Hadits: Keutamaan Shalat Berjamaah atas Shalat Sendirian
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Jamaah sekalian yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini kita akan
membahas sebuah hadits yang sangat penting dan menyentuh langsung kondisi umat
Islam saat ini—yaitu tentang keutamaan shalat berjamaah. Kita hidup di
zaman di mana semangat kebersamaan dalam ibadah mulai memudar. Banyak masjid
yang shaf-nya tidak penuh, meskipun rumah-rumah di sekitarnya padat oleh kaum
Muslimin. Tak sedikit yang lebih memilih shalat sendiri di rumah, di tempat
kerja, bahkan menunda-nunda waktu shalat tanpa alasan syar’i. Fenomena ini
bukan sekadar penurunan kualitas ibadah, tapi juga melemahkan sendi-sendi
ukhuwah dan kekuatan umat.
Padahal,
shalat berjamaah adalah simbol persatuan, pelatihan kedisiplinan, dan ladang
pahala yang besar yang tidak bisa didapatkan dari shalat sendiri. Hadits yang
akan kita kaji mengungkapkan dengan gamblang perbedaan besar antara pahala
shalat berjamaah dan shalat sendirian—bahkan hingga dua puluh lima hingga dua
puluh tujuh derajat. Ini bukan angka biasa, tapi gambaran betapa Allah ingin
kita meraih keutamaan dengan berkumpul di rumah-Nya, bersujud bersama, dan
mempererat persaudaraan.
Maka
penting bagi kita semua untuk mengkaji hadits ini secara mendalam. Tidak cukup
hanya mengetahui teksnya, tetapi memahami pesan ilahi yang terkandung di
dalamnya—agar kita bisa menghidupkan kembali semangat berjamaah di tengah
masyarakat. Mari kita jadikan kajian ini sebagai langkah awal memperbaiki
hubungan kita dengan Allah dan dengan sesama Muslim melalui shalat berjamaah
yang penuh keutamaan.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa
Rasulullah ﷺ bersabda:
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ
تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Shalat berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian
dengan dua puluh lima derajat.
HR. Al-Bukhari (646).
Mendengarkan mp3 hadits ini: https://t.me/mp3qhn/369
Arti
dan Penjelasan Per Perkataan
صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ
Shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah ibadah shalat yang dilaksanakan
secara bersama-sama dalam satu tempat dan waktu, dengan satu imam dan beberapa
makmum.
Ia bukan sekadar kegiatan kolektif, tetapi sarana untuk memupuk rasa
persaudaraan, kedisiplinan, dan ukhuwah Islamiyah.
Dalam konteks sosial, shalat berjamaah membangun keterikatan hati antar
individu dalam masyarakat Muslim.
Ia menjadi simbol kesatuan umat dan semangat kolektif untuk taat kepada Allah
secara serentak.
Keberkahan dan rahmat Allah juga lebih banyak turun kepada jamaah dibandingkan
yang shalat sendiri.
تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ
Lebih utama dari shalat sendirian
Perkataan ini menjelaskan keutamaan shalat berjamaah
dibandingkan dengan shalat yang dilakukan sendirian.
Kata tafḍulu menunjukkan adanya derajat keutamaan dan nilai lebih secara nyata.
Shalat berjamaah bukan hanya lebih utama dari sisi pahala, tetapi juga lebih
berpengaruh dalam membentuk pribadi dan komunitas yang taat.
Shalat sendiri sah secara hukum, tetapi tidak menghadirkan nilai sosial dan
spiritual sebesar shalat berjamaah.
Islam mendorong umatnya untuk tidak egois dalam ibadah, tetapi membiasakan diri
berada dalam kebersamaan.
بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Dengan dua puluh lima derajat
Allah memberikan keutamaan pahala shalat berjamaah
sebesar dua puluh lima derajat lebih tinggi daripada shalat sendiri.
Istilah darajah atau derajat dalam hadits menunjukkan tingkatan pahala yang
sangat signifikan di sisi Allah.
Derajat ini bisa mencerminkan nilai keikhlasan, manfaat sosial, dan keberkahan
yang lebih luas dari ibadah berjamaah.
Hadits ini juga menjadi motivasi spiritual agar seorang Muslim tidak meremehkan
keutamaan berjamaah, walau ia harus menempuh kesulitan untuk sampai ke masjid.
Semakin berat usaha seseorang menuju jamaah, semakin besar pula ganjaran yang
menantinya.
Syarah Hadits
حَثَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ عَلَى صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ
Nabi ﷺ menganjurkan untuk melaksanakan shalat berjamaah.
لِمَا لَهَا مِنْ فَضْلٍ عَظِيمٍ
Karena shalat berjamaah memiliki keutamaan yang besar.
وَقَدْ ذَكَرَ فَضْلَهَا فِي كَثِيرٍ مِنَ
الْأَحَادِيثِ
Dan beliau telah menyebutkan keutamaannya dalam banyak hadits.
وَمِنْهَا هٰذَا الْحَدِيثُ الَّذِي يُبَيِّنُ
فِيهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَرْقَ بَيْنَ ثَوَابِ صَلَاةِ
الْجَمَاعَةِ وَصَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ
Di antaranya adalah hadits ini, di mana Rasulullah ﷺ menjelaskan perbedaan
pahala antara shalat berjamaah dan shalat sendirian.
وَأَنَّ صَلَاةَ الْجَمَاعَةِ تَزِيدُ عَنْ
صَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
Bahwa shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan kelebihan dua
puluh tujuh derajat.
فَيَكُونُ لِمَنْ يُصَلِّي الْجَمَاعَةَ
ثَوَابُ صَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ، وَيَزِيدُ عَلَيْهِ بِمِقْدَارِ سَبْعٍ
وَعِشْرِينَ صَلَاةً مِنْ صَلَاةِ الْمُنْفَرِدِ
Maka orang yang shalat berjamaah mendapatkan pahala shalat sendirian, ditambah
dengan kelebihan dua puluh tujuh kali shalat sendirian.
وَيَدُلُّ عَلَى هٰذَا الْمَعْنَى مَا جَاءَ
فِي رِوَايَةِ مُسْلِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Yang menunjukkan makna ini adalah riwayat Muslim dari Abu Hurairah.
«صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ تَعْدِلُ خَمْسًا
وَعِشْرِينَ مِنْ صَلَاةِ الْفَذِّ»
(Shalat berjamaah sebanding dengan dua puluh lima shalat sendirian).
وَلِمُسْلِمٍ أَيْضًا
Dan dalam riwayat Muslim juga disebutkan:
«صَلَاةٌ مَعَ الْإِمَامِ أَفْضَلُ مِنْ خَمْسٍ
وَعِشْرِينَ صَلَاةً يُصَلِّيهَا وَحْدَهُ»
(Satu shalat bersama imam lebih utama dari dua puluh lima shalat yang
dikerjakannya sendiri).
وَأَمَّا اخْتِلَافُ الرِّوَايَاتِ بَيْنَ
سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَخَمْسٍ وَعِشْرِينَ
Adapun perbedaan riwayat antara dua puluh tujuh dan dua puluh lima,
فَهٰذَا الِاخْتِلَافُ رَاجِعٌ لِاخْتِلَافِ
أَحْوَالِ الْمُصَلِّينَ وَالصَّلَاةِ
Maka perbedaan ini kembali kepada perbedaan keadaan para pelaksana shalat dan
bentuk shalat itu sendiri.
فَيَكُونُ لِبَعْضِهِمْ خَمْسٌ وَعِشْرُونَ،
وَلِبَعْضِهِمْ سَبْعٌ وَعِشْرُونَ
Sebagian mereka mendapatkan dua puluh lima, dan sebagian lainnya mendapatkan
dua puluh tujuh.
وَذٰلِكَ بِحَسَبِ كَمَالِ الصَّلَاةِ،
وَمُحَافَظَتِهِ عَلَى هَيْئَتِهَا، وَخُشُوعِهَا، وَكَثْرَةِ جَمَاعَتِهَا،
وَفَضْلِهِمْ، وَشَرَفِ الْبُقْعَةِ، وَقِيلَ غَيْرُ ذٰلِكَ
Itu tergantung pada kesempurnaan shalatnya, penjagaan terhadap tata caranya,
kekhusyukannya, banyaknya jamaahnya, keutamaan mereka, kemuliaan tempatnya, dan
ada yang mengatakan sebab lainnya.
وَقَدْ كَانَ السَّلَفُ رِضْوَانُ اللهِ
عَلَيْهِمْ لَا يَتَخَلَّفُونَ عَنْهَا، وَيَحْرِصُونَ عَلَيْهَا
Para salaf rahimahumullah tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah dan sangat
menjaga pelaksanaannya.
وَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ مِنْهُمْ – كَمَا فِي
صَحِيحِ مُسْلِمٍ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – يُؤْتَى
بِهِ إِلَى الْجَمَاعَةِ وَهُوَ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ
Salah seorang dari mereka – sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim dari
hadits Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu – didatangkan ke tempat jamaah dalam
keadaan dipapah oleh dua orang laki-laki.
بِمَعْنَى: يَسْتَنِدُ إِلَيْهِمَا؛
لِضَعْفِهِ وَعَدَمِ قُدْرَتِهِ؛ لِمَا يَعْرِفُهُ مِنْ فَضْلِ الْجَمَاعَةِ، رَغْبَةً
فِي تَحْصِيلِ ثَوَابِهَا
Artinya: ia bersandar kepada keduanya karena lemah dan tidak mampu berjalan,
karena mengetahui keutamaan berjamaah dan ingin mendapatkan pahalanya.
وَفِي الْحَدِيثِ: الْحَثُّ عَلَى صَلَاةِ
الْجَمَاعَةِ وَبَيَانُ فَضْلِهَا
Dan dalam hadits ini terdapat anjuran untuk shalat berjamaah serta penjelasan
tentang keutamaannya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/21453
Pelajaran dari Hadits
ini
1. Keutamaan Ibadah yang Dilakukan Bersama
Perkataan صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ (shalat berjamaah) menunjukkan
bahwa ibadah yang dilakukan bersama-sama memiliki kedudukan istimewa dalam
Islam. Dalam shalat berjamaah, umat Islam dikumpulkan dalam satu
barisan, menghadap ke satu arah, dan mengikuti satu imam sebagai simbol
kesatuan dan persaudaraan. Ibadah ini bukan hanya bernilai pribadi, tetapi juga
bernilai sosial karena memperkuat tali ukhuwah dan membiasakan diri hidup dalam
keteraturan. Allah menyukai hamba-Nya yang membentuk barisan seperti bangunan
yang kokoh. Firman Allah dalam QS. As-Saff ayat 4:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا
كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
(Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.)
2.
Nilai Tambahan bagi yang Memilih Berjamaah
Perkataan
تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ (lebih utama dari shalat sendirian) mengajarkan
bahwa Islam memberikan kelebihan pahala bagi siapa saja yang lebih memilih
berjamaah daripada shalat sendiri. Shalat sendiri tetap sah, namun keutamaannya
jauh lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, pilihan terbaik selalu
dianjurkan untuk diambil. Hadits ini memotivasi kaum Muslimin agar tidak cukup
hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga berusaha meraih keutamaan. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلَاةُ فِي
جَوْفِ اللَّيْلِ
(Shalat
yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam.) –
HR. Muslim.
3.
Allah Memberi Ganjaran yang Besar atas Usaha Berjamaah
Perkataan
بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (dengan dua puluh lima derajat) menunjukkan
bahwa pahala shalat berjamaah tidak hanya lebih besar, tetapi dilipatgandakan
hingga dua puluh lima derajat. Ini menjadi bukti kemurahan Allah terhadap
hamba-Nya yang ingin mendekat kepada-Nya dengan usaha lebih. Setiap langkah
menuju masjid menghapus dosa dan mengangkat derajat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلًا
فِي الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
(Barangsiapa
pergi ke masjid di pagi atau sore hari, maka Allah menyiapkan baginya tempat di
surga setiap kali ia pergi.) – HR. Bukhari dan Muslim.
Ini juga mendidik kita bahwa setiap ibadah yang dilakukan dengan penuh
kesungguhan akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
4.
Shalat Berjamaah sebagai Sarana Disiplin dan Kepedulian Sosial
Shalat
berjamaah mengajarkan kita untuk menghargai waktu, keteraturan, dan
kedisiplinan, karena dilakukan dengan aturan dan waktu yang sama. Ia juga
melatih kita untuk mengikuti pemimpin (imam) dengan taat, sebagai bekal
ketaatan dalam kehidupan sosial. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ
(Sesungguhnya
imam dijadikan untuk diikuti.) – HR. Bukhari.
Hal ini membentuk karakter sosial yang taat aturan, tidak egois, dan terbiasa
hidup dalam keteraturan.
5.
Shalat Berjamaah Menumbuhkan Rasa Aman dan Saling Peduli
Ketika
shalat dilakukan bersama, masing-masing individu merasakan dukungan spiritual
dari saudaranya. Ini mengurangi perasaan kesepian dan menguatkan solidaritas.
Masjid sebagai tempat berkumpulnya jamaah menjadi pusat informasi, pertemuan,
dan solusi dari masalah umat. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 18:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
(Sesungguhnya
yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir.)
Shalat berjamaah bukan sekadar ibadah, tapi juga bagian dari pembangunan
karakter umat.
6.
Dorongan untuk Memakmurkan Masjid
Hadits
ini secara tidak langsung mengajak umat Islam untuk selalu hadir ke masjid
dalam shalat berjamaah. Ini menghidupkan masjid sebagai pusat ibadah dan
peradaban umat. Rasulullah ﷺ menjadikan masjid sebagai tempat bukan
hanya shalat, tapi juga belajar, bermusyawarah, dan pelayanan sosial. Dalam QS.
Al-Baqarah ayat 114 Allah mengecam mereka yang menghalangi makmurnya masjid:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا
اسْمُهُ
(Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi nama Allah disebut di
dalam masjid-masjid-Nya.)
Karena itu, hadir berjamaah berarti ikut serta dalam memakmurkan rumah Allah.
7.
Ganjaran Allah Tidak Sama untuk Semua
Perbedaan
derajat pahala menunjukkan bahwa Allah membedakan ganjaran sesuai dengan usaha
hamba-Nya. Ini menegaskan keadilan-Nya sekaligus menunjukkan bahwa Islam tidak
menyamakan orang yang bersungguh-sungguh dengan yang bermalas-malasan. Dalam
QS. Az-Zumar ayat 9 Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Katakanlah:
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?)
Demikian pula orang yang memilih berjamaah tidak akan sama dengan yang shalat
sendiri tanpa alasan syar’i.
Kesimpulan:
Secara keseluruhan, hadits ini menegaskan bahwa shalat berjamaah memiliki
keutamaan yang besar dari sisi pahala, manfaat sosial, dan pembentukan karakter
umat. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk hidup dalam kebersamaan,
disiplin, dan taat kepada pemimpin yang benar. Masjid bukan hanya tempat
ibadah, tapi juga pusat kekuatan umat. Ganjaran besar bagi orang yang berjamaah
menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai usaha hamba-Nya yang mencintai
kebersamaan dalam ketaatan.
Penutup
Kajian
Jamaah
yang dirahmati Allah, setelah kita bersama-sama mengkaji hadits tentang
keutamaan shalat berjamaah, kita memahami bahwa hadits ini bukan hanya berisi
informasi tentang pahala yang berlipat, tetapi juga mengandung pesan yang
sangat dalam tentang pentingnya kebersamaan, kedisiplinan, dan cinta terhadap
rumah Allah. Shalat berjamaah adalah cermin kekuatan umat—semakin kokoh barisan
dalam ibadah, semakin kuat pula barisan dalam kehidupan sosial.
Hadits
ini memberi motivasi agar setiap Muslim tidak meremehkan langkah kakinya menuju
masjid, karena setiap langkah itu menghapus dosa dan mengangkat derajat. Ia
juga menjadi pengingat bahwa meskipun shalat sendirian itu sah, tapi Allah
telah membuka pintu pahala yang jauh lebih besar bagi siapa saja yang mau
bersusah payah menghadiri shalat berjamaah.
Harapan
kita semua, semoga setelah kajian ini, ada perubahan nyata dalam sikap kita
terhadap shalat berjamaah. Mari kita hidupkan kembali masjid-masjid dengan
langkah kaki kita, dengan suara takbir yang bergema bersama, dan dengan hati
yang bersatu dalam ketaatan. Jadikan shalat berjamaah sebagai bagian dari
rutinitas harian kita, ajak keluarga dan tetangga, karena dengan berjamaah,
kita tidak hanya meraih pahala lebih, tapi juga menghidupkan jiwa umat ini.
Semoga Allah memudahkan langkah kita menuju masjid dan menerima setiap rakaat
yang kita kerjakan dengan ikhlas.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ