Hadits: Keutamaan Shalat Malam dan Puasa Muharram
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,
Kita
hidup di zaman di mana kebaikan seringkali dianggap hal yang sepele, sementara kesedihan
dan beban hidup banyak menghimpit masyarakat. Di tengah kesibukan duniawi,
banyak orang lupa bahwa membahagiakan sesama, tersenyum, membantu, dan peduli
terhadap saudara Muslim adalah amalan besar yang sangat dicintai Allah.
Padahal, mereka tidak membutuhkan banyak harta untuk melakukannya, hanya butuh
hati yang peduli dan mau berbuat.
Hari
ini kita menyaksikan, betapa banyak orang yang hidup dalam kesedihan, namun
tidak ada satu pun dari kita yang berusaha menghiburnya. Betapa banyak beban
orang lain yang bisa kita ringankan, namun kita abai karena merasa bukan urusan
kita. Bahkan, seringkali kita hanya berlomba-lomba dalam amal yang tampak besar,
sementara kita melupakan amalan ringan yang sangat besar nilainya di sisi Allah,
yaitu memberikan kebahagiaan kepada sesama.
Hadits
yang akan kita bahas dalam kajian ini adalah sabda Nabi ﷺ:
وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، سُرُورٌ تُدْخِلُهُ
عَلَى مُسْلِمٍ
(“Dan
amalan yang paling dicintai oleh Allah ‘azza wa jalla adalah kebahagiaan yang
engkau masukkan ke dalam hati seorang Muslim.”) – HR. Thabrani.
Hadits
ini adalah nasihat yang mengubah cara pandang kita terhadap makna ibadah dan
kebaikan. Hadits ini mengajarkan bahwa Islam bukan hanya tentang hubungan
vertikal kepada Allah, tapi juga hubungan horizontal kepada sesama manusia.
Maka sangat penting bagi kita untuk memahami hadits ini secara mendalam agar
kita tidak tertipu oleh anggapan bahwa ibadah hanyalah di atas sajadah, padahal
banyak bentuk ibadah yang justru ada dalam interaksi sosial kita.
Kajian
ini insyaAllah akan membedah satu per satu isi hadits tersebut berdasarkan
perkataan-perkataan Nabi ﷺ, agar setiap maknanya masuk ke dalam hati
dan dapat kita amalkan dengan sadar. Semoga Allah membuka hati kita dan
menjadikan kita orang yang membawa kebahagiaan, bukan hanya bagi diri kita,
tapi juga bagi saudara-saudara kita.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata:
سُئِلَ: أَيُّ
الصَّلَاةِ أَفْضَلُ بَعْدَ المَكْتُوبَةِ؟ وَأَيُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ
شَهْرِ رَمَضَانَ؟ فَقَالَ: أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ المَكْتُوبَةِ،
الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ، وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ،
صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ المُحَرَّمِ.
(Ada yang bertanya kepada Nabi ﷺ): “Salat apakah yang
paling utama setelah salat wajib? Dan puasa apakah yang paling utama setelah
bulan Ramadan?” Beliau menjawab: “Salat yang paling utama setelah salat wajib
adalah salat di tengah malam, dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan
adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.”
HR. Muslim (1163).
Mendengarkan mp3 hadits ini: https://t.me/mp3qhn/373
Arti
dan Penjelasan Per Perkataan
سُئِلَ
Ditanyakan (kepada Nabi ﷺ).
Perkataan ini menunjukkan bahwa hadits ini merupakan
jawaban dari sebuah pertanyaan, yang menunjukkan pentingnya konteks dialog
dalam penyampaian ilmu.
Dalam Islam, metode tanya-jawab adalah salah satu cara efektif untuk menggali
ilmu dan memahami kedalaman syariat.
Kata سُئِلَ juga menandakan
adanya kebutuhan dari para sahabat terhadap pemahaman yang lebih dalam tentang
amalan terbaik setelah yang wajib.
Ini memperlihatkan semangat mereka dalam mencari keutamaan amal dan
memanfaatkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dengan ini, kita bisa belajar untuk tidak hanya cukup dengan melakukan
kewajiban, tetapi juga mencari tambahan yang lebih dicintai oleh Allah.
أَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ بَعْدَ
المَكْتُوبَةِ؟
Salat apa yang paling utama setelah salat wajib?
Perkataan ini menggambarkan keinginan kuat untuk
mengetahui ibadah sunnah yang paling mulia setelah salat fardhu.
Ini menunjukkan bahwa salat fardhu adalah standar utama yang harus ditunaikan,
namun amal sunnah memiliki kedudukan tersendiri dalam mendekatkan diri kepada
Allah.
Pertanyaan ini mengandung pelajaran bahwa seorang mukmin seharusnya tidak hanya
puas dengan yang wajib, tetapi terus mencari jalan menuju ridha Allah dengan
amalan tambahan.
Penekanan pada kata أَفْضَلُ (yang paling utama) memberi pelajaran
bahwa dalam ibadah sunnah pun ada tingkatan keutamaan yang perlu diketahui.
Ini memotivasi umat Islam untuk menyusun prioritas ibadah sunnah dengan tepat.
وَأَيُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ
رَمَضَانَ؟
Dan puasa apa yang paling utama setelah bulan Ramadan?
Perkataan ini menegaskan bahwa keutamaan puasa tidak
hanya berhenti di bulan Ramadan.
Para sahabat ingin memastikan amalan puasa yang bisa mendekatkan mereka kepada
Allah setelah selesai dari kewajiban tahunan tersebut.
Pertanyaan ini juga mengandung pelajaran bahwa ruh Ramadhan seharusnya
dilanjutkan dengan ibadah-ibadah sunnah yang utama.
Dalam kehidupan sehari-hari, semangat ibadah yang dibentuk di bulan Ramadan
tidak boleh padam setelah bulan itu berlalu.
Ini adalah bentuk kontinuitas ibadah dalam kehidupan seorang muslim sejati.
فَقَالَ: أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ
الصَّلَاةِ المَكْتُوبَةِ، الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
Maka beliau bersabda: “Salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat
di tengah malam.”
Perkataan ini menjawab pertanyaan pertama dengan
menyebut keutamaan salat malam, khususnya di pertengahan atau akhir malam.
Ini menunjukkan betapa besar kedudukan salat malam di sisi Allah karena
dilakukan dalam keadaan sunyi, jauh dari riya, dan penuh keikhlasan.
Salat di waktu malam menandakan kesungguhan hati dan pengorbanan kenyamanan
demi mendekatkan diri kepada Allah.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
"تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمْ عَنِ ٱلْمَضَاجِعِ..."
(QS. As-Sajdah: 16) yang menunjukkan keutamaan
orang-orang yang meninggalkan tempat tidur untuk salat malam.
Ini adalah bukti bahwa keistimewaan suatu amal bukan hanya karena bentuknya,
tetapi juga waktu dan suasana yang mengiringinya.
وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ
رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ المُحَرَّمِ
Dan puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Allah,
yaitu Muharram.
Perkataan ini menunjukkan keutamaan khusus bulan
Muharram dalam konteks ibadah sunnah puasa.
Penisbatan bulan ini kepada Allah (شَهْرُ اللَّهِ)
memberi makna kemuliaan yang besar, karena sangat sedikit waktu yang
disandarkan langsung kepada Allah.
Puasa Muharram menunjukkan bahwa selain puasa Senin-Kamis atau puasa Ayyamul
Bidh, ada waktu khusus yang lebih utama untuk memperbanyak puasa.
Dalam bulan ini juga terdapat hari Asyura yang memiliki sejarah panjang dan
keutamaan besar dalam ampunan dosa setahun yang lalu.
Maka memperbanyak puasa di bulan Muharram adalah bentuk kesadaran akan momentum
ibadah dan kecintaan kepada amalan yang Allah cintai.
Syarah Hadits
الصَّلَاةُ وَالصِّيَامُ مِنْ أَرْكَانِ
الإِسْلَامِ
Salat dan puasa adalah bagian dari rukun Islam.
وَقَدْ حَدَّدَ اللَّهُ فَرَائِضَ الصَّلَاةِ
بِخَمْسِ صَلَوَاتٍ فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ
Dan Allah telah menetapkan kewajiban salat sebanyak lima kali dalam sehari
semalam.
وَحَدَّدَ صِيَامَ الْفَرْضِ بِصِيَامِ شَهْرِ
رَمَضَانَ
Dan menetapkan puasa wajib dengan puasa bulan Ramadan.
وَلَكِنْ مَنْ أَرَادَ التَّطَوُّعَ
بِنَافِلَةٍ مِنْ جِنْسِ هَاتَيْنِ العِبَادَتَيْنِ
Akan tetapi, siapa yang ingin melakukan amalan sunnah dari jenis dua ibadah ini
فَقَدْ حَدَّدَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْقَاتًا فَاضِلَةً
Maka Nabi ﷺ telah menetapkan waktu-waktu yang utama untuknya
يُؤْجَرُ عَلَيْهَا الْعَبْدُ بِأَفْضَلِ
الأَجْرِ
Yang dengannya seorang hamba akan mendapat pahala terbaik.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَرْوِي أَبُو
هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dan dalam hadits ini Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ الأَوْقَاتِ وَالحَالَاتِ الأَفْضَلِ
Bahwa Nabi ﷺ ditanya tentang waktu dan keadaan yang paling utama
لِلتَّنَفُّلِ وَالتَّطَوُّعِ فِي الصَّلَاةِ
وَالصِّيَامِ
Untuk melakukan salat dan puasa sunnah.
فَسَأَلَهُ سَائِلٌ: مَا أَفْضَلُ
الصَّلَوَاتِ بَعْدَ أَدَاءِ الصَّلَوَاتِ الخَمْسِ المَفْرُوضَةِ
Maka ada seorang yang bertanya kepadanya: Salat apakah yang paling utama
setelah salat lima waktu yang wajib?
الَّتِي لا بُدَّ مِنْ أَدَائِهَا؟
Yang tidak boleh ditinggalkan pelaksanaannya?
وَهِيَ أَفْضَلُ مَا يَتَقَرَّبُ بِهَا
العَبْدُ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
Dan itu adalah amalan terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah ‘azza wa
jalla
قَبْلَ التَّفْكِيرِ فِي النَّوَافِلِ
وَالزِّيَادَاتِ وَالتَّطَوُّعِ لِمَنْ أَرَادَ
Sebelum memikirkan amalan sunnah, tambahan, dan sukarela bagi yang
menginginkannya.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مُوَضِّحًا وَمُبَيِّنًا:
Maka Nabi ﷺ bersabda dengan menjelaskan dan menerangkan:
«أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ
المَكْتُوبَةِ، الصَّلَاةُ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ»
(Salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat di tengah malam).
وَذَلِكَ أَنَّ صَلَاةَ اللَّيْلِ أَبْعَدُ
عَنِ الرِّيَاءِ، وَأَقْرَبُ إِلَى الإِخْلَاصِ
Karena salat malam lebih jauh dari riya dan lebih dekat kepada keikhlasan.
وَلِيَتَمَكَّنَ المُصَلِّي مِنَ الصَّلَاةِ
بِتَفَرُّغِهِ لَهَا، وَهُدُوءِ بَالِهِ مِنَ الأَشْغَالِ النَّهَارِيَّةِ
Agar orang yang salat bisa melakukannya dengan fokus dan tenang dari kesibukan
siang hari.
وَهِيَ أَعْوَنُ عَلَى تَذَكُّرِ القُرْآنِ
وَالسَّلَامَةِ مِنْ نِسْيَانِ بَعْضِ الآيَاتِ
Dan salat malam lebih membantu dalam mengingat Al‑Qur’an serta menjaga dari
lupa sebagian ayat.
وَالمُرَادُ بِجَوْفِ اللَّيْلِ: الثُّلُثُ
الآخِرُ
Dan yang dimaksud dengan tengah malam adalah sepertiga malam terakhir.
وَسُئِلَ عَنْ أَفْضَلِ الصِّيَامِ بَعْدَ
الصِّيَامِ المَفْرُوضِ فِي رَمَضَانَ
Dan Nabi ﷺ ditanya tentang puasa yang paling utama setelah puasa wajib di
bulan Ramadan.
فَأَجَابَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ أَفْضَلَ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ، هُوَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ
المُحَرَّمِ
Maka Nabi ﷺ menjawab bahwa puasa yang paling utama setelah bulan Ramadan
adalah puasa bulan Allah, Muharram.
وَهُوَ مِنَ الأَشْهُرِ الْحُرُمِ الَّتِي
نَهَى اللَّهُ فِيهَا عَنِ القِتَالِ
Dan Muharram termasuk bulan-bulan haram yang Allah melarang di dalamnya untuk
berperang.
وَإِضَافَةُ الشَّهْرِ لِلَّهِ إِضَافَةُ
تَعْظِيمٍ
Penyandaran nama bulan kepada Allah adalah bentuk pengagungan.
وَهُوَ أَوَّلُ شَهْرٍ فِي العَامِ
الهِجْرِيِّ
Dan Muharram adalah bulan pertama dalam tahun hijriyah.
فَهُوَ سَبَبٌ لِيَفْتَتِحَهُ بِفِعْلِ
الخَيْرِ وَاسْتِقْبَالِهِ بِالعِبَادَةِ
Maka hal itu menjadi sebab untuk memulai tahun dengan perbuatan baik dan
menyambutnya dengan ibadah.
وَذَلِكَ مِنْ أَفْضَلِ الأَعْمَالِ، كَمَا
يُسْتَقْبَلُ أَوَّلُ النَّهَارِ بِالذِّكْرِ
Dan itu termasuk amalan terbaik, sebagaimana awal pagi disambut dengan zikir.
فَيُرْجَى بِذَلِكَ أَنْ يَكُونَ مُكَفِّرًا
لِبَاقِي العَامِ
Diharapkan dengan itu bisa menjadi penghapus dosa untuk sisa tahun tersebut.
كَمَا فِي فَضِيلَةِ الذِّكْرِ فِي أَوَّلِ
النَّهَارِ
Sebagaimana keutamaan zikir di awal hari.
وَيَحْتَمِلُ أَيْضًا أَنَّهُ لَمَّا كَانَ
القِتَالُ مُحَرَّمًا فِي المُحَرَّمِ
Dan bisa jadi juga karena perang diharamkan di bulan Muharram
وَكَانَ انْتِهَازُ وَقْتِهِ لِلصِّيَامِ
فُرْصَةً
Maka memanfaatkan waktunya untuk berpuasa adalah kesempatan
مِنْ أَجْلِ أَنَّ أَوْقَاتَ إِبَاحَةِ
القِتَالِ لَا يَقْتَضِي أَنْ يَكُونَ المُؤْمِنُ فِيهَا صَائِمًا
Karena saat diperbolehkan berperang tidak cocok untuk puasa bagi seorang mukmin
لِأَنَّ الصِّيَامَ يُضْعِفُ أَهْلَهُ
Karena puasa dapat melemahkan orang yang menjalankannya.
وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ فَضِيلَةِ
الصَّلَاةِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ
Dan dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang keutamaan salat di tengah
malam.
وَفِيهِ: بَيَانُ فَضِيلَةِ صَوْمِ شَهْرِ
المُحَرَّمِ
Dan juga terdapat penjelasan tentang keutamaan puasa di bulan Muharram.
وَفِيهِ: بَيَانُ أَنَّ التَّطَوُّعَ
وَالنَّوَافِلَ تَكُونُ بَعْدَ أَدَاءِ الفَرَائِضِ
Dan di dalamnya terdapat penjelasan bahwa amalan sunnah dilakukan setelah
melaksanakan kewajiban.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/21290
Pelajaran dari Hadits
ini
1. Keutamaan Bertanya untuk Mencari Ilmu
Perkataan سُئِلَ (ditanyakan [kepada Nabi ﷺ]) menunjukkan bahwa hadits ini berasal dari sebuah pertanyaan,
yang menunjukkan bahwa bertanya dalam Islam adalah salah satu pintu utama untuk
memahami ajaran agama. Para sahabat sangat bersemangat untuk menggali ilmu dari
Rasulullah ﷺ,
terutama mengenai amalan terbaik yang bisa mereka lakukan. Dalam kehidupan
kita, bertanya kepada orang yang berilmu adalah cara terbaik untuk menjauhi
kebodohan dan kesalahan dalam beramal. Allah berfirman dalam Surah An-Nahl ayat
43:
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
(Maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui).
Sikap bertanya bukan tanda kelemahan, tetapi justru tanda ketulusan
dalam mencari kebenaran.
2.
Mencari Amalan Sunnah yang Paling Utama
Perkataan أَيُّ الصَّلَاةِ أَفْضَلُ بَعْدَ المَكْتُوبَةِ؟ (Salat apa yang paling utama setelah salat wajib?)
memperlihatkan semangat sahabat dalam mencari amalan sunnah yang paling tinggi
nilainya setelah menyempurnakan kewajiban. Mereka tidak puas hanya dengan
menjalankan yang fardhu, tetapi ingin terus menambah kedekatan dengan Allah
melalui amalan tambahan. Ini menjadi contoh bagi kita untuk terus mencari
amalan yang lebih utama dan tidak merasa cukup dengan ibadah yang paling minimal.
Rasulullah ﷺ bersabda:
اِحْرِصْ عَلَىٰ مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجِزْ
(Bersemangatlah
terhadap apa yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan
lemah.) – HR. Muslim (2664).
Semangat dalam mencari keutamaan amal adalah tanda kesungguhan iman dan
kecintaan kepada akhirat.
3.
Menjaga Semangat Berpuasa Setelah Ramadan
Perkataan وَأَيُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ؟ (Dan puasa apa yang paling utama setelah bulan Ramadan?)
menunjukkan bahwa ibadah tidak berhenti setelah Ramadan berakhir. Para sahabat
ingin memastikan bahwa semangat ibadah tetap berlanjut dan tidak hanya
bergelora pada momen-momen tertentu saja. Ini menjadi pelajaran penting bagi
kita untuk melanjutkan semangat Ramadan sepanjang tahun, khususnya dalam bentuk
ibadah yang mirip seperti puasa. Allah berfirman dalam QS. Al-Hijr ayat 99:
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
(Dan
sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu kematian).
Ayat ini menegaskan pentingnya konsistensi dalam ibadah tanpa mengenal waktu.
4.
Keutamaan Salat Malam
Perkataan فَقَالَ: أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ المَكْتُوبَةِ، الصَّلَاةُ
فِي جَوْفِ اللَّيْلِ (Maka beliau bersabda: Salat yang paling
utama setelah salat wajib adalah salat di tengah malam) menjelaskan bahwa salat
malam (qiyamul lail) adalah ibadah sunnah yang paling utama. Salat ini
dilakukan dalam suasana sunyi, saat orang-orang lain tertidur, sehingga lebih
jauh dari riya dan lebih dekat kepada keikhlasan. Allah menyebut orang yang
salat malam dengan penuh pujian dalam QS. As-Sajdah ayat 16:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا
وَطَمَعًا
(Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Rabb mereka dengan rasa
takut dan harap).
Salat malam menjadi sarana pembersih hati, penghapus dosa, dan pengangkat
derajat seseorang di sisi Allah.
5.
Keutamaan Puasa di Bulan Muharram
Perkataan وَأَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ، صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ
المُحَرَّمِ (Dan puasa yang paling utama setelah bulan
Ramadan adalah puasa bulan Allah, yaitu Muharram) menunjukkan keutamaan khusus
dari bulan Muharram. Menyebutnya dengan “bulan Allah” memberi kehormatan
tersendiri yang menunjukkan bahwa bulan ini sangat agung di sisi Allah. Puasa
di bulan ini, terutama pada hari ‘Asyura, sangat dianjurkan karena menghapus
dosa setahun yang lalu. Rasulullah ﷺ bersabda:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ
السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
(Puasa
pada hari 'Asyura aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun
sebelumnya.) – HR. Muslim (1162).
Bulan Muharram menjadi peluang istimewa untuk memperbanyak ibadah, khususnya
puasa.
6.
Menghidupkan Malam Sebagai Sarana Kedekatan dengan Allah
Salat malam bukan hanya ibadah sunnah, tapi juga penenang jiwa dan kekuatan
ruhani yang sangat luar biasa. Rasulullah ﷺ bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ، فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ
قَبْلَكُمْ، وَقُرْبَةٌ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ،
وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ
(Lakukanlah salat malam, karena ia adalah
kebiasaan orang-orang saleh sebelum kalian, sarana mendekat kepada Rabb kalian,
penghapus dosa, dan pencegah dari dosa.) – HR. Tirmidzi (3549).
Menghidupkan malam dengan salat bukan hanya memperkuat hubungan dengan Allah,
tapi juga menjaga diri dari maksiat dan memperhalus hati.
7.
Menyambut Bulan Muharram dengan Ibadah, Bukan Rutinitas Duniawi
Bulan Muharram sering berlalu tanpa kesadaran umat Islam akan keutamaannya.
Padahal, Nabi ﷺ sangat menganjurkan puasa di bulan ini. Menyambut tahun baru
hijriah seharusnya menjadi waktu untuk muhasabah, bukan sekadar pergantian
kalender. QS. At-Taubah ayat 36 menyebut Muharram sebagai salah satu dari empat
bulan haram:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا... مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
(Sesungguhnya
bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan... di antaranya ada empat
bulan haram.)
Maka bulan Muharram adalah momentum untuk memulai lembaran baru dengan
meningkatkan ibadah dan meninggalkan dosa.
Secara
keseluruhan, hadits ini menunjukkan pentingnya mencari amalan sunnah
terbaik setelah kewajiban, yaitu salat malam dan puasa di bulan Muharram.
Keduanya dilakukan di luar perhatian manusia, sehingga lebih dekat kepada
keikhlasan. Selain itu, hadits ini mendorong semangat belajar, beramal
konsisten setelah Ramadan, dan menyambut tahun baru hijriah dengan ruh ibadah,
bukan hanya rutinitas.
Penutup
Kajian
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita dalam majelis ilmu yang
mulia ini. Kita baru saja menuntaskan satu hadits agung dari Rasulullah ﷺ, yang begitu dalam maknanya dan begitu besar faedahnya. Hadits
ini mengingatkan kita bahwa keberagamaan seseorang tidak cukup hanya dengan
ibadah yang tampak secara lahiriah, seperti puasa dan shalat malam, namun juga
harus disertai dengan hati yang ikhlas dan akhlak yang baik terhadap sesama.
Rasulullah
ﷺ memperingatkan bahwa رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ
إِلَّا الْجُوعُ – “Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan
dari puasanya kecuali lapar,” dan رُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ
إِلَّا السَّهَرُ – “Betapa banyak orang yang shalat malam, tetapi tidak
mendapatkan dari shalatnya kecuali begadang.” Ini menunjukkan bahwa ibadah
bukan hanya soal aktivitas fisik, tetapi lebih dalam dari itu: menyangkut niat,
hati, serta dampaknya terhadap akhlak dan perilaku.
Harapan
kita setelah memahami hadits ini, semoga setiap ibadah yang kita lakukan
benar-benar mendekatkan diri kepada Allah ﷻ dan membentuk pribadi
yang lebih baik. Kita berharap, peserta kajian semua mampu mengintrospeksi
kembali ibadah yang selama ini dilakukan, memperbaiki niat, menjaga lisan, dan
memperindah akhlak dalam pergaulan sehari-hari.
Jangan
sampai kita termasuk orang yang hanya mendapatkan letih dari puasa dan shalat,
tanpa pahala di sisi Allah. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang benar
dalam ibadah, ikhlas dalam niat, dan mulia dalam akhlak.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ