Hadits: Tujuh Orang Yang Allah Naungi di Hari Tidak Ada Naungan Kecuali NaunganNya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala atas segala nikmat-Nya, terutama nikmat iman dan kesempatan kita untuk berkumpul di majelis ilmu yang mulia ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya hingga akhir zaman.
Bapak, Ibu, saudara dan saudariku sekalian yang dirahmati Allah, mari kita sejenak merenung bersama. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern ini, kita sering kali disibukkan dengan berbagai urusan dunia. Kejar-kejaran harta, pangkat, status, hingga gemerlap hiburan yang seolah tak ada habisnya. Tanpa sadar, semua kesibukan itu kadang membuat kita lupa akan hakikat keberadaan kita di dunia ini, dan tujuan akhir perjalanan kita: yaitu kembali kepada Allah.
Kita hidup di zaman yang penuh tantangan. Godaan maksiat begitu mudah dijangkau, informasi yang menyesatkan tersebar begitu cepat, dan nilai-nilai kebaikan kadang terasa luntur. Tak jarang kita melihat atau mendengar tentang pemimpin yang tidak amanah, pemuda yang terjerumus dalam pergaulan bebas, atau bahkan orang-orang yang hatinya semakin jauh dari rumah-rumah ibadah. Di sisi lain, persahabatan sejati semakin sulit ditemukan, dan keikhlasan dalam beramal terasa mahal.
Lalu, apa yang akan terjadi saat kita semua berdiri di hadapan Allah kelak? Pada Hari Kiamat, hari yang digambarkan begitu dahsyat, di mana matahari didekatkan sejengkal di atas kepala, dan tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah. Bayangkan, betapa paniknya kita saat itu, mencari perlindungan, namun tiada tempat berlindung.
Inilah urgensi mengapa hadits yang akan kita kaji malam ini sangat penting untuk kita pahami dan amalkan. Hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ini datang sebagai kabar gembira dan panduan. Hadits ini akan menjelaskan kepada kita tentang tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan istimewa dari Allah pada hari yang sangat panas itu, hari di mana tidak ada naungan sama sekali kecuali naungan-Nya.
Mempelajari hadits ini bukan hanya sekadar menambah pengetahuan, tetapi lebih dari itu. Ini adalah peta menuju keselamatan, panduan praktis bagaimana kita bisa mempersiapkan diri menghadapi hari akhir, dan motivasi kuat untuk senantiasa berbuat kebaikan di tengah gempuran zaman. Kita akan memahami siapa saja golongan yang beruntung itu, apa saja ciri-ciri mereka, dan bagaimana kita bisa berusaha menjadi bagian dari mereka. Insya Allah, dengan memahami hadits ini, hati kita akan semakin terpaut pada akhirat, niat kita semakin lurus, dan setiap langkah kita di dunia ini menjadi bekal berharga untuk mendapatkan ridha dan naungan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَدْلٌ،
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي
الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا
حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ
خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ.
Artinya:
"Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungan-Nya pada
hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil, seorang
pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya
terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, mereka
berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang diajak berzina oleh
wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata, 'Sesungguhnya
aku takut kepada Allah', seorang laki-laki yang bersedekah dengan
menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
tangan kanannya, dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam kesendirian
lalu kedua matanya berlinang air mata."
HR.
Bukhari (1423) dan Muslim (1031).
Arti dan Penjelasan per Perkataan
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ
اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah Ta'ala dalam
naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya.
Ini adalah pendahuluan yang sangat penting, karena
menggambarkan betapa istimewanya golongan-golongan ini.
Pada Hari Kiamat, ketika matahari didekatkan dan tidak
ada tempat berlindung dari panas yang menyengat, naungan Allah menjadi
satu-satunya penyelamat.
Ini menunjukkan besarnya rahmat dan karunia Allah bagi
hamba-hamba-Nya yang memenuhi syarat tersebut. "Naungan Allah" bisa
diartikan sebagai perlindungan khusus dari panasnya hari perhitungan, atau
mungkin juga naungan dari 'Arsy Allah yang Maha Agung.
Pernyataan ini menekankan urgensi untuk memahami dan
mengamalkan sifat-sifat yang disebutkan berikutnya.
إِمَامٌ عَدْلٌ
Seorang pemimpin yang adil.
Pemimpin yang adil adalah seseorang yang menjalankan
kekuasaannya sesuai dengan syariat Allah, memberikan hak kepada yang berhak,
dan tidak berlaku zalim.
Keadilan adalah pilar utama dalam membangun masyarakat
yang stabil dan sejahtera, serta merupakan salah satu sifat Allah.
Perilaku adil seorang pemimpin memiliki dampak luas bagi
seluruh rakyatnya, karena ia adalah panutan dan pemegang amanah.
Oleh karena itu, keadilan seorang pemimpin sangat
dicintai Allah dan mendapatkan balasan yang besar.
وَشَابٌّ نَشَأَ فِي
عِبَادَةِ اللَّهِ
Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah.
Masa muda adalah masa di mana seseorang cenderung
dikuasai oleh hawa nafsu dan godaan duniawi.
Seorang pemuda yang sejak dini mengarahkan hidupnya
untuk beribadah dan taat kepada Allah menunjukkan kematangan iman dan tekad
yang kuat.
Ini adalah perjuangan yang besar karena melawan arus
godaan lingkungan dan keinginan pribadi.
Keistimewaan pemuda ini terletak pada kemampuannya untuk
mengendalikan dirinya di usia produktif yang penuh tantangan.
وَرَجُلٌ قَلْبُهُ
مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ
Dan seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid.
Perkataan ini tidak hanya berarti sering pergi ke
masjid, tetapi hatinya senantiasa rindu dan merasa nyaman di dalamnya.
Masjid adalah rumah Allah, tempat ibadah, dzikir, dan
pengajaran ilmu.
Seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid menunjukkan
kuatnya keimanan dan kecintaannya pada agama.
Kerinduan terhadap masjid mencerminkan keinginan kuat
untuk selalu berada di dekat Allah dan berada di lingkungan yang mengingatkan
pada-Nya.
وَرَجُلَانِ تَحَابَّا
فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ
Dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah,
mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya.
Cinta karena Allah adalah bentuk kasih sayang yang
paling murni dan tidak didasari oleh kepentingan duniawi.
Mereka berkumpul untuk melakukan kebaikan dan ketaatan
kepada Allah, dan berpisah pun dalam keadaan yang diridhai-Nya.
Hubungan semacam ini memperkuat ukhuwah Islamiyah dan
menjadi benteng dari perpecahan.
Ini adalah tanda kejujuran iman, di mana hubungan
antarmanusia dibangun di atas dasar takwa.
وَرَجُلٌ دَعَتْهُ
امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ
Dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita
yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku
takut kepada Allah."
Ini menunjukkan kekuatan iman dan ketakwaan yang luar
biasa dalam menghadapi godaan yang sangat besar.
Wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan adalah
kombinasi godaan yang sulit ditolak bagi kebanyakan orang.
Namun, ketakutannya kepada Allah mengalahkan semua
keinginan nafsu duniawi.
Kisah Nabi Yusuf 'alaihissalam adalah contoh nyata dari
sifat ini, menunjukkan kemenangan iman atas godaan syahwat.
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
Dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan
menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan
tangan kanannya.
Perkataan ini adalah metafora untuk kerahasiaan dan
keikhlasan yang sempurna dalam bersedekah.
Tujuannya adalah menghindari riya' (pamer) dan mencari
pujian dari manusia, semata-mata mengharapkan ridha Allah.
Sedekah yang tersembunyi lebih utama karena menjaga niat
agar tetap murni.
Ini mengajarkan kita pentingnya menjaga kemurnian niat
dalam setiap ibadah, terutama dalam amalan yang melibatkan harta.
وَرَجُلٌ ذَكَرَ
اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
Dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam
kesendirian, lalu kedua matanya berlinang air mata.
Ini adalah tanda keimanan yang mendalam dan hati yang
penuh khusyuk.
Mengingat Allah dalam kesendirian memungkinkan seseorang
untuk merenungkan kebesaran-Nya tanpa gangguan.
Air mata yang menetes karena rasa takut, cinta, atau
penyesalan kepada Allah menunjukkan kehalusan jiwa dan kedekatan dengan Sang
Pencipta.
Ini adalah puncak dari kekhusyukan dan ketundukan
seorang hamba kepada Rabbnya.
Syarah Hadits
Hari Kiamat adalah hari yang sulit dan penuh dengan
kengerian. Matahari akan mendekat ke kepala manusia, dan panasnya akan sangat
menyengat bagi mereka. Namun, Rasulullah ﷺ telah memberi kabar
gembira kepada kita bahwa Allah memiliki hamba-hamba yang akan Dia naungi di
bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya
Subhanahu wa Ta'ala.
Dalam hadits yang agung ini, Rasulullah ﷺ menyebutkan tujuh
golongan dari umat ini yang akan menikmati naungan-Nya Subhanahu pada hari itu,
di mana tidak ada seorang pun yang akan mendapatkan naungan kecuali orang yang
dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya. Yang dimaksud dengan "naungan"
di sini adalah naungan 'Arsy (singgasana Allah), sebagaimana dijelaskan dalam
hadits-hadits lain. Di antaranya adalah riwayat yang dikeluarkan oleh Ahmad dan
Tirmidzi dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda:
«مَن نَفَّسَ عَن غَرِيمِهِ أَوْ مَحَا عَنْهُ،
كَانَ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» (Barangsiapa
meringankan beban orang yang berhutang kepadanya atau menghapus hutangnya, maka
ia akan berada di bawah naungan 'Arsy pada Hari Kiamat). Jika yang dimaksud
adalah naungan 'Arsy, maka ini menunjukkan bahwa mereka berada dalam
perlindungan dan kemuliaan Allah Ta'ala.
Golongan pertama dari ketujuh ini adalah pemimpin yang adil.
Ia adalah penguasa yang adil terhadap rakyatnya, yang menjaga hak-hak mereka,
memelihara kemaslahatan mereka, dan memutuskan perkara di antara mereka dengan
syariat Allah 'Azza wa Jalla, sehingga ia menegakkan kemaslahatan agama dan
dunia.
Yang kedua adalah pemuda yang tumbuh dengan
bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Rabbnya, yang selalu taat kepada
perintah dan larangan-Nya. Pemuda secara khusus disebutkan karena ibadah di
masa muda lebih berat dan sulit, sebab banyaknya pendorong kemaksiatan dan
kuatnya syahwat. Maka, jika ia tetap konsisten dalam ibadah pada saat itu, hal
itu menunjukkan kuatnya ketakwaannya dan besarnya rasa takutnya kepada Allah.
Yang ketiga adalah laki-laki yang hatinya terpaut pada
masjid. Ia sangat mencintai dan terikat pada masjid, sering berkunjung ke sana,
dan banyak berdiam di dalamnya, senantiasa menjaga shalat berjamaah dan shalat
fardhu, serta menunggu shalat setelah shalat, seolah hatinya seperti lentera
dari lentera-lentera masjid.
Yang keempat adalah dua orang laki-laki yang saling
mencintai karena Allah Ta'ala, demi mencari ridha dan ketaatan-Nya, bukan
karena tujuan duniawi. Mereka berkumpul atas dasar itu dan terus-menerus dalam
kecintaan mereka demi Allah Subhanahu. Perkataan beliau:
«اجْتَمَعَا عَلَى ذَلِكَ وَتَفَرَّقَا
عَلَيْهِ»
(mereka berkumpul karena itu dan berpisah karena itu)
menunjukkan bahwa kecintaan mereka karena Allah adalah tulus baik saat mereka
berkumpul maupun saat mereka berpisah.
Yang kelima adalah seorang laki-laki yang diajak melakukan
perbuatan keji oleh seorang wanita cantik, yang memiliki kedudukan tinggi,
keturunan terhormat, harta, kedudukan sosial, dan posisi yang terpandang, lalu
ia berkata: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah." Kemungkinan ia
mengucapkannya dengan lisannya untuk mencegah wanita itu dari perbuatan keji,
atau ia mengatakannya dalam hati dan dibuktikan dengan perbuatannya, yaitu rasa
takut kepada Allah mencegahnya dari melakukan apa yang membuat-Nya murka. Wanita
yang memiliki kedudukan dan kecantikan secara khusus disebutkan karena besarnya
daya tarik padanya. Dengan perbuatannya ini, di tengah godaan yang begitu
banyak, ia telah mencapai derajat kesempurnaan dalam ketaatan kepada Allah
Ta'ala dan rasa takut kepada-Nya. Ini adalah sifat orang-orang yang jujur
imannya (Shiddiqin).
Yang keenam adalah seorang laki-laki yang bersedekah sunnah,
lalu ia sangat bersungguh-sungguh menyembunyikan sedekahnya, merahasiakannya
dari segala sesuatu bahkan dari dirinya sendiri, sehingga tangan kirinya tidak
mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya. Penyebutan tangan kanan dan
kiri adalah untuk menggambarkan kesempurnaan dalam menyembunyikan dan
merahasiakan sedekah. Perumpamaan ini diberikan karena dekatnya tangan kanan
dengan tangan kiri dan selalu bersamanya. Makna perumpamaan ini adalah: jika
tangan kirinya adalah seorang laki-laki yang terjaga, ia tidak akan
mengetahuinya karena kesungguhannya dalam menyembunyikan. Ini adalah cara
bersedekah yang paling utama dan paling jauh dari riya' (pamer), meskipun
dianjurkan untuk menampakkan sedekah dan zakat jika aman dari riya' dan
bertujuan untuk mendorong orang lain berinfak, agar orang lain mengikutinya,
dan untuk menampakkan syiar-syiar Islam.
Yang ketujuh adalah seorang laki-laki yang mengingat Allah
dengan lisannya dalam kesendirian, atau hatinya mengingat keagungan Allah
Ta'ala, pertemuan dengan-Nya, berdiri di hadapan-Nya, dan perhitungan atas amal
perbuatannya, dalam keadaan ia sendiri terpisah dari manusia. Sebab, pada saat
itu ia lebih jauh dari riya'. Ada juga yang mengatakan, "khaliyan (dalam
kesendirian)" di sini berarti hatinya kosong dari berpaling kepada selain
Allah meskipun ia berada di tengah manusia. Lalu, kedua matanya berlinang air
mata karena takut kepada Allah Ta'ala.
Ketujuh golongan ini mencapai kenikmatan itu karena
keikhlasan kepada Allah Ta'ala dan penentangan terhadap hawa nafsu.
Sesungguhnya pemimpin yang berkuasa tidak akan dapat berlaku adil kecuali
dengan menentang hawa nafsunya. Pemuda yang mengutamakan ibadah kepada Allah
atas dorongan masa mudanya tidak akan dapat melakukannya jika bukan karena
menentang hawa nafsunya. Laki-laki yang hatinya terpaut pada masjid didorong
oleh penentangan terhadap hawa nafsu yang mengajaknya ke tempat-tempat
kesenangan. Orang yang bersedekah dan menyembunyikannya dari tangan kirinya
tidak akan dapat melakukannya jika bukan karena menundukkan hawa nafsunya. Dan
laki-laki yang diajak berzina oleh wanita cantik nan mulia, lalu ia takut
kepada Allah 'Azza wa Jalla dan menentang hawa nafsunya. Dan laki-laki yang
mengingat Allah 'Azza wa Jalla dalam kesendirian, lalu kedua matanya berlinang
air mata karena takut kepada-Nya, keduanya mencapai hal itu karena menentang
hawa nafsu. Maka Allah menyelamatkan mereka dari panasnya padang mahsyar,
keringatnya, dan kesulitannya pada Hari Kiamat.
Disebutkan dalam hadits ini tujuh golongan, namun terdapat
riwayat-riwayat lain yang menambahkan golongan-golongan selain yang disebutkan
di sini. Di antaranya adalah riwayat Imam Muslim dari hadits Abu Al-Yasar Ka'b
bin Amr Al-Anshari radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi ﷺ bersabda:
«مَن أنْظَرَ مُعسِرًا
أو وَضَعَ عنه، أظَلَّه اللهُ في ظِلِّه»
(Barangsiapa menangguhkan (pembayaran) orang yang
kesulitan membayar hutang atau menghapusnya, niscaya Allah akan menaunginya
dalam naungan-Nya). Dan juga: orang yang berperang (di jalan Allah) dan
orang yang membantunya, pedagang yang jujur, dan orang yang membantu mukatab
(budak yang mengadakan perjanjian untuk memerdekakan diri) sebagaimana
disebutkan dalam riwayat dan hadits-hadits lain. Ini menunjukkan bahwa jumlah
yang disebutkan dalam hadits ini tidak bersifat membatasi. Juga, penyebutan
"laki-laki" dalam hadits ini adalah karena ia adalah bentuk yang
umum; jadi tidak ada makna pembatasan di dalamnya. Wanita sama seperti laki-laki
dalam hal-hal yang mungkin bagi mereka; maka hukum-hukum syariat bersifat umum
bagi semua mukallaf (orang yang dibebani syariat) baik laki-laki maupun
perempuan.
Dalam hadits ini terdapat: keutamaan tujuh golongan yang
disebutkan, dan keutamaan orang yang selamat dari dosa-dosa, serta sibuk dalam
ketaatan kepada Rabbnya sepanjang hidupnya. Di dalamnya juga terdapat: anjuran
untuk melakukan amal ketaatan; karena amal ketaatan adalah sebab untuk
mendapatkan ridha Allah Subhanahu di akhirat. Dan di dalamnya terdapat: bahwa
termasuk kenikmatan Allah 'Azza wa Jalla pada Hari Kiamat adalah perlindungan
di bawah naungan-Nya.
Sumber: https://dorar.net/hadith/sharh/8956
Pelajaran dari Hadits ini
1. Naungan Istimewa dari Allah
Hadits ini diawali dengan perkataan سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ تَعَالَى فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ (Tujuh golongan yang akan dinaungi Allah Ta'ala dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya). Perkataan ini menyampaikan kabar gembira yang sangat besar. Bayangkan, pada Hari Kiamat nanti, matahari sangat dekat, panasnya luar biasa, dan semua orang akan merasakan kepanasan yang tak terperi. Di hari yang mencekam itu, ada sekelompok orang yang akan mendapatkan perlindungan khusus langsung dari Allah. Ini adalah anugerah terbesar, menunjukkan betapa istimewanya orang-orang ini di mata Allah. Kita harus benar-benar memahami dan berusaha menjadi bagian dari mereka, karena naungan Allah adalah satu-satunya harapan keselamatan di hari itu.
2. Pemimpin yang Adil
Salah satu golongan yang beruntung adalah إِمَامٌ عَدْلٌ (seorang pemimpin yang adil). Pemimpin yang adil adalah orang yang memimpin dengan benar, tidak curang, dan memberikan hak kepada siapa pun yang berhak menerimanya. Mereka ini adalah cerminan keadilan Allah di muka bumi. Bayangkan saja, jika seorang pemimpin adil, seluruh rakyatnya akan merasakan kedamaian dan kesejahteraan. Allah sangat mencintai keadilan dan memberikan ganjaran besar bagi pemimpin yang jujur dan adil. Ini seperti yang Allah firmankan dalam Surah An-Nisa' ayat 58: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat).
3. Pemuda yang Berbakti
Kemudian ada وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللَّهِ (dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah). Masa muda itu biasanya penuh godaan, banyak keinginan duniawi, dan kadang sulit mengendalikan diri. Nah, kalau ada pemuda yang sejak kecil atau sejak muda sudah terbiasa beribadah, taat kepada Allah, dan menjauhi maksiat, itu adalah hal yang luar biasa. Ini menunjukkan kuatnya iman dan tekadnya untuk selalu di jalan yang benar, meskipun godaan di sekitarnya sangat besar. Ini adalah perjuangan yang hebat, dan Allah menghargai perjuangan ini dengan naungan-Nya. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Tirmidzi (2416): لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا عَلِمَ (Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada Hari Kiamat hingga ditanya tentang lima perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakannya, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, dan apa yang telah diamalkan dari ilmunya).
4. Hati yang Terpaut Masjid
Golongan selanjutnya adalah وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ (dan seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid). Ini bukan hanya sering pergi ke masjid, tapi hatinya selalu rindu dan merasa tenang ketika berada di masjid. Masjid itu rumah Allah, tempat kita beribadah, berzikir, dan menuntut ilmu agama. Orang yang hatinya terpaut dengan masjid menunjukkan kecintaannya yang dalam kepada Allah dan agamanya. Ia merasa nyaman dan damai di sana, seolah-olah masjid adalah bagian dari dirinya. Kecintaan ini mencerminkan keinginan kuat untuk selalu dekat dengan Allah dan berada di lingkungan yang baik.
5. Persahabatan Karena Allah
Selanjutnya adalah وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ (dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya). Ini tentang persahabatan yang tulus, yang dasarnya bukan karena harta, jabatan, atau kepentingan duniawi lainnya, melainkan murni karena Allah. Mereka bertemu untuk melakukan kebaikan, saling mengingatkan dalam kebaikan, dan berpisah pun dalam keadaan yang diridhai Allah. Persahabatan seperti ini sangat mulia di sisi Allah dan akan mendapatkan ganjaran yang besar. Ini menunjukkan kekuatan ukhuwah (persaudaraan) Islamiyah yang dibangun atas dasar takwa. Allah berfirman dalam Surah Az-Zukhruf ayat 67: الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ (Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa).
6. Berani Menolak Godaan Maksiat
Salah satu golongan yang dinaungi adalah وَرَجُلٌ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ (dan seorang laki-laki yang diajak (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu ia berkata, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah"). Ini adalah ujian keimanan yang sangat berat. Wanita yang punya kedudukan (berpengaruh) dan cantik, adalah godaan yang sangat besar dan sulit ditolak bagi banyak orang. Namun, laki-laki ini mampu menolaknya karena rasa takutnya yang mendalam kepada Allah. Ia memilih ketaatan kepada Allah daripada kenikmatan sesaat yang diharamkan. Ini menunjukkan kekuatan iman dan ketakwaan yang luar biasa, mirip dengan kisah Nabi Yusuf yang menolak godaan Zulaikha.
7. Sedekah yang Tersembunyi
Ada juga وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ (dan seorang laki-laki yang bersedekah dengan menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya). Perkataan ini adalah gambaran untuk sedekah yang dilakukan dengan sangat rahasia dan ikhlas. Tujuannya agar tidak ada sedikit pun niat pamer (riya') atau mencari pujian dari manusia, melainkan hanya mengharap pahala dari Allah semata. Sedekah yang tersembunyi ini lebih utama karena menunjukkan kemurnian niat dan keikhlasan yang tinggi. Ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga niat dalam setiap ibadah, bukan hanya sedekah. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 271: إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan).
8. Tangisan Karena Mengingat Allah
Terakhir adalah وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ (dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam kesendirian, lalu kedua matanya berlinang air mata). Ini adalah tanda keimanan yang sangat mendalam dan hati yang penuh ketundukan kepada Allah. Ketika seseorang sendiri, jauh dari pandangan orang lain, ia bisa lebih fokus merenungi kebesaran Allah, dosa-dosanya, dan nikmat yang telah diberikan. Air mata yang menetes bukan karena kesedihan dunia, melainkan karena rasa takut, cinta, atau penyesalan kepada Allah, menunjukkan kelembutan hati dan kedekatan spiritual dengan Sang Pencipta. Ini adalah puncak dari kekhusyukan seorang hamba. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Muslim (2730): عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ (Dua mata yang tidak akan disentuh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di jalan Allah).
9. Pentingnya Niat dalam Setiap Amalan
Pelajaran tambahan yang bisa kita ambil dari keseluruhan hadits ini adalah betapa pentingnya niat yang ikhlas dalam setiap amalan. Semua golongan yang disebutkan di atas memiliki satu kesamaan: mereka melakukan perbuatan baik dengan niat yang murni karena Allah, bukan karena ingin dipuji manusia atau mencari keuntungan dunia. Entah itu keadilan pemimpin, ibadah pemuda, kecintaan pada masjid, persahabatan, menolak maksiat, bersedekah, hingga menangis karena Allah, semuanya didasari oleh niat yang tulus. Ini mengingatkan kita pada hadits populer, yang diriwayatkan oleh Bukhari (1) dan Muslim (1907): إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى (Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan).
10. Manfaat Kesendirian untuk Muhasabah
Dari perkataan tentang orang yang menangis saat mengingat Allah dalam kesendirian, kita bisa belajar pentingnya meluangkan waktu untuk menyendiri dan muhasabah (introspeksi diri). Di tengah hiruk pikuk kehidupan, kita sering lupa untuk mengevaluasi diri, merenungi dosa-dosa, dan bersyukur atas nikmat Allah. Kesendirian bisa menjadi waktu yang sangat berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah, memohon ampunan, dan memperkuat iman, jauh dari gangguan dan pandangan orang lain. Ini membantu kita untuk lebih mengenal diri dan Rabb kita.
Penutupan Kajian
Alhamdulillah, kita telah sampai di penghujung kajian kita hariini. Semoga apa yang kita pelajari bersama dapat memberikan pencerahan dan manfaat bagi kita semua.
Dari hadits yang agung ini, kita bisa mengambil banyak pelajaran berharga yang sangat relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Kita belajar tentang pentingnya keadilan bagi setiap pemimpin, baik dalam lingkup besar negara maupun dalam keluarga. Kita juga diingatkan akan keutamaan ibadah di masa muda, saat energi dan semangat masih membara, untuk diarahkan pada ketaatan kepada Allah. Hadits ini juga menguatkan hati kita untuk selalu terpaut pada masjid, menjadikannya pusat spiritual dan tempat kita mencari ketenangan.
Kemudian, kita memahami betapa mulianya persahabatan yang dilandasi karena Allah, yang saling mendukung dalam kebaikan dan ketaatan. Kita juga diajarkan tentang kekuatan iman dalam menolak godaan maksiat, betapapun besar dan menariknya godaan tersebut. Pentingnya keikhlasan dalam beramal, terutama sedekah yang disembunyikan, menjadi pengingat bagi kita agar setiap kebaikan yang kita lakukan semata-mata mengharap ridha Allah. Terakhir, kita merenungkan keindahan tangisan seorang hamba yang mengingat Allah dalam kesendirian, menunjukkan betapa dalamnya rasa takut dan cinta kita kepada-Nya.
Bapak, Ibu, saudara dan saudariku sekalian, hadits ini bukan hanya sekadar teori atau informasi, melainkan peta jalan yang nyata menuju naungan Allah pada Hari Kiamat. Mari kita renungkan kembali tujuh golongan ini dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengamalkan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari.
Mungkin kita tidak semua menjadi pemimpin negara, tetapi kita bisa menjadi pemimpin yang adil dalam keluarga, di tempat kerja, atau di lingkungan masyarakat kita.
Bagi yang masih muda, manfaatkanlah masa muda ini untuk memperbanyak ibadah dan menjauhi maksiat.
Jadikan hati kita selalu rindu pada masjid, luangkan waktu untuk shalat berjamaah dan berdiam diri di dalamnya.
Perkuat tali silaturahmi dengan sahabat-sahabat kita atas dasar kecintaan kepada Allah.
Ketika godaan datang, ingatlah selalu firman Allah, dan katakan dalam hati, "Inni akhafullah – Sesungguhnya aku takut kepada Allah."
Saat kita bersedekah, mari kita belajar untuk menyembunyikannya sebisa mungkin, agar keikhlasan menjadi satu-satunya niat.
Dan di saat sendiri, di keheningan malam atau di waktu luang, ingatlah Allah, renungkan kebesaran-Nya, semoga air mata kita menetes karena rasa takut dan cinta kepada-Nya.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala senantiasa membimbing kita, memudahkan langkah kita dalam beramal saleh, dan menjadikan kita termasuk dari tujuh golongan yang akan dinaungi-Nya di hari yang tiada naungan selain naungan-Nya. Amin ya Rabbal Alamin.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ
نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.
Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan
rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa
dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang
baik.
وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ
إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.
Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:
🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.