Hadits: Menyambung Silaturahmi Membuka Rezeki

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ:

Jamaah yang dirahmati Allah,

Hadirin yang dirahmati Allah,
Di tengah berbagai kesibukan hidup dan tekanan ekonomi yang makin terasa di masyarakat kita hari ini, banyak orang mencari cara agar rezekinya lancar, usahanya berkembang, dan hidupnya dipanjangkan dalam keberkahan. Kita menyaksikan betapa kuatnya obsesi manusia terhadap kelapangan harta dan panjangnya umur, sampai-sampai sebagian rela menempuh jalan yang keliru—dari praktik riba, menelantarkan keluarga, hingga memutus hubungan kekerabatan demi kepentingan pribadi. Padahal, jalan yang ditunjukkan oleh Rasulullah ﷺ begitu dekat, ringan, dan penuh berkah.

Hadits yang akan kita kaji hari ini menyampaikan sebuah rahasia besar yang sering dilupakan: bahwa kelapangan rezeki dan panjang umur dapat diraih melalui menyambung tali silaturahmi. 

Hadits yang akan kita kaji berikut ini begitu relevan dengan keadaan kita saat ini. Dalam masyarakat yang mulai individualis, relasi keluarga menjadi renggang, bahkan ada yang tidak berbicara dengan saudaranya bertahun-tahun hanya karena persoalan warisan atau perbedaan pendapat. Maka hadits ini menjadi sangat penting untuk dikaji, karena menyambung silaturahmi bukan hanya kewajiban sosial, tapi juga menjadi sebab terbukanya pintu-pintu rezeki dan keberkahan hidup yang lebih panjang.

Kajian ini akan membimbing kita untuk memahami secara mendalam makna setiap perkataan dalam hadits ini dan menjelaskan bagaimana silaturahmi memiliki pengaruh langsung terhadap aspek ekonomi, kelanggengan usaha, dan keberkahan usia menurut pandangan Islam. Kita akan menggali pelajaran-pelajaran berharga yang bukan hanya bermanfaat untuk dunia, tapi juga menjadi bekal akhirat. 

Maka mari kita buka hati dan pikiran kita untuk menyambut hikmah yang terkandung dalam sabda Nabi kita yang mulia.

-----

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Nabi bersabda:

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ.

Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.

HR Al-Bukhari (5986)


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


مَنْ أَحَبَّ
(Barang siapa yang ingin)

Perkataan ini membuka hadits dengan ungkapan universal yang menyentuh fitrah manusia: keinginan untuk mendapatkan kebaikan dalam hidup.

Kata "أَحَبَّ" berasal dari akar kata "ḥubb" yang bermakna cinta atau keinginan yang kuat.

Dalam konteks ini, Rasulullah ﷺ tidak menyampaikan perintah langsung, tetapi menggugah keinginan manusia melalui bentuk pilihan.

Gaya bahasa seperti ini menumbuhkan kesadaran batin bahwa setiap manusia pasti ingin kebaikan bagi dirinya, dan Islam tidak menghalangi harapan itu—bahkan justru menunjuk jalan untuk mewujudkannya.

Makna mendalam dari perkataan ini adalah bahwa Islam tidak mematikan harapan manusia untuk sukses dan bahagia di dunia, namun memberikan arahan yang bersih dan berkah untuk mencapainya.


أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ
(Agar diluaskan baginya rezekinya)

Perkataan ini menunjukkan harapan akan kelapangan rezeki yang menjadi dambaan banyak orang.

Kata "يُبْسَطَ" menunjukkan makna meluaskan, memperbanyak, dan memudahkan—bukan hanya secara kuantitas, tapi juga kualitas rezeki.

Rezeki yang luas tidak sekadar banyak, tapi juga cukup, berkah, dan bermanfaat untuk diri dan orang lain.

Islam memandang rezeki sebagai sesuatu yang bersifat spiritual dan sosial, bukan hanya angka atau harta.

Kata "رِزْقِهِ" juga menunjukkan sifat personal: bahwa setiap orang punya bagian rezekinya masing-masing, yang akan dilapangkan oleh Allah sesuai amal dan hubungan sosialnya.

Perkataan ini menanamkan keyakinan bahwa silaturahmi memiliki korelasi langsung dengan pertumbuhan ekonomi seseorang secara nyata.


وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ
(Dan agar dipanjangkan dalam bekas peninggalannya / umurnya)

Perkataan ini mengandung dua kemungkinan makna yang sama-sama bernilai: panjang umur secara fisik dan panjang pengaruh setelah wafat.

Kata "يُنْسَأَ" berasal dari "نَسَأَ" yang berarti menunda atau memperpanjang.

Sedangkan "فِي أَثَرِهِ" bisa diartikan sebagai umur (dalam arti literal), dan juga jejak amal serta pengaruh yang ditinggalkan seseorang.

Artinya, menyambung silaturahmi bukan hanya memperpanjang usia dalam hitungan tahun, tapi juga memperpanjang manfaat hidup dalam hitungan amal.

Dalam konteks sosial, orang yang menyambung rahim akan lebih dikenang, dihormati, dan dijadikan teladan, bahkan setelah wafat.

Secara ekonomi, relasi sosial yang kuat akan membuat seseorang lebih sehat, bahagia, dan stabil dalam pekerjaan serta usahanya—yang berarti umurnya secara produktif juga lebih panjang.


 فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
(Maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi)

Inilah kesimpulan praktis dari hadits: perintah yang menyatukan dua impian manusia—kelapangan rezeki dan panjang umur—dengan satu amal utama yaitu silaturahmi.

Kata "فَلْيَصِلْ" mengandung perintah langsung, tetapi diawali dengan "فَ" yang menunjukkan konsekuensi logis dari keinginan sebelumnya.

"رَحِمَهُ" berasal dari kata "raḥim" yang berarti hubungan kekerabatan, yang dalam Islam memiliki kedudukan sangat tinggi.

Silaturahmi dalam konteks hadits ini bukan sekadar kunjungan fisik, tapi mencakup perhatian, bantuan, komunikasi yang baik, dan menjaga kehormatan keluarga.

Menjalin silaturahmi berarti menjaga harmoni sosial, memperkuat jaringan dukungan, serta membuka jalan bagi keberkahan hidup yang tidak bisa dicapai hanya dengan harta dan kerja keras.

Secara ekonomi, silaturahmi memperluas jaringan sosial yang menjadi aset tidak berwujud (intangible asset), seperti kepercayaan, loyalitas, dan reputasi yang mendatangkan peluang usaha dan investasi.


Syarah Hadits


صِلَةُ الرَّحِمِ مِنْ أَفْضَلِ الطَّاعَاتِ
Silaturahmi termasuk di antara ibadah yang paling utama

الَّتِي يَتَقَرَّبُ بِهَا الْعَبْدُ إِلَىٰ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ
yang dengannya seorang hamba mendekatkan diri kepada Tuhannya, Yang Maha Mulia dan Maha Agung

وَقَدْ أَمَرَ اللَّهُ بِهَا
Dan Allah telah memerintahkannya

وَحَذَّرَ مِنْ قَطْعِهَا
Dan memperingatkan dari memutusnya

وَجَعَلَ قَطْعَهَا مُوجِبًا لِلْعَذَابِ
Dan menjadikan pemutusannya sebagai sebab yang mewajibkan siksa

وَوَصْلَهَا مُوجِبًا لِلْمَثُوبَةِ
Dan menyambungnya sebagai sebab yang mendatangkan pahala


وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يُخْبِرُ صَلَّىٰ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِفَضْلِ صِلَةِ الرَّحِمِ فِي الدُّنْيَا
Dan dalam hadis ini, Nabi mengabarkan tentang keutamaan silaturahmi di dunia

وَالْمُرَادُ بِالْأَرْحَامِ: أَقَارِبُ الْإِنْسَانِ
Yang dimaksud dengan ‘arham’ adalah kerabat seseorang

وَكُلُّ مَنْ يَرْبِطُهُمْ رَابِطُ نَسَبٍ
Dan setiap orang yang memiliki hubungan nasab dengannya

سَوَاءٌ أَكَانَ وَارِثًا لَهُمْ أَوْ غَيْرَ وَارِثٍ
Baik ia berhak mewarisi mereka atau tidak

وَتَتَأَكَّدُ الصِّلَةُ بِهِ كُلَّمَا كَانَ أَقْرَبَ إِلَيْهِ نَسَبًا
Dan kewajiban menjaga silaturahmi semakin ditekankan jika hubungan nasabnya lebih dekat


فَيُخْبِرُ أَنَّهُ بِصِلَةِ الْأَرْحَامِ يُوَسِّعُ اللَّهُ تَعَالَىٰ الْأَرْزَاقَ وَيُبَارِكُ فِيهَا
Maka beliau mengabarkan bahwa dengan menyambung tali silaturahmi, Allah Ta’ala akan meluaskan rezeki dan memberkahinya

فَمَنْ أَحَبَّ ذَلِكَ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Maka siapa yang menginginkan hal itu, hendaklah ia menyambung silaturahminya

وَقَوْلُهُ: «وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ»
Dan sabda beliau: ‘Dan akan dipanjangkan baginya dalam peninggalannya’

يَعْنِي: يُطَوِّلُ اللَّهُ فِي عُمُرِ الْوَاصِلِ
Artinya: Allah akan memperpanjang umur orang yang menyambung silaturahmi

وَمَعْنَىٰ تَأْخِيرِ الْأَجَلِ وَزِيَادَةِ الْعُمُرِ
Makna dari penundaan ajal dan penambahan umur adalah

الزِّيَادَةُ بِالْبَرَكَةِ فِيهِ
Penambahan berupa keberkahan dalam umur tersebut

وَالتَّوْفِيقِ لِلطَّاعَاتِ
Serta taufik untuk melakukan ketaatan

وَعِمَارَةِ أَوْقَاتِهِ بِمَا يَنْفَعُهُ فِي الْآخِرَةِ
Dan mengisi waktunya dengan hal yang bermanfaat baginya di akhirat

وَصِيَانَتِهِ عَنْ الضَّيَاعِ فِي غَيْرِ ذَلِكَ
Serta menjaga umurnya dari terbuang sia-sia dalam hal yang tidak berguna

أَوِ الْمُرَادُ: بَقَاءُ ذِكْرِهِ الْجَمِيلِ بَعْدَهُ
Atau yang dimaksud adalah tetap terkenangnya nama baiknya setelah ia wafat

فَكَأَنَّهُ لَمْ يَمُتْ
Seolah-olah ia tidak mati

وَقِيلَ: الْأَجَلُ أَجَلَانِ
Dan dikatakan: ajal itu ada dua macam

أَجَلٌ مُطْلَقٌ يَعْلَمُهُ اللَّهُ
Ajal mutlak yang hanya Allah yang mengetahuinya

وَأَجَلٌ مُقَيَّدٌ
Dan ajal yang bersifat terikat (dengan sebab tertentu)

فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمَلَكَ أَنْ يَكْتُبَ لِلْإِنْسَانِ أَجَلًا
Karena Allah telah memerintahkan malaikat untuk mencatat ajal seseorang

وَقَالَ: إِنْ وَصَلَ رَحِمَهُ زِدْتُهُ كَذَا وَكَذَا
Dan berfirman: Jika ia menyambung silaturahminya, Aku akan menambah umurnya sekian dan sekian

وَالْمَلَكُ لَا يَعْلَمُ أَيَزدَادُ أَمْ لَا
Dan malaikat tidak mengetahui apakah umur itu akan bertambah atau tidak

لَكِنَّ اللَّهَ تَعَالَىٰ يَعْلَمُ مَا يَسْتَقِرُّ عَلَيْهِ الْأَمْرُ
Namun Allah Ta’ala mengetahui apa yang akan terjadi


وَقَدْ وَرَدَ الْحَثُّ فِيمَا لَا يُحْصَىٰ مِنَ النُّصُوصِ الشَّرْعِيَّةِ عَلَىٰ صِلَةِ الرَّحِمِ
Dan telah disebutkan dalam banyak sekali dalil-dalil syariat tentang anjuran menyambung silaturahmi

وَتَكُونُ الصِّلَةُ بِمُعَاوَدَتِهِمْ وَتَفَقُّدِ أَحْوَالِهِمْ وَزِيَارَتِهِمْ
Silaturahmi itu dapat dilakukan dengan mengunjungi mereka, menanyakan keadaan mereka, dan menjenguk mereka

وَالْكَلَامِ الطَّيِّبِ وَإِعَانَتِهِمْ عَلَىٰ الْخَيْرِ
Dengan ucapan yang baik dan membantu mereka dalam kebaikan

وَبَذْلِ الصَّدَقَاتِ فِي فُقَرَائِهِمْ وَالْهَدَايَا لِأَغْنِيَائِهِمْ
Dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin di antara mereka dan hadiah kepada yang kaya di antara mereka

وَنَحْوِ ذَلِكَ مِمَّا يُعَدُّ صِلَةً فِي الْعُرْفِ
Dan hal-hal semisal yang dianggap sebagai bentuk silaturahmi dalam kebiasaan manusia

وَلَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ
Orang yang menyambung silaturahmi bukanlah yang sekadar membalas kebaikan

فَقَدْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّىٰ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا»
Karena Nabi bersabda: ‘Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi itu yang sekadar membalas kebaikan, tetapi yang tetap menyambungnya meskipun telah diputus’

وَفِي الْحَدِيثِ: بَيَانُ أَنَّ الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ يَبْقَىٰ أَثَرُهَا
Dalam hadis ini terdapat penjelasan bahwa amalan saleh akan tetap meninggalkan bekasnya

وَيَمْتَدُّ ذِكْرُهَا فِي حَيَاةِ الْإِنْسَانِ وَبَعْدَ مَوْتِهِ
Dan pengaruhnya akan terus berlanjut dalam kehidupan seseorang dan setelah kematiannya

وَتَكُونُ لَهُ عُمُرًا مَدِيدًا يُضَافُ إِلَىٰ عُمُرِهِ الْحَقِيقِيِّ
Dan hal itu menjadi umur panjang yang ditambahkan kepada umur aslinya


من فوائد الحديث (Faedah Hadis)

الرَّحِمُ هُمُ الأَقَارِبُ مِنْ جِهَةِ الأَبِ وَالأُمِّ
Rahim adalah para kerabat dari jalur ayah dan ibu

وَكُلَّمَا كَانَ أَقْرَبَ كَانَ أَوْلَىٰ بِالصِّلَةِ
Semakin dekat hubungan kekerabatan, semakin utama untuk disambung

الجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ العَمَلِ
Balasan itu sesuai dengan jenis amal perbuatannya

فَمَنْ وَصَلَ رَحِمَهُ بِالبِرِّ وَالإِحْسَانِ، وَصَلَهُ اللَّهُ فِي عُمْرِهِ وَرِزْقِهِ
Barang siapa menyambung silaturahmi dengan kebaikan dan ihsan, maka Allah akan menyambungnya dalam umur dan rezekinya

صِلَةُ الرَّحِمِ سَبَبٌ لِبَسْطِ الرِّزْقِ وَتَوْسِيعِهِ
Silaturahmi menjadi sebab dilapangkannya rezeki dan diperluasnya keberkahan dalam hidup

وَسَبَبٌ لِطُولِ العُمْرِ
Dan juga menjadi sebab panjang umur

وَإِنْ كَانَ الأَجَلُ وَالرِّزْقُ مُحَدَّدًا
Meskipun ajal dan rezeki sudah ditentukan

إِلَّا أَنَّهُ قَدْ يَكُونُ بَرَكَةً فِي الرِّزْقِ وَالعُمْرِ
Namun bisa jadi yang dimaksud adalah keberkahan dalam rezeki dan umur

فَيَفْعَلُ فِي عُمْرِهِ أَكْثَرَ وَأَنْفَعَ مِمَّا يَفْعَلُهُ غَيْرُهُ
Sehingga seseorang dapat melakukan lebih banyak hal yang bermanfaat dalam hidupnya dibanding orang lain

وَقِيلَ: زِيَادَةُ الرِّزْقِ وَالعُمْرِ زِيَادَةٌ حَقِيقِيَّةٌ
Sebagian ulama mengatakan bahwa tambahan rezeki dan umur itu adalah tambahan yang hakiki

وَاللَّهُ أَعْلَمُ
Dan Allah lebih mengetahui kebenarannya

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/62696


Pelajaran dari Hadits ini


 

1. Silaturahmi adalah Perintah Allah dan Ibadah yang Agung

Allah memerintahkan manusia untuk menjaga silaturahmi dan melarang pemutusan hubungan kekeluargaan. Hal ini menunjukkan bahwa silaturahmi bukan sekadar urusan sosial, tetapi juga ibadah yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah.

Dalil dalam Al-Qur'an:

"وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا"
"Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."
(QS. An-Nisa: 1)


2. Memperpanjang Umur dan Meluaskan Rezeki

Nabi Muhammad ﷺ menjelaskan bahwa orang yang menjaga silaturahmi akan diberikan keberkahan umur dan kelapangan rezeki:

  • "يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ" → Allah akan melapangkan rezekinya dan memberkahinya.
  • "وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ" → Umurnya dipanjangkan.

Penjelasan makna panjang umur dalam hadits ini:

  1. Secara hakiki: Allah benar-benar memberikan tambahan umur kepada orang yang menjaga silaturahmi.
  2. Secara berkah: Hidupnya menjadi lebih bermanfaat, dipenuhi dengan kebaikan, keberkahan, dan amal shalih.
  3. Secara maknawi: Meskipun telah meninggal, nama dan kebaikannya tetap dikenang oleh manusia.

3. Memutus Silaturahmi Adalah Dosa Besar

Allah mengancam orang yang memutuskan silaturahmi dengan azab di dunia dan akhirat.

Dalam hadits disebutkan bahwa dosa yang menyebabkan azab dipercepat di dunia dan tetap diazab di akhirat adalah:

  1. Bersikap zalim (الْبَغْيُ)
  2. Memutuskan silaturahmi (قَطِيعَةُ الرَّحِمِ)

"فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ (٢٢) أُوْلَٰئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَىٰ أَبْصَارَهُمْ (٢٣)"
"Maka apakah sekiranya jika kamu berpaling (dari Islam), kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknat oleh Allah, lalu dibuat tuli (tidak mau mendengar kebenaran) dan dibutakan penglihatannya (dari petunjuk)."
(QS. Muhammad: 22-23)


4. Cara Menjalin Silaturahmi

Silaturahmi dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kondisi dan keadaan:

  1. Menjalin komunikasi dan menjaga hubungan baik (baik secara langsung maupun melalui pesan/telepon).
  2. Mengunjungi kerabat secara berkala untuk mempererat hubungan.
  3. Membantu mereka dalam kesulitan, baik dengan tenaga, doa, atau harta.
  4. Memberi hadiah, terutama kepada mereka yang lebih membutuhkan.
  5. Menyambung hubungan meskipun mereka yang memutuskannya → Inilah hakikat silaturahmi yang sejati.

"لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا"
"Bukanlah orang yang menyambung silaturahmi itu hanya membalas kebaikan orang lain, tetapi yang benar-benar menyambung silaturahmi adalah orang yang tetap menyambung hubungan meskipun telah diputus oleh kerabatnya."
(HR. Bukhari)


5. Silaturahmi Tidak Harus dengan Orang yang Baik Saja

  • Silaturahmi tetap harus dijaga meskipun terhadap keluarga yang berperangai buruk.
  • Tetap menyambung hubungan tanpa mengikuti kemaksiatan mereka.
  • Jika ada kerabat yang zhalim, tetap sambung hubungan tanpa mendukung keburukannya.

Kesimpulan

  • Silaturahmi adalah perintah Allah dan ibadah yang mendatangkan pahala besar.
  • Memutus silaturahmi adalah dosa besar yang menyebabkan azab di dunia dan akhirat.
  • Silaturahmi melapangkan rezeki dan memanjangkan umur.
  • Cara menjaga silaturahmi tidak hanya dengan berkunjung, tetapi juga dengan membantu, berbuat baik, dan tetap menjaga hubungan meskipun diputus oleh orang lain.
  • Hakikat silaturahmi sejati adalah tetap menyambung hubungan meskipun diputus oleh kerabat.

 


Penutup Kajian


 Jamaah yang dirahmati Allah,

Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah ﷺ memberikan kepada kita rahasia besar dalam kehidupan agar dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan usianya yaitu menyambung tali silaturahmi.

Silaturahmi bukan hanya soal menjaga hubungan keluarga, tetapi juga kunci keberkahan dalam hidup.

- Dilapangkan rezekinya – Silaturahmi menjadi sebab bertambahnya keberkahan dalam harta dan kehidupan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
- Dipanjangkan usianya – Maksudnya bisa dalam arti umur yang benar-benar bertambah atau umur yang dipenuhi dengan keberkahan, sehingga setiap waktunya bermanfaat.

Namun, di zaman ini, banyak orang lebih sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan silaturahmi. Bahkan, karena hal-hal sepele, hubungan antar keluarga menjadi renggang. Ada yang berselisih karena warisan, ada yang saling menjauh karena perbedaan pendapat, dan ada yang tidak bertegur sapa hanya karena kesalahpahaman kecil.

Semoga dengan kajian ini, kita bersama-sama memahami bagaimana silaturahmi dapat menjadi jalan datangnya rezeki dan keberkahan dalam hidup. Semoga kita tergolong orang-orang yang menjaga silaturahmi dan mendapatkan keberkahan sebagaimana yang dijanjikan Rasulullah ﷺ.

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers