Hadits Larangan Menyebut Keburukan Orang Yang Wafat

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، أَمَّا بَعْدُ.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesempatan untuk berkumpul dalam majelis ilmu yang penuh keberkahan ini. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, beserta keluarga dan para sahabat beliau, semoga kita semua termasuk umat yang mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat kelak.

Pada kesempatan ini, kita akan membahas sebuah hadits yang mengajarkan salah satu adab penting dalam Islam, yaitu larangan menyebut keburukan orang yang telah wafat

Setiap manusia akan menghadapi kematian. Itu adalah janji Allah yang pasti, sebagaimana firman-Nya:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ
"Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian." (QS. Ali Imran: 185)

Setelah meninggal, seseorang telah berpindah ke alam akhirat, dan urusannya kini sepenuhnya ada di tangan Allah ﷻ. Maka dari itu, Islam mengajarkan kepada kita untuk tidak menyebut keburukan orang yang telah wafat, karena mereka telah kembali kepada Allah dan sedang menghadapi hisab atas amal perbuatannya.

Pertanyaannya sekarang yaitu ...

Mengapa Islam melarang kita menyebut keburukan orang yang telah meninggal? Apa hikmah di balik larangan ini? Dan bagaimana sikap seorang Muslim dalam menyikapi seseorang yang dikenal memiliki kesalahan semasa hidupnya?

Inilah yang akan kita bahas dalam kajian kali ini. Semoga Allah ﷻ membimbing kita dalam memahami ilmu ini, mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang menjaga lisan dan menjauhi perkataan yang sia-sia.

Mari kita simak kajian hadits ini dengan hati yang terbuka dan niat untuk mengambil pelajaran yang berharga. بارك الله فيكم.

------

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ذُكِرَ عِندَ النَّبِيِّ صَلَّىٰ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَالِكٌ بِسُوءٍ، فَقَالَ: "لَا تَذْكُرُوا هَلْكَاكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ."

Disebutkan di hadapan Nabi tentang seseorang yang telah meninggal dengan keburukan, maka beliau bersabda: "Janganlah kalian menyebut orang yang telah meninggal di antara kalian kecuali dengan kebaikan.

HR An-Nasa'i (1935), Ath-Thayalisi (1597), dan Ibnu Abi Dunya dalam  (الصمت) (709).


Syarah Hadits


مَن مَاتَ مِنَ النَّاسِ فَقَدْ أَفْضَىٰ إِلَىٰ رَبِّهِ سُبْحَانَهُ
Barang siapa yang meninggal dari manusia, maka sungguh ia telah kembali kepada Tuhannya, Maha Suci Dia.

وَهُوَ الَّذِي يُحَاسِبُهُ عَلَىٰ أَعْمَالِهِ
Dan Dialah yang akan menghisabnya atas amal perbuatannya.

وَقَدْ دَلَّ النَّبِيُّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ عَلَىٰ حُسْنِ ٱلْمُعَامَلَةِ مَعَ ٱلْأَحْيَاءِ وَٱلْأَمْوَاتِ كَذَلِكَ.
Dan Nabi telah membimbing umatnya untuk berperilaku baik terhadap orang yang masih hidup maupun yang telah meninggal.

وَفِي هَذَا ٱلْحَدِيثِ تَحْكِي أُمُّ ٱلْمُؤْمِنِينَ عَائِشَةُ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهَا
Dan dalam hadis ini, Ummul Mukminin Aisyah ra. menceritakan bahwa:

"ذُكِرَ عِنْدَ ٱلنَّبِيِّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَالِكٌ"
"Disebutkan di hadapan Nabi seseorang yang telah meninggal,"

أَيْ: شَخْصٌ مَيِّتٌ
Yaitu seseorang yang sudah meninggal.

"بِسُوءٍ"
"Dengan keburukan,"

أَيْ: ذَكَرَهُ ٱلنَّاسُ بِٱلشَّرِّ
Yaitu orang-orang menyebutnya dengan kejelekan.

فَقَالَ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "لَا تَذْكُرُوا هَلْكَاكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ"
Maka Rasulullah bersabda: "Janganlah kalian menyebut orang yang telah meninggal kecuali dengan kebaikan."

أَيْ: لَا تَذْكُرُوا أَمْوَاتَكُمْ إِلَّا بِٱلْخَيْرِ
Yaitu, janganlah kalian menyebut orang yang telah meninggal kecuali dengan kebaikan.

وَذَلِكَ لِأَنَّهُمْ "قَدْ أَفْضَوْا إِلَىٰ مَا قَدَّمُوا"
Dan itu karena mereka telah sampai kepada apa yang telah mereka perbuat.

كَمَا قَالَ ٱلنَّبِيُّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَمَا عِندَ ٱلنَّسَائِيِّ وَٱبْنِ حِبَّانَ وَغَيْرِهِمَا عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهَا
Sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi , sebagaimana yang diriwayatkan oleh An-Nasai, Ibnu Hibban, dan lainnya dari Aisyah ra.

فَإِنَّ مَا قَدَّمُوهُ مِنْ أَعْمَالٍ سَيُحَاسِبُهُمُ ٱللَّهُ عَلَيْهَا
Maka sesungguhnya amal yang mereka lakukan akan diperhitungkan oleh Allah terhadap mereka.

وَرَوَىٰ ٱلْإِمَامُ أَحْمَدُ عَنِ ٱلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ ٱلنَّبِيَّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "لَا تَسُبُّوا ٱلْأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا ٱلْأَحْيَاءَ"
Dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah bahwa Nabi bersabda: "Janganlah kalian mencela orang yang telah meninggal, karena itu dapat menyakiti orang yang masih hidup."

وَذَلِكَ بِمَا يَحْدُثُ مِنْ حُزْنِ أَقَارِبِهِمْ
Karena hal itu dapat menyebabkan kesedihan bagi keluarga mereka.

فَٱلنَّهْيُ عَنْ سَبِّ ٱلْأَمْوَاتِ فِيهِ مُرَاعَاةٌ لِمَصْلَحَةِ ٱلْأَحْيَاءِ وَٱلْحِفَاظُ عَلَىٰ سَلَامَةِ ٱلْمُجْتَمَعِ مِنَ ٱلتَّشَاحُنِ وَٱلتَّبَاغُضِ
Maka larangan mencela orang yang telah meninggal itu demi menjaga kemaslahatan orang yang masih hidup dan menjaga ketenteraman masyarakat dari permusuhan dan kebencian.

وَقَدْ وَرَدَ فِي ٱلصَّحِيحَيْنِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: "مَرُّوا بِجِنَازَةٍ، فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا خَيْرًا، فَقَالَ ٱلنَّبِيُّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَجَبَتْ"
Dan telah diriwayatkan dalam Shahihain dari Anas bin Malik ra., ia berkata: "Suatu jenazah lewat, lalu orang-orang menyanjungnya dengan kebaikan, maka Nabi bersabda: 'Pasti (baginya kebaikan).'”

"ثُمَّ مَرُّوا بِأُخْرَىٰ فَأَثْنَوْا عَلَيْهَا شَرًّا، فَقَالَ: وَجَبَتْ"
"Kemudian lewat jenazah lain, lalu orang-orang menyebutnya dengan keburukan, maka Nabi bersabda: 'Pasti (baginya keburukan).'"

"فَقَالَ عُمَرُ بْنُ ٱلْخَطَّابِ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنْهُ: مَا وَجَبَتْ؟"
Lalu Umar bin Khattab ra. bertanya: 'Apa yang pasti (baginya)?'

"قَالَ: هَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا، فَوَجَبَتْ لَهُ ٱلْجَنَّةُ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ شَرًّا، فَوَجَبَتْ لَهُ ٱلنَّارُ؛ أَنْتُمْ شُهَدَاءُ ٱللَّهِ فِي ٱلْأَرْضِ"
Maka Nabi bersabda: "Yang ini kalian sanjung dengan kebaikan, maka surga pasti baginya. Dan yang ini kalian sebut dengan keburukan, maka neraka pasti baginya. Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi."

فَلَمْ يَنْهَهُمُ ٱلنَّبِيُّ صَلَّىٰ ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذِكْرِ ٱلْمَيِّتِ بِٱلشَّرِّ
Maka Nabi tidak melarang mereka menyebut keburukan orang yang telah meninggal.

وَمِمَّا قِيلَ فِي ٱلْجَمْعِ بَيْنَهُ وَبَيْنَ هَذَا ٱلْحَدِيثِ: أَنَّ ٱلنَّهْيَ عَنْ سَبِّ ٱلْأَمْوَاتِ هُوَ فِي غَيْرِ ٱلْمُنَافِقِ وَسَائِرِ ٱلْكُفَّارِ
Dan di antara pendapat dalam mengompromikan hadis ini dengan hadis lainnya adalah bahwa larangan mencela orang yang telah meninggal berlaku bagi selain orang munafik dan kafir.

فَٱلدَّاعِي لِذِكْرِ ٱلْأَمْوَاتِ بِٱلشَّرِّ هُوَ حَاجَةٌ شَرْعِيَّةٌ إِلَىٰ جَرْحِهِ
Maka menyebut keburukan orang yang telah meninggal itu diperlukan secara syar'i untuk memperingatkan (dari kesesatan mereka).

Maraji:  https://dorar.net/hadith/sharh/124980


Pelajaran dari Hadits ini


 

1. Setiap Orang yang Meninggal Telah Kembali kepada Allah dan Akan Dihisab atas Amal Perbuatannya

  • Setelah meninggal, manusia akan menghadapi pengadilan Allah dan menerima balasan atas perbuatannya di dunia. 
  • Tidak perlu kita menjadi hakim atas mereka setelah wafat, karena hanya Allah yang berhak mengadili mereka dengan keadilan-Nya.

2. Larangan Menyebut Keburukan Orang yang Telah Meninggal

  • Islam mengajarkan adab dalam berbicara tentang orang yang telah meninggal.
  • Menyebut keburukan orang yang telah meninggal tidak bermanfaat, karena mereka telah menghadapi akibat dari perbuatannya sendiri.

3. Mencela Orang yang Meninggal Dapat Menyakiti Orang yang Masih Hidup

  • Perkataan buruk tentang orang yang telah meninggal dapat menyakiti keluarga dan kerabatnya.
  • Hal ini bisa menimbulkan permusuhan, dendam, dan konflik sosial di masyarakat.
  • Islam mengajarkan untuk menjaga keharmonisan dan menghindari perpecahan akibat ucapan yang tidak perlu.

4. Ucapan Baik atau Buruk terhadap Orang yang Meninggal Bisa Menjadi Pertanda Nasibnya

  • Ucapan orang-orang yang mengenal seseorang dapat menjadi indikasi dari amal perbuatannya.
  • Orang yang sering berbuat baik akan mendapatkan pujian setelah wafatnya, dan itu pertanda baik baginya.
  • Sebaliknya, jika seseorang dikenal dengan keburukannya, dan banyak orang yang mengenalnya dengan demikian, maka itu bisa menjadi pertanda buruk baginya.
  • Masyarakat merupakan "saksi-saksi Allah di bumi," maka penting untuk menjaga reputasi baik dengan amal saleh selama hidup.

5. Boleh Menyebut Keburukan Orang yang Meninggal dalam Kasus Tertentu

  • Larangan mencela orang yang telah meninggal berlaku bagi Muslim yang tidak dikenal dengan kemunafikan atau kefasikan terang-terangan.
  • Namun, jika seseorang terkenal dengan kemunafikan, kekufuran, atau bid'ah yang menyimpang, maka boleh disebutkan keburukannya sebagai bentuk peringatan bagi umat Islam.
  • Menjaga nama baik orang yang meninggal itu penting, tetapi dalam kasus tertentu, menyebut keburukannya diperbolehkan untuk tujuan edukasi dan peringatan.
  • Misalnya, menyebut kesesatan seorang tokoh yang menyebarkan ajaran menyimpang, agar masyarakat tidak mengikuti jalan yang salah.
  • Hal ini bukan termasuk ghibah, karena bertujuan untuk kemaslahatan umum, bukan untuk menghina atau menyakiti keluarganya.

6. Hikmah Larangan Mencela Orang yang Meninggal

  • Mencela orang yang telah meninggal tidak mengubah keadaan mereka, tetapi justru bisa menimbulkan perpecahan dan kebencian di antara orang yang masih hidup.
  • Islam sangat menekankan pentingnya menjaga persaudaraan dan keharmonisan sosial.
  • Dengan menghindari pembicaraan buruk tentang orang yang telah meninggal, kita dapat menciptakan lingkungan yang penuh dengan kedamaian dan kasih sayang.

 


Penutup Kajian


Jamaah yang dirahmati Allah, 

Sebagai penutup dari kajian kita hari ini, marilah kita mengambil hikmah dari hadits yang telah kita bahas. Islam mengajarkan kita untuk menjaga lisan, bahkan terhadap mereka yang telah meninggal dunia. Rasulullah ﷺ melarang kita menyebut keburukan orang yang telah wafat, karena mereka telah kembali kepada Allah, dan hanya Dia yang berhak menghisab mereka.

Dengan menjaga ucapan kita, kita tidak hanya menjaga kehormatan orang yang telah tiada, tetapi juga menghindari menyakiti hati keluarga dan orang-orang yang mereka tinggalkan. Ini adalah bagian dari adab Islam yang luhur, yang mengajarkan kita untuk menjaga hubungan baik, menebar kedamaian, dan menjauhi permusuhan.

Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang senantiasa menjaga lisan, berkata yang baik atau diam, serta menjadikan akhir kehidupan kita dalam husnul khatimah. Semoga ilmu yang kita pelajari hari ini membawa manfaat dan menjadi bekal dalam kehidupan kita.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين.

 

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers