak kecil, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.

Beliau tidak marah atau membentak, melainkan memanggil dengan panggilan yang hangat (ya ghulam - wahai anak kecil) dan memberikan nasihat yang ringkas, lugas, namun sangat efektif.

Hasilnya, nasihat tersebut membekas selamanya dalam diri sang anak.

Hendaklah kita meniru cara Rasulullah dalam mendidik, yaitu dengan mengedepankan kelembutan, kasih sayang, dan nasihat yang tulus. Sebab, hati yang dididik dengan cinta akan lebih mudah menerima kebenaran dan mengamalkannya.


Penutup Khutbah Pertama


Secara keseluruhan, hadits mulia dari Umar bin Abi Salamah ini mengajarkan kepada kita bahwa adab dan akhlak adalah bagian tak terpisahkan dari ajaran Islam.

Ia mengajarkan kita untuk memulai setiap kenikmatan dengan menyebut nama Allah sebagai bentuk syukur, menggunakan tangan kanan sebagai wujud ketaatan kepada sunnah, dan makan dari bagian yang terdekat sebagai cerminan tata krama dan kerendahan hati.

 Hadits ini juga menjadi teladan agung tentang metode pendidikan Rasulullah yang penuh kelembutan.

Maka, tanggung jawab kita adalah mengamalkan adab-adab ini, menjadikannya kebiasaan dalam hidup, dan mengajarkannya kepada generasi penerus, terutama anak-anak kita, agar sunnah Rasulullah senantiasa hidup dan menjadi karakter umat Islam.


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


KHUTBAH KEDUA


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Hadits yang telah kita disampaikan di khutbah pertama tadi bukanlah sekadar petunjuk praktis tentang cara makan, melainkan sebuah kurikulum pendidikan karakter yang utuh.

Keindahan ajaran Rasulullah terletak pada kemampuannya mengubah perkara-perkara kecil sehari-hari menjadi ladang ibadah dan pembentukan akhlak mulia.

Faedah hadits ini meluas hingga ke sendi-sendi kehidupan kita.

Dengan membiasakan diri membaca basmalah, kita melatih hati untuk senantiasa bersyukur dan bergantung hanya kepada Allah.

Dengan menggunakan tangan kanan, kita menghormati sunnah Nabi dan menjauhkan diri dari kebiasaan yang tidak baik.

Dan dengan makan dari sisi yang terdekat, kita menumbuhkan sikap rendah hati, menghargai orang lain, dan memperkuat kebersamaan.

Mari kita ubah cara pandang kita terhadap adab-adab sederhana ini.

Jangan anggap ia sebagai beban, melainkan sebagai anugerah dan jalan menuju keberkahan.

Mulailah dari meja makan di rumah kita.

Ajarkanlah adab ini kepada anak-anak kita dengan penuh kasih sayang, seperti Rasulullah mengajari Umar bin Abi Salamah.

Sebab, adab yang baik adalah mahkota bagi seorang mukmin, dan pendidikan adab adalah investasi terbesar bagi masa depan umat.

Mari kita panjatkan doa, memohon kepada Allah agar ilmu yang kita peroleh hari ini menjadi ilmu yang bermanfaat.

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, berkahilah kami atas rezeki yang Engkau berikan, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.

اللَّهُمَّ فَقِّهْنَا فِي الدِّينِ وَعَلِّمْنَا التَّأْوِيلَ، وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ.

Ya Allah, berikanlah kami pemahaman dalam agama, ajarkanlah kami tafsir, dan jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang shalih.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ.

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِينَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صَلَاتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَدُعَاءَنَا.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا، سَخَاءً رَخَاءً، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ.

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.

Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada jiwa-jiwa kami, sucikanlah ia karena Engkau sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkaulah Pelindung dan Penguasanya.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab api neraka.

[Penutup]

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

وَأَقِمِ الصَّلاةَ

 

 


Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci