Hadits: Bersegera dalam Amal Shalih Sebelum Datangnya Fitnah yang Membolak-balikkan Hati
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Saudaraku yang dirahmati Allah,
Di zaman yang serba cepat ini, kita menyaksikan sendiri betapa banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Seseorang yang kemarin rajin ke masjid, hari ini bisa saja malas beribadah. Seorang yang dahulu menjaga lisan dan perbuatannya, hari ini bisa terjerumus dalam dosa terbuka. Ada yang dulunya mengajak kepada kebaikan, sekarang justru menjadi bagian dari penyebar keburukan. Fenomena ini bukan sekadar kebetulan. Rasulullah ﷺ telah memperingatkan kita jauh-jauh hari dalam hadits yang agung ini, tentang masa di mana fitnah menyelimuti seperti gelapnya potongan malam, hingga iman seseorang bisa berubah dalam hitungan jam.
Inilah realita yang terjadi di sekitar kita. Ujian demi ujian datang silih berganti: dari ketertarikan terhadap dunia, kemudahan akses pada syubhat dan maksiat, hingga tekanan sosial yang mempengaruhi keimanan seseorang tanpa disadari. Banyak orang yang tidak siap menghadapi badai fitnah ini, lalu menjual agamanya hanya demi kenikmatan dunia yang fana. Karena itu, memahami hadits ini menjadi kebutuhan mendesak bagi kita semua. Kita harus tahu bagaimana menjaga keimanan, bagaimana bersikap di tengah zaman penuh fitnah, dan bagaimana mempersiapkan diri agar tidak tergelincir.
Kajian hari ini bukan sekadar pembahasan teks hadits, tapi lebih dari itu: ini adalah panduan hidup di tengah zaman yang penuh tipu daya. Maka, marilah kita buka hati kita, kita hadirkan keikhlasan dalam mendengarkan, dan kita niatkan bahwa setiap ilmu yang kita dapatkan hari ini akan menjadi tameng yang menjaga iman kita dari goncangan zaman.
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ
اللَّيْلِ المُظْلِمِ، يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، أَوْ
يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا، يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا.
Bersegeralah kalian dalam beramal sebelum datang
fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita; seseorang di pagi hari
beriman lalu di sore hari menjadi kafir, atau di sore hari beriman lalu di pagi
hari menjadi kafir. Ia menjual agamanya demi bagian dari dunia.
HR. Muslim (118)
Arti
dan Penjelasan Per Kalimat
بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ
اللَّيْلِ المُظْلِمِ
Bersegeralah kalian dalam beramal sebelum datang fitnah-fitnah seperti potongan
malam yang gelap gulita.
Segeralah dalam melakukan amal-amal shalih, karena akan
datang masa penuh fitnah yang gelap dan membingungkan.
Masa tersebut diibaratkan seperti potongan malam yang
pekat, menunjukkan betapa sulitnya membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
Kondisi fitnah itu mampu melumpuhkan hati, mengaburkan
akal, dan membalikkan keyakinan seseorang tanpa ia sadari.
Karena itu, menunda amal adalah risiko besar yang bisa
membuat seseorang terjebak dalam kesesatan saat fitnah menyerang.
Bersegera dalam amal di sini adalah bentuk penjagaan
diri dan benteng keimanan sebelum badai fitnah merusak segala prinsip kebaikan.
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي
كَافِرًا
Seseorang di pagi hari beriman lalu di sore hari menjadi kafir.
Fitnah yang begitu berat dapat membuat seorang mukmin
yang teguh di pagi hari tergelincir dalam kekafiran di sore hari.
Perubahan ini menunjukkan betapa cepat dan drastisnya
kerusakan iman dalam situasi fitnah yang dahsyat.
Bukan karena
lemahnya ilmu saja, tetapi karena lemahnya keistiqamahan dalam menghadapi ujian
dunia yang menggoda.
Hal ini mengajarkan kita untuk selalu memperbaharui iman
setiap saat dan memperbanyak doa agar diteguhkan dalam kebenaran.
Pagi yang penuh keimanan bisa berubah menjadi sore yang
penuh kegelapan jika hati tidak dilindungi dengan ketulusan amal dan kekuatan
tawakkal.
أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا
Atau di sore hari beriman lalu di pagi hari menjadi kafir.
Bahkan dalam rentang waktu satu malam saja, perubahan
iman bisa terjadi secara drastis karena pengaruh fitnah.
Ini menunjukkan bahwa ujian keimanan tidak mengenal
waktu dan bisa menimpa siapa saja tanpa peringatan.
Malam yang semestinya menjadi waktu ketenangan bisa
menjadi titik balik bagi kejatuhan iman.
Oleh karena itu, perlindungan kepada Allah dan keteguhan
dalam prinsip agama harus menjadi bekal harian yang tidak boleh dilalaikan.
Pergantian waktu dari sore ke pagi adalah gambaran
betapa tipisnya batas keselamatan iman dalam era penuh fitnah.
يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
Ia menjual agamanya demi bagian dari dunia.
Fitnah terbesar yang mengancam adalah ketika seseorang
mengorbankan agamanya demi keuntungan duniawi.
'Menjual agama' di sini adalah metafora untuk melepaskan
prinsip-prinsip kebenaran demi harta, jabatan, popularitas, atau kepentingan
sesaat.
Hal ini terjadi ketika iman dianggap kurang bernilai
dibandingkan dengan kenikmatan dunia yang sementara.
Demi secuil keuntungan, seseorang rela menggadaikan
akidah, kejujuran, dan ketakwaannya.
Inilah bentuk kerugian paling nyata, karena dunia yang
fana dibeli dengan harga akhirat yang abadi.
Syarah Hadits
كانَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
حريصًا على أمَّتِه
Rasulullah ﷺ sangat peduli terhadap umatnya.
فكانَ يَعِظُ المؤمِنين ويُرشِدُهم إلى العملِ
الصَّالِحِ
Beliau memberikan nasihat kepada orang-orang beriman dan membimbing mereka
untuk beramal shalih.
ويُحذِّرُهم ويُخوِّفُهم منَ التَّراخي
Dan beliau memperingatkan mereka serta menakut-nakuti mereka agar tidak
menunda-nunda.
وتأخيرِ طاعاتِ اليَومِ إلى الغدِ
Dan menunda-nunda amal ibadah hari ini untuk dilakukan besok.
فلا يَدري المُسلِمُ ما يأتي به غدٌ
Karena seorang Muslim tidak mengetahui apa yang akan datang pada esok hari.
وفي هذا الحديثِ يَأمُرُ رَسولُ اللهِ صلَّى
اللهُ عليه وسلَّمَ المؤمِنينَ بالمُسابَقةِ والمُسارَعةِ بالأعمالِ الصَّالِحةِ
Dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ memerintahkan orang-orang beriman untuk
berlomba-lomba dan bersegera dalam melakukan amal shalih.
قبلَ مَجيءِ الفِتَنِ التي تَكثُرُ في آخِرِ
الزَّمانِ
Sebelum datangnya fitnah yang banyak pada akhir zaman.
أو قبلَ الانشِغالِ عَنها بوُقوعِ الفِتَنِ
الَّتي تُثبِّطُ العامِلَ عن عَملِه
Atau sebelum terhalang oleh fitnah yang dapat membuat seseorang tidak lagi
beramal.
والمُرادُ بها: الفِتَنُ التي يُخلَطُ فيها
الحَقُّ بالباطِلِ بين أهلِ الإسلامِ
Yang dimaksud dengan fitnah di sini adalah fitnah di mana kebenaran dan
kebatilan bercampur antara umat Islam.
فيَصعُبُ على المُطَّلِعِ الفَصلُ والتَّمييزُ
فيها
Sehingga sulit bagi seseorang untuk membedakan dan memutuskan mana yang benar
dan mana yang salah.
وتلك الفِتنُ تَكونُ كَقِطَعِ اللِّيلِ
المُظلِمِ
Dan fitnah tersebut akan datang seperti potongan malam yang gelap gulita.
لا يَتميَّزُ بَعضُها من بَعضٍ
Tidak ada yang bisa membedakan satu dengan lainnya.
وهذا كِنايةٌ عن شِدَّتِها وضَرَرِها
وشُمولِها لِكُلِّ مَن شَهِدَها
Ini merupakan kiasan untuk menggambarkan betapa berat, berbahaya, dan meratanya
fitnah tersebut bagi siapa saja yang menghadapinya.
ويَكونُ المَرءُ في الْتِباسٍ مِنها
Dan seseorang akan berada dalam kebingungan karenanya.
لا يَتميَّزُ بَعضُها من بَعضٍ
Tidak bisa membedakan satu dengan lainnya.
ومِن شِدَّةِ تلك الفِتَنِ يُصبِحُ الرَّجلُ
مُؤمِنًا وَيُمسي كافِرًا
Akibat dari beratnya fitnah tersebut, seseorang bisa menjadi beriman di pagi
hari dan kafir di sore hari.
أو يُمسي مُؤمِنًا ويُصبِحُ كافِرًا
Atau ia menjadi beriman di malam hari dan kafir di pagi hari.
فيَأتيه مِنَ الفِتنِ ما تَزِلُّ به قَدمُه عن
صِفَةِ الإيمانِ
Lalu datang fitnah yang membuatnya terjerumus dari jalan iman.
وَهذا لِعِظَمِ الفِتنِ يَنقَلِبُ الإنسانُ في
اليومِ الواحِدِ هذا الانقِلابَ!
Ini menggambarkan betapa dahsyatnya fitnah, sehingga seorang manusia bisa
berbalik dari iman dalam satu hari.
ومِن شِدَّةِ تلك الفِتَنِ أيضًا أن يَترُكَ
المرءُ دينَه من أجلِ مَتاعٍ دَنيءٍ
Karena begitu kuatnya fitnah tersebut, seseorang bisa meninggalkan agamanya
hanya untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang rendah.
وثَمنٍ رَديءٍ
Dan harga yang buruk.
وقَولُه صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: «بعَرَضٍ
مِنَ الدُّنيا»
Dan perkataan beliau ﷺ: "Dengan kenikmatan dunia",
أي: ما يَعرِضُ فيها
Yaitu segala sesuatu yang ada di dunia yang hanya datang sementara.
وكُلُّ ما في الدُّنيا فهو عَرَضٌ
Segala sesuatu di dunia ini adalah kenikmatan sementara.
وسُمِّيَ بذلك؛ لأنَّه يَعرِضُ ويَزولُ
Dan dinamakan demikian karena ia datang dan kemudian pergi.
إمَّا أن تَزولَ أنت قَبْلَه، أو يَزولَ هو
قَبْلَك
Entah kamu yang pergi terlebih dahulu atau kenikmatan itu yang akan hilang
sebelum kamu.
والمُبادَرةُ بالأعمالِ الصَّالِحةِ عاصمٌ من
تلك الفِتَنِ بفَضلِ اللهِ تَعالَى
Bersegera dalam beramal shalih adalah pelindung dari fitnah-fitnah tersebut
dengan izin Allah.
فَليَحذِرِ المؤمِنُ، وليُسابِقْ بفِعلِ
الحَسَناتِ قبْلَ الفواتِ
Maka, hendaknya setiap orang beriman berhati-hati dan berlomba-lomba dalam
berbuat kebaikan sebelum kesempatan itu hilang.
وفي الحَديثِ: عَلامةٌ من عَلاماتِ نُبوَّتِه
صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ
Dalam hadits ini, terdapat salah satu tanda kenabian beliau ﷺ.
وفيه: الحَثُّ عَلى المُبادَرةِ إلَى الأعمالِ
الصَّالِحةِ قبلَ الانشِغالِ عَنها بوَقعِ الفِتنِ
Dan di dalamnya terdapat dorongan untuk bersegera dalam beramal shalih sebelum
tersibukkan oleh fitnah.
وفيه: التَّحذيرُ منَ الفِتَنِ والابتلاءِ
عُمومًا
Hadits ini juga memperingatkan kita dari fitnah dan ujian secara umum.
وفيه: عدمُ الاغترارِ بما قدَّمَ المرءُ من
صالِحاتٍ
Dan di dalamnya juga terdapat peringatan agar tidak terlena dengan amal saleh
yang telah dilakukan.
والحثُّ على مُداوَمةِ الخَوفِ منَ اللهِ؛ فإنَّما
الأعمالُ بالخواتيمِ
Juga mendorong kita untuk terus menjaga rasa takut kepada Allah karena amal itu
bergantung pada akhir kehidupan.
وفيه: التَّمسُّكُ بالدِّينِ والحِرصُ عليه،
والاحتياطُ عندَ التَّمتُّعِ بعَرَضِ الدُّنيا
Dan di dalamnya juga ada anjuran untuk berpegang teguh pada agama dan
berhati-hati ketika menikmati kenikmatan dunia.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/37202
Pelajaran dari Hadits ini
1. Segera Beramal Sebelum Datangnya Fitnah
Dalam perkataan بَادِرُوا بالأعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ المُظْلِمِ (Bersegeralah kalian dalam beramal sebelum datang fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita), Rasulullah ﷺ mengajarkan kita untuk tidak menunda-nunda amal kebaikan. Fitnah yang disebutkan di sini sangat gelap, sehingga orang sulit membedakan mana yang benar dan salah. Ketika fitnah sudah merajalela, seseorang mungkin tidak lagi sempat untuk berbuat baik karena kebingungan atau tekanan keadaan. Allah juga memperingatkan dalam Al-Qur’an, "Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan." (QS. Al-Baqarah: 148)
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ
(Segeralah kamu kepada berbagai kebajikan). Maka, memperbanyak amal sebelum badai fitnah datang adalah bentuk kecerdasan iman.
2. Cepatnya Perubahan Iman Karena Fitnah
Dalam perkataan يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا (Seseorang di pagi hari beriman lalu di sore hari menjadi kafir), Rasulullah ﷺ menggambarkan betapa cepatnya iman seseorang bisa terlepas karena kerasnya fitnah. Pagi hari seseorang masih memegang keimanan, tetapi tekanan dunia, syubhat, atau syahwat bisa membuatnya tergelincir di sore hari. Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur’an tentang bahayanya fitnah:
فَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ فَإِذَا أُوذِيَ فِي اللَّهِ جَعَلَ
فِتْنَةَ النَّاسِ كَعَذَابِ اللَّهِ
(Dan di antara manusia ada yang berkata, "Kami beriman kepada Allah," tetapi apabila dia disakiti dalam (agama) Allah, dia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah) (QS. Al-Ankabut: 10). Oleh karena itu, menjaga istiqamah adalah kunci untuk mempertahankan iman sepanjang waktu.
3. Kejatuhan Iman yang Terjadi dalam Semalam
Dalam perkataan أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا (Atau di sore hari beriman lalu di pagi hari menjadi kafir), Rasulullah ﷺ menekankan bahwa perubahan keimanan bisa terjadi dalam hitungan jam, bahkan dalam satu malam. Ini mengajarkan bahwa bahaya fitnah tidak hanya siang hari, tetapi kapan saja bisa menerpa tanpa kita duga. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
(Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya) (QS. An-Nisa: 136). Ini adalah seruan agar iman itu diperbarui terus-menerus, bukan dianggap aman hanya karena status di hari sebelumnya.
4. Menjual Agama Demi Dunia
Dalam perkataan يَبِيعُ دِينَهُ بعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا (Ia menjual agamanya demi bagian dari dunia), Rasulullah ﷺ memperingatkan tentang orang yang mengorbankan prinsip agama demi kenikmatan duniawi. Demi jabatan, kekayaan, popularitas, atau sekadar kesenangan sementara, seseorang rela menggadaikan akidah dan kehormatan keimanannya. Allah memperingatkan dalam Al-Qur'an:
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ
(Dan di antara manusia ada yang menyembah Allah di tepi (keraguan)) (QS. Al-Hajj: 11). Seseorang yang lemah imannya mudah tergoda untuk menjual agamanya saat dihadapkan pada cobaan dunia, menunjukkan bahwa cinta dunia adalah akar dari banyak kehancuran iman.
5. Pentingnya Meminta Keteguhan Hati
Hadits ini juga mengajarkan pentingnya berdoa memohon keteguhan iman, meskipun itu tidak tertulis dalam perkataan hadits ini. Rasulullah ﷺ sendiri sering berdoa:
يَا
مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
(Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu) (HR. Tirmidzi no. 2140). Ini menunjukkan bahwa siapapun, bahkan Rasulullah ﷺ, merasa butuh pertolongan Allah untuk menjaga hati dari tergelincir akibat fitnah yang tidak terlihat.
6. Bahaya Dunia Sebagai Penyebab Kebinasaan Akhirat
Hadits ini menyingkap pelajaran tambahan tentang dunia sebagai ujian besar yang bisa menjerumuskan ke dalam kerugian akhirat. Dunia yang seharusnya menjadi jalan menuju akhirat malah menjadi tujuan utama sehingga agama menjadi taruhannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
(Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya) (QS. Al-Hadid: 20). Maka, hendaknya seorang mukmin menjadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan, agar selamat dari tipu daya yang menyesatkan.
Secara keseluruhan, hadits ini adalah peringatan kuat agar kita segera memperbanyak amal shalih, menjaga iman dari goncangan fitnah, tidak terbuai oleh dunia, dan selalu memohon kepada Allah agar diteguhkan di atas kebenaran. Dengan memahami dan mengamalkan pelajaran-pelajaran ini, kita berharap bisa melewati masa-masa sulit dengan tetap menjaga keselamatan iman hingga akhir hayat.
Penutup
Kajian
Alhamdulillah, kita telah bersama-sama menyelami makna hadits yang agung ini, hadits yang mengajarkan kepada kita tentang pentingnya bersegera dalam beramal shalih sebelum datangnya fitnah-fitnah yang bisa membalikkan hati manusia secepat malam yang bergulir. Kita belajar bahwa iman itu sangat berharga, dan dunia, betapapun indahnya, tidak pantas menjadi alasan untuk menggadaikan agama kita.
Hadits ini mengingatkan kita bahwa menjaga iman tidak cukup hanya dengan niat baik, tapi butuh amal nyata, keteguhan hati, dan keistiqamahan dalam menghadapi ujian zaman. Kita dituntut untuk memperbanyak amal saleh, memperkuat hubungan dengan Allah, dan berhati-hati dalam setiap langkah kehidupan kita. Setiap keputusan yang kita ambil, sekecil apa pun, bisa menjadi sebab selamatnya iman atau justru sebab kehancurannya.
Maka, harapan besar dari kajian ini adalah agar kita semua benar-benar membawa pulang ilmu ini dalam hati, lalu menghidupkannya dalam keseharian. Bersegeralah dalam kebaikan, jangan menunda taubat, jangan menunda amal, dan jangan pernah merasa aman dari fitnah. Jadikan hadits ini sebagai alarm keimanan, yang terus mengingatkan kita untuk menjaga agama lebih kuat daripada menjaga dunia kita.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memudahkan kita untuk tetap kokoh di atas iman hingga akhir hayat, dan mempertemukan kita dalam keadaan ridha-Nya di dunia dan di akhirat
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ