Hadits: Kewajiban Mengangkat Pemimpin dalam Kelompok

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah mensyariatkan kepada kita berbagai adab dalam kehidupan, termasuk dalam perjalanan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, suri teladan kita dalam seluruh aspek kehidupan.

Hadirin yang dirahmati Allah, dalam kehidupan sehari-hari, perjalanan atau safar sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas manusia. Baik itu perjalanan kerja, perjalanan ibadah, maupun perjalanan rekreasi. Namun, banyak kita saksikan di masyarakat, saat melakukan perjalanan bersama, sering kali terjadi perselisihan. Ada yang berbeda pendapat soal arah tujuan, ada yang tidak sepakat tentang waktu berangkat atau istirahat, bahkan tidak jarang berujung pada ketegangan dan permusuhan. Semua ini, tidak jarang, bermula dari satu hal yang tampak kecil: ketiadaan kepemimpinan dan kesepakatan yang mengikat dalam rombongan.

Di sinilah pentingnya hadits yang akan kita bahas hari ini. Rasulullah ﷺ, dengan kebijaksanaan beliau yang agung, telah mengajarkan bahwa jika tiga orang atau lebih bepergian bersama, mereka harus mengangkat salah seorang menjadi pemimpin. Ini bukan sekadar tata tertib perjalanan, tapi pelajaran besar tentang pentingnya persatuan, koordinasi, dan menghindari perpecahan. Tanpa kepemimpinan, sekecil apa pun kelompok itu, potensi kekacauan akan selalu terbuka.

Mempelajari hadits ini menjadi sangat penting bagi kita semua. Karena selain membentuk perjalanan yang lebih tertib dan nyaman, memahami hadits ini juga melatih kita membangun karakter bermusyawarah, taat kepada pemimpin, dan mendahulukan kepentingan bersama di atas ego pribadi. Dengan menghidupkan sunnah ini, kita bukan hanya menghindari perpecahan dalam perjalanan, tapi juga menanamkan adab mulia yang sangat dibutuhkan dalam seluruh aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa.

Maka dari itu, mari kita pelajari bersama dengan penuh perhatian. Semoga Allah memberikan kita pemahaman yang benar dan taufik untuk mengamalkannya.


Dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

‏‏إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ

Jika tiga orang keluar untuk bepergian, hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin.

HR. Abu Dawud (2608), ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al-Awsath (8093), dan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (10651).


Arti dan Penjelasan per Kalimat


 إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ
Jika tiga orang keluar untuk bepergian.

Perjalanan dalam Islam bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga momentum untuk mengokohkan nilai-nilai ukhuwah dan tanggung jawab.
Dalam konteks ini, keberangkatan tiga orang atau lebih menuntut adanya pengaturan dan keteraturan.
Tanpa adanya kesepakatan dan koordinasi, perjalanan bisa berubah menjadi sumber perselisihan dan kesulitan.
Islam memandang musafir sebagai komunitas kecil yang tetap wajib menjaga nilai adab, amanah, dan keterpaduan sebagaimana dalam komunitas besar.
Karena itu, ketika jumlah mencapai tiga orang, bukan sekadar kebersamaan yang dinilai, tetapi juga perlunya struktur sosial minimal.


 فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin.

Perintah ini menunjukkan betapa pentingnya adanya seorang pemimpin, sekecil apa pun komunitas itu.
Kepemimpinan dalam perjalanan berfungsi untuk mengatur keputusan, menyatukan pendapat, dan menghindari perpecahan.
Pemimpin ini bukan sosok otoriter, melainkan koordinator yang menjaga maslahat bersama.
Pemilihan pemimpin dalam rombongan kecil ini mencerminkan prinsip syura (musyawarah) dalam Islam, di mana setiap langkah harus berbasis persetujuan dan kejelasan tanggung jawab.
Hal ini sekaligus mendidik kaum Muslimin untuk membiasakan hidup teratur, patuh pada ketentuan, dan melatih diri menjadi masyarakat yang terorganisir.

 

 


Syarah Hadits


لِلسَّفَرِ آدَابٌ وَأَحْكَامٌ
Untuk safar (perjalanan) ada adab-adab dan hukum-hukum.

يَنْبَغِي أَنْ يَتَّبِعَهَا الْمُسْلِمُ إِنْ نَوَى السَّفَرَ
Seorang muslim seharusnya mengikuti adab dan hukum tersebut jika berniat untuk bepergian.

وَهَذَا الْحَدِيثُ فِيهِ بَيَانُ بَعْضِ آدَابِ السَّفَرِ
Dan hadits ini berisi penjelasan tentang sebagian adab safar.

وَفِيهِ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan di dalamnya Nabi bersabda.

إِذَا كَانَ ثَلَاثَةٌ فِي سَفَرٍ
Jika ada tiga orang dalam perjalanan.

أَيْ: ثَلَاثَةٌ فَأَكْثَرُ
Artinya: tiga orang atau lebih.

فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ
Maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin.

أَيْ: لِيَجْعَلُوا أَحَدَهُمْ أَمِيرًا عَلَيْهِمْ
Artinya: hendaklah mereka menjadikan salah seorang di antara mereka sebagai pemimpin atas mereka.

يَكُونُ لَهُ اتِّخَاذُ قَرَارِهِمْ بَعْدَ الْمُشَاوَرَةِ مَعَهُمْ
Yang bertugas mengambil keputusan mereka setelah bermusyawarah dengan mereka.

كَاخْتِيَارِ وَقْتِ الذَّهَابِ وَالْبَيَاتِ وَنَحْوِهَا مِنْ أَحْوَالِ السَّفَرِ
Seperti memilih waktu keberangkatan, tempat bermalam, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perjalanan.

وَفِي الْحَدِيثِ: الْحَثُّ عَلَى تَقْلِيلِ الْخِلَافِ وَتَوْحِيدِ الْكَلِمَةِ مَا أَمْكَنَ
Dan dalam hadits ini terdapat anjuran untuk mengurangi perselisihan dan menyatukan suara selama memungkinkan.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/30670


Pelajaran dari Hadits ini


1. Pentingnya Adab dan Aturan dalam Perjalanan

Dalam perkataan إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ فِي سَفَرٍ (Jika tiga orang keluar untuk bepergian), kita diajarkan bahwa perjalanan dalam Islam bukan hanya soal berpindah tempat, tapi juga membawa misi menjaga adab, ketertiban, dan persaudaraan. Islam mengajarkan bahwa setiap perjalanan harus dipenuhi dengan tanggung jawab, kerja sama, dan saling menjaga. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS Al-Hujurat ayat 13:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
(Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.)


2. Kewajiban Mengangkat Pemimpin dalam Kelompok

Dalam perkataan فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ (Maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpin), Rasulullah ﷺ mengajarkan pentingnya adanya pemimpin dalam setiap kelompok, sekecil apa pun. Pemimpin berfungsi untuk menjaga kesatuan suara, menghindari perselisihan, dan membuat keputusan saat ada perbedaan pendapat. Ini menumbuhkan nilai ketaatan dan tanggung jawab sosial di antara anggota kelompok. Sesuai dengan sabda Rasulullah ﷺ dalam hadits riwayat Abu Dawud (2858):
إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ
(Jika mereka bertiga, hendaklah salah satu dari mereka mengimami, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling fasih bacaannya.)


3. Pentingnya Musyawarah dalam Menunjuk Pemimpin

Meskipun hadits ini memerintahkan menunjuk pemimpin, Islam tidak menentukan siapa pemimpin itu, sehingga musyawarah menjadi metode terbaik dalam memilih. Setiap anggota diberi kesempatan untuk mengusulkan dan menerima siapa yang layak memimpin. Hal ini mengajarkan budaya syura, sebagaimana firman Allah dalam QS Asy-Syura ayat 38:
وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ
(Dan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah di antara mereka.)


4. Tanggung Jawab Besar Seorang Pemimpin

Pemimpin yang dipilih dalam perjalanan tidak sekadar simbol, tetapi memikul amanah berat untuk mengarahkan keputusan dan menjaga keselamatan anggota. Ini menjadi pelajaran bahwa dalam Islam, setiap kepemimpinan adalah pertanggungjawaban, sebagaimana sabda Nabi ﷺ dalam hadits riwayat Al-Bukhari (893):
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.)


5. Melatih Keteraturan dan Disiplin Sejak Dini

Perintah mengangkat pemimpin meski hanya dalam rombongan kecil menunjukkan bahwa Islam melatih umatnya untuk hidup teratur dan disiplin sejak dari lingkup terkecil. Ini membentuk karakter tanggung jawab, menghargai aturan, dan bersikap dewasa dalam bertindak. Allah berfirman dalam QS An-Nisa ayat 59:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ
(Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu.)


6. Menghindari Perselisihan dan Perpecahan

Mengangkat satu pemimpin dalam perjalanan mencegah banyaknya suara yang bertentangan yang bisa berujung pada perpecahan. Islam sangat memperhatikan persatuan umat, sebagaimana Allah memperingatkan dalam QS Al-Imran ayat 103:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
(Dan berpegangteguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.)


7. Menanamkan Rasa Hormat terhadap Pemimpin

Dengan menunjuk pemimpin dalam perjalanan, Islam juga mengajarkan umatnya untuk menghormati keputusan dan arahan dari pemimpin yang sah. Ini penting untuk menjaga adab sosial dan keharmonisan dalam kelompok. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Muslim (1847):
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ، وَمَنْ يُطِعِ الأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي، وَمَنْ يَعْصِ الأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي
(Barangsiapa menaati aku berarti ia telah menaati Allah, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah mendurhakai Allah. Barangsiapa menaati pemimpin berarti ia telah menaati aku, dan barangsiapa mendurhakai pemimpin berarti ia telah mendurhakaiku.)


8. Pentingnya Persiapan Mental Sebelum Bepergian

Perintah dalam hadits ini juga menunjukkan bahwa sebelum memulai perjalanan, umat Islam diajarkan untuk menyiapkan mental, termasuk kesiapan menerima arahan, mematuhi kesepakatan, dan siap berkorban untuk kepentingan bersama. Ini sesuai dengan spirit hadits riwayat Al-Bukhari (3009):
السَّفَرُ قِطْعَةٌ مِنَ العَذَابِ
(Perjalanan itu adalah potongan dari penderitaan.)
Yang artinya perjalanan memerlukan kesiapan fisik, mental, dan spiritual.


9. Menghidupkan Nilai-Nilai Ukhuwah Islamiyah

Perjalanan bersama dengan kepemimpinan yang diatur dalam hadits ini memperkuat ukhuwah Islamiyah, yakni persaudaraan yang dibangun atas dasar iman, saling tolong-menolong, dan menjaga satu sama lain dalam suka dan duka. Allah berfirman dalam QS Al-Hujurat ayat 10:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ
(Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.)


10. Menumbuhkan Kematangan Keputusan dalam Komunitas Kecil

Dengan mengajarkan prinsip kepemimpinan dalam rombongan kecil, Islam mendidik umat untuk terbiasa membuat keputusan yang matang, memperhitungkan maslahat bersama, dan berlatih berpikir strategis. Ini penting untuk membentuk komunitas Muslim yang solid dan berperadaban tinggi.


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa dalam setiap perjalanan, sekecil apapun kelompoknya, harus ada adab, aturan, dan kepemimpinan yang terstruktur. Islam mendidik umat untuk hidup teratur, bermusyawarah, menghormati pemimpin, menjaga persatuan, serta mempersiapkan mental dalam menghadapi tantangan perjalanan. Semua nilai ini menguatkan persaudaraan dan memperkokoh keutuhan umat. 


Penutupan Kajian


Hadirin yang dirahmati Allah, setelah kita mempelajari hadits ini, kita semakin paham betapa Islam memperhatikan keteraturan dan persatuan, bahkan dalam perkara-perkara yang mungkin dianggap kecil seperti perjalanan. Hadits tentang mengangkat pemimpin dalam safar ini mengajarkan kepada kita pentingnya disiplin, taat terhadap kesepakatan, serta membiasakan diri untuk bermusyawarah dalam setiap urusan.

Faedah besar dari hadits ini bukan hanya berlaku saat perjalanan saja, tetapi juga menjadi pelajaran berharga dalam kehidupan sehari-hari: bahwa dalam setiap kelompok, keluarga, organisasi, bahkan negara, keberadaan pemimpin yang ditaati dalam kebaikan adalah kunci terciptanya ketertiban, keharmonisan, dan tercapainya tujuan bersama. Rasulullah ﷺ telah mengajarkan kepada kita prinsip dasar kepemimpinan yang sederhana namun berdampak besar ini.

Harapan kita semua, setelah mengikuti kajian ini, semoga setiap peserta bukan hanya memahami secara teori, tetapi juga menerapkannya dalam kehidupan nyata. Ketika kita melakukan perjalanan bersama, kita biasakan menunjuk seorang pemimpin yang kita hormati keputusannya setelah bermusyawarah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pun belajar untuk menjaga persatuan, saling menghormati pendapat, serta siap tunduk pada kesepakatan bersama demi kebaikan. Dengan begitu, kita menghidupkan sunnah Nabi ﷺ dalam keseharian kita, dan mudah-mudahan Allah memberkahi setiap langkah kita.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendengar nasehat dan mengikuti yang terbaik darinya. Aamiin. 

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers