Hadits: Mimpi Nabi ﷺ Tentang Aisyah Radhiyallahu 'Anha Sebelum Pernikahan
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Kehidupan rumah tangga adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah titipkan kepada hamba-Nya. Namun dalam realita kehidupan kita hari ini, banyak orang yang menjadikan pernikahan hanya sebagai sarana duniawi semata, tanpa memahami bahwa pernikahan sejatinya adalah bagian dari ketetapan dan bimbingan Allah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Bahkan tidak jarang kita temukan pasangan yang menikah tanpa kesiapan ruhiyah dan pemahaman syar’i, sehingga rumah tangga mudah goyah, dan tidak sedikit yang berujung pada perceraian.
Di tengah kondisi sosial yang rawan ini, hadits yang akan kita kaji hari ini mengangkat satu dimensi penting: bahwa pernikahan bisa menjadi bagian dari wahyu dan petunjuk ilahi, sebagaimana yang dialami oleh Nabi Muhammad ﷺ dalam mimpinya yang benar (ru’ya shadiqah) tentang Aisyah radhiyallāhu ‘anha. Hadits ini bukan hanya menunjukkan kemuliaan Ummul Mu’minin Aisyah, tetapi juga menegaskan bahwa kehidupan rumah tangga seorang muslim harus dilandasi oleh keimanan dan pertimbangan syar’i, bukan semata dorongan hawa nafsu atau pertimbangan materi.
Maka dari itu, mempelajari hadits ini menjadi sangat penting bagi kita, baik sebagai bekal dalam memilih pasangan, membina rumah tangga, maupun untuk memahami bagaimana Allah membimbing hamba-Nya dalam urusan-urusan penting dalam hidup, termasuk dalam urusan cinta dan pernikahan. Hadits ini menjadi jendela untuk melihat bagaimana Rasulullah ﷺ menata kehidupan berkeluarganya dengan bimbingan wahyu.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
أُرِيتُكِ قَبْلَ أَنْ
أَتَزَوَّجَكِ مَرَّتَيْنِ، رَأَيْتُ الْمَلَكَ يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةٍ مِنْ
حَرِيرٍ، فَقُلْتُ لَهُ: اكْشِفْ، فَكَشَفَ، فَإِذَا هِيَ أَنْتِ، فَقُلْتُ: إِنْ
يَكُنْ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ، ثُمَّ أُرِيتُكِ يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةٍ
مِنْ حَرِيرٍ، فَقُلْتُ: اكْشِفْ، فَكَشَفَ، فَإِذَا هِيَ أَنْتِ، فَقُلْتُ: إِنْ
يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ.
Aku
melihatmu dalam mimpiku sebelum aku menikah denganmu sebanyak dua kali. Aku
melihat malaikat membawa dirimu dalam sehelai kain sutra, lalu aku berkata
kepadanya: “Bukalah!” Maka ia membukanya, ternyata itu adalah engkau. Maka aku
berkata: “Jika ini berasal dari Allah, pasti Dia akan melaksanakannya.”
Kemudian aku melihatmu lagi dibawa oleh malaikat dalam sehelai kain sutra, lalu
aku berkata: “Bukalah!” Maka ia membukanya, ternyata itu adalah engkau. Maka
aku berkata: “Jika ini berasal dari Allah, pasti Dia akan melaksanakannya.”
HR.
al-Bukhari (7012) dan Muslim (2438)
Arti dan Penjelasan per Kalimat
أُرِيتُكِ قَبْلَ أَنْ
أَتَزَوَّجَكِ مَرَّتَيْنِ
Aku melihatmu dalam mimpi sebelum aku menikahimu sebanyak
dua kali
Rasulullah ﷺ mengalami
dua kali mimpi tentang Aisyah radhiyallahu ‘anha sebelum terjadi pernikahan
antara beliau dan dirinya.
Mimpi ini merupakan bagian dari wahyu kenabian yang menunjukkan bahwa Aisyah
telah dipilih Allah sebagai istri beliau.
Ini juga menegaskan bahwa keputusan Rasulullah ﷺ dalam pernikahan
bukan semata didorong oleh perasaan pribadi, namun berdasar petunjuk Ilahi.
Penyebutan "dua kali" menunjukkan penguatan dan ketegasan isyarat
dari Allah Ta’ala.
رَأَيْتُ الْمَلَكَ
يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ
Aku
melihat malaikat membawamu dalam sehelai kain sutra
Malaikat adalah makhluk gaib yang ditugaskan Allah untuk menyampaikan
wahyu atau petunjuk dalam mimpi para nabi.
Penggambaran Aisyah berada dalam kain sutra menunjukkan kemuliaan dan kehalusan
sifatnya, yang merupakan simbol dari kehormatan dan kemuliaan wanita shalihah.
Sutra juga melambangkan keindahan dan ketenangan, sesuai dengan karakter Ummul
Mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Hal ini menunjukkan bahwa pernikahan tersebut adalah sesuatu yang mulia,
bersih, dan penuh berkah.
فَقُلْتُ لَهُ:
اكْشِفْ، فَكَشَفَ، فَإِذَا هِيَ أَنْتِ
Lalu
aku berkata kepadanya: “Bukalah!”, maka ia membukanya, ternyata itu adalah
engkau
Rasulullah ﷺ meminta
agar wajah wanita dalam kain sutra itu diperlihatkan, sebagai bentuk
kehati-hatian dan tabayyun dalam menerima isyarat mimpi.
Ternyata wanita itu adalah Aisyah, yang menandakan bahwa Allah secara langsung
memilihnya sebagai pasangan Rasulullah.
Ini memperlihatkan bahwa mimpi tersebut bukan ilusi atau khayalan, tetapi
petunjuk nyata dari Allah.
Munculnya Aisyah dua kali dalam mimpi dengan cara yang sama menjadi penguat
keyakinan akan takdir Allah.
فَقُلْتُ: إِنْ يَكُنْ
هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ
Maka
aku berkata: “Jika ini berasal dari Allah, pasti Dia akan melaksanakannya”
Rasulullah ﷺ menunjukkan
sikap tawakal dan penyerahan kepada kehendak Allah dalam semua urusan hidupnya,
termasuk pernikahan.
Beliau tidak langsung mengambil keputusan dari mimpi, melainkan menyerahkannya
kepada ketetapan Allah.
Kalimat ini mengajarkan adab menerima ilham atau isyarat: tidak langsung
bertindak, tetapi menunggu kejelasan dan ketetapan dari Allah.
Ungkapan ini adalah bentuk tawadhu’ seorang nabi, yang selalu menyandarkan
segala keputusan kepada kehendak Allah Ta'ala.
ثُمَّ أُرِيتُكِ
يَحْمِلُكِ فِي سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ، فَقُلْتُ: اكْشِفْ، فَكَشَفَ، فَإِذَا هِيَ
أَنْتِ، فَقُلْتُ: إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ
Kemudian
aku melihatmu lagi dibawa oleh malaikat dalam sehelai kain sutra, lalu aku
berkata: “Bukalah!”, maka ia membukanya, ternyata itu adalah engkau. Maka aku
berkata: “Jika ini berasal dari Allah, pasti Dia akan melaksanakannya”
Pengulangan mimpi ini menegaskan bahwa isyarat itu benar berasal dari
Allah dan bukan sekadar mimpi biasa.
Kejadian yang sama persis menunjukkan pentingnya pernikahan ini dalam rencana
Allah untuk risalah Islam.
Ini mengajarkan bahwa tanda dari Allah bisa datang secara berulang sebagai
bentuk konfirmasi.
Penegasan kalimat yang sama menunjukkan bahwa sikap Rasulullah tetap konsisten
dalam tawakal dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Syarah Hadits
رُؤْيَا ٱلْأَنْبِيَاءِ
حَقٌّ وَوَحْيٌ
Mimpi para nabi adalah benar dan wahyu
وَقَدْ أَرَى ٱللَّهُ
سُبْحَانَهُ نَبِيَّهُ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُثَبِّتُ فُؤَادَهُ
Dan sungguh Allah ﷻ memperlihatkan kepada nabi-Nya ﷺ apa
yang meneguhkan hatinya
وَيُقِرُّ عَيْنَهُ
dan menyenangkan pandangannya
فَأَرَاهُ بَعْضَ
ٱلْأُمُورِ ٱلْمُسْتَقْبَلِيَّةِ ٱلَّتِي سَتَقَعُ مَعَهُ
maka Allah memperlihatkan kepadanya sebagian urusan masa depan yang akan
terjadi bersamanya
وَبَشَّرَهُ
بِزَوَاجِهِ مِنْ عَائِشَةَ بِنْتِ أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُمَا
dan memberi kabar gembira kepadanya dengan pernikahannya dengan Aisyah binti
Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhumā
كَمَا يُبَيِّنُ هَذَا
ٱلْحَدِيثُ
sebagaimana dijelaskan oleh hadits ini
إِذْ تَحْكِي عَائِشَةُ
رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهَا
ketika Aisyah radhiyallāhu ‘anhā menceritakan
أَنَّ رَسُولَ ٱللَّهِ
صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا
bahwa Rasulullah ﷺ berkata kepadanya
أُرِيتُكِ قَبْلَ أَنْ
أَتَزَوَّجَكِ فِي ٱلْمَنَامِ مَرَّتَيْنِ
Aku diperlihatkan engkau dalam tidurku sebelum aku menikahimu sebanyak dua kali
فَرَأَى صَلَّى ٱللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ ٱلسَّلَامُ
Maka Nabi ﷺ melihat Jibril ‘alaihis salām
وَهُوَ يَحْمِلُ
عَائِشَةَ فِي سَرَقَةٍ مِّنْ حَرِيرٍ
sedang dia membawa Aisyah dalam sepotong kain sutra
فِي رِوَايَةٍ أُخْرَى
فِي ٱلصَّحِيحَيْنِ: هَذِهِ ٱمْرَأَتُكَ
Dalam riwayat lain yang terdapat dalam Shahihain: "Inilah istrimu"
أَيْ: زَوْجَتُكَ فِي
ٱلدُّنْيَا
yakni: istrimu di dunia
وَهَذَا إِشْعَارٌ
مِّنَ ٱللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لِنَبِيِّهِ بِتَزْوِيجِهِ
Dan ini merupakan isyarat dari Allah ‘Azza wa Jalla kepada nabi-Nya tentang
pernikahannya
مِنْ عَائِشَةَ بِنْتِ
أَبِي بَكْرٍ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ
dengan Aisyah binti Abu Bakar radhiyallāhu ‘anhu
فَقُلْتُ لَهُ: ٱكْشِفْ
Lalu aku berkata kepadanya: Bukalah
فَكَشَفَ، فَإِذَا هِيَ
أَنْتِ
Maka dia membuka, lalu ternyata itu engkau
فَقُلْتُ: إِنْ يَكُنْ
هَذَا مِنْ عِنْدِ ٱللَّهِ يُمْضِهِ
Lalu aku berkata: Jika ini dari Allah, Dia akan melaksanakannya
فَيُنْفِذْهُ
وَيُتِمَّهُ
maka Dia akan melaksanakannya dan menyempurnakannya
ثُمَّ أُرِيَهَا
ٱلنَّبِيُّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّةً أُخْرَى
Kemudian Nabi ﷺ diperlihatkan lagi (Aisyah) sekali lagi
وَٱلْمَلَكُ جِبْرِيلُ
يَحْمِلُهَا فِي قِطْعَةٍ مِّنْ حَرِيرٍ
dan malaikat Jibril membawa dia dalam sepotong kain sutra
فَطَلَبَ مِنْ
جِبْرِيلَ أَنْ يَكْشِفَ عَمَّا فِي ٱلْقِطْعَةِ ٱلْحَرِيرِيَّةِ
maka beliau meminta kepada Jibril untuk membuka apa yang ada di potongan sutra
itu
فَكَشَفَ، فَإِذَا
ٱلشَّخْصُ ٱلَّذِي فِي ٱلْقِطْعَةِ مِنَ ٱلْحَرِيرِ عَائِشَةُ
maka Jibril membuka, lalu ternyata sosok yang ada di dalam kain sutra itu
adalah Aisyah
فَكَرَّرَ صَلَّى
ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَقُولَتَهُ: إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ ٱللَّهِ
يُمْضِهِ
maka Nabi ﷺ mengulangi ucapannya: Jika ini dari Allah,
Dia akan melaksanakannya
وَقَدْ يُسْتَشْكَلُ
قَوْلُهُ: إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ ٱللَّهِ يُمْضِهِ
Dan mungkin akan ditanyakan tentang ucapannya: Jika ini dari Allah, Dia akan
melaksanakannya
لِأَنَّ ظَاهِرَهُ
ٱلشَّكُّ
karena lahirnya menunjukkan keraguan
وَرُؤْيَا
ٱلْأَنْبِيَاءِ وَحْيٌ
padahal mimpi para nabi adalah wahyu
وَٱلْجَوَابُ: أَنَّهُ
لَمْ يَشُكَّ فِي صِحَّةِ ٱلرُّؤْيَا
dan jawabannya: bahwa beliau tidak ragu tentang kebenaran mimpi tersebut
وَلَكِنْ وَجْهُ
ٱلتَّرَدُّدِ
tetapi bentuk keraguannya
هَلْ هِيَ رُؤْيَا
وَحْيٍ عَلَى ظَاهِرِهَا وَحَقِيقَتِهَا
apakah itu mimpi wahyu secara lahir dan hakikatnya
أَوْ هِيَ رُؤْيَا
وَحْيٍ لَهَا تَعْبِيرٌ وَتَأْوِيلٌ آخَرُ غَيْرُ ٱلظَّاهِرِ
atau itu mimpi wahyu yang memiliki makna dan tafsir lain selain yang lahir
كَأَنْ يَكُونَ
ٱلْمُرَادُ بِهَا نَظِيرَ ٱلْمَرْءِ أَوْ سَمِيَّهُ مَثَلًا
seperti yang dimaksud adalah orang yang mirip atau yang bernama sama, misalnya
وَكِلَا ٱلْأَمْرَيْنِ
جَائِزٌ فِي حَقِّ ٱلْأَنْبِيَاءِ
dan kedua hal itu dibolehkan pada hak nabi-nabi
وَفِي ٱلْحَدِيثِ:
فَضْلٌ وَمَنْقَبَةٌ لِأُمِّ ٱلْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةَ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهَا
dan dalam hadits ini terdapat keutamaan dan kemuliaan bagi Ummul Mu’minin
Aisyah radhiyallāhu ‘anhā
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/11243
Pelajaran dari Hadits ini
Penutupan Kajian
Hadits ini mengandung faedah yang mendalam, terutama terkait dengan keyakinan kita terhadap takdir Allah dan pentingnya tawakal dalam setiap aspek kehidupan. Melalui kisah Nabi ﷺ yang menerima wahyu mengenai pernikahannya dengan Aisyah, kita diajarkan untuk meyakini bahwa setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita adalah bagian dari takdir Allah yang telah digariskan dengan penuh kebijaksanaan. Ketika Nabi ﷺ menyampaikan keyakinannya bahwa jika sesuatu itu berasal dari Allah, maka pasti akan dilaksanakan, ini mengajarkan kita untuk tidak ragu dalam menerima ketentuan-Nya.
Faedah lain yang dapat diambil adalah tentang pentingnya kesabaran dan kepasrahan kepada Allah dalam setiap situasi hidup, terutama dalam hal-hal yang besar dan penting. Nabi ﷺ yang merasa yakin dengan ketentuan Allah, meskipun dalam kondisi yang tidak biasa, menunjukkan kepada kita bahwa kita harus belajar menerima dan meyakini setiap kejadian yang datang dengan penuh ketenangan hati.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ
نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan
rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa
dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang
baik.
وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ
إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.
Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:
🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.