Hadits: Buah Manis dari Islam yang Baik
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Alḥamdulillāh, segala puji hanya milik Allah Ta'ala yang telah membimbing kita dengan nikmat Islam dan iman. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muḥammad Ṣallallāhu ʿalaihi wa Sallam, suri teladan dalam segala sisi kehidupan, juga kepada keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang setia mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Di tengah kehidupan kita saat ini, tidak sedikit dari masyarakat—termasuk kaum Muslimin sendiri—yang terjebak dalam perasaan putus asa karena masa lalu kelam yang pernah dijalani. Ada yang pernah melakukan dosa besar, ada yang hidup dalam kemaksiatan bertahun-tahun, bahkan ada yang merasa bahwa dirinya tidak layak mendapat ampunan Allah karena terlalu banyak berbuat salah. Lalu, seiring hidayah yang Allah anugerahkan, muncul keinginan untuk kembali ke jalan yang benar. Namun keraguan masih menghantui: "Apakah dosa-dosa saya bisa diampuni?", "Apa gunanya saya berubah, kalau semua sudah tercatat?", atau bahkan, "Masih adakah harapan untuk memulai kembali hidup yang lebih baik?"
Di sinilah pentingnya kita mempelajari hadits Nabi ﷺ yang agung ini. Sebuah hadits yang memberikan harapan seluas langit dan bumi. Sebuah hadits yang menegaskan bahwa ketika seseorang masuk Islam atau memperbaiki Islamnya, maka dosa-dosa masa lalunya bisa dihapuskan seluruhnya. Bahkan setelah itu, kebaikan dibalas berkali lipat, sementara keburukan hanya dibalas sebanding—dan itu pun masih bisa diampuni oleh Allah.
Hadits ini bukan sekadar pelajaran agama, tapi juga adalah pegangan hidup. Ia memberi semangat bagi para pendosa untuk kembali, memberi arah bagi yang ingin hijrah, dan memberi rasa syukur bagi yang telah lebih dahulu mengenal Islam dengan baik. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk memahami isi dan pelajaran dari hadits ini dengan saksama, bukan hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk disampaikan kepada orang-orang yang sedang mencari jalan pulang menuju Allah.
Maka mari kita pelajari bersama hadits yang penuh harapan ini, dengan harapan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mendapatkan ampunan dan kasih sayang-Nya di dunia dan akhirat.
Mari kita membacakan haditsnya:
Dari Abu Said Al-khudri, dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ، يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا، وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ: الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ، وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا.
Jika seorang hamba masuk Islam lalu Islamnya menjadi baik, Allah akan menghapus darinya setiap dosa yang telah dilakukannya. Setelah itu, pembalasan akan diberikan: satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat, dan satu keburukan dibalas dengan yang setimpal, kecuali jika Allah mengampuninya.
HR Al-Bukhari (41) dan An-Nasa'i (4998)
Arti dan Penjelasan Per Kalimat
إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ
Jika seorang hamba masuk Islam
Perkataan ini menunjukkan awal perubahan besar dalam hidup seseorang, yaitu keislamannya.
Masuk Islam bukan sekadar pengucapan dua kalimat syahadat, tetapi juga mencerminkan kesediaan hati untuk tunduk kepada Allah secara total.
Kata "الْعَبْدُ" menggambarkan posisi manusia sebagai makhluk yang terikat dengan ketaatan kepada Penciptanya.
Islam datang untuk membebaskan manusia dari perbudakan kepada makhluk menuju penghambaan hanya kepada Allah.
Masuk Islam menjadi titik awal perhitungan baru dalam kehidupan seseorang.
فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ
lalu Islamnya menjadi baik
Perkataan ini mengisyaratkan bahwa tidak semua orang yang masuk Islam secara otomatis Islamnya menjadi baik.
Yang dimaksud dengan “حَسُنَ إِسْلَامُهُ” adalah kualitas keislaman yang tampak dalam amal perbuatan, keyakinan yang lurus, dan ketaatan yang terus meningkat.
Ini menunjukkan bahwa keislaman harus diiringi dengan pembuktian amal yang baik, bukan hanya identitas formal.
Keislaman yang baik mencerminkan bahwa seseorang memahami ajaran Islam dengan benar dan berusaha menjalankannya sebaik mungkin.
Hal ini juga menandakan bahwa Islam bukan hanya status, tapi proses perbaikan terus-menerus.
يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا
Allah menghapus darinya setiap dosa yang dahulu dia perbuat
Perkataan ini menunjukkan kemurahan dan keluasan ampunan Allah bagi siapa pun yang bertobat dan memulai hidup baru dengan Islam.
“يُكَفِّرُ” berarti menghapus, menutupi, atau menghilangkan dampak dosa sehingga tidak lagi memberatkan pada hari kiamat.
Frasa “كُلَّ سَيِّئَةٍ” mencakup segala dosa tanpa terkecuali, baik besar maupun kecil, jika keislaman seseorang benar dan tulus.
“زَلَفَهَا” berarti mendekatkannya atau melakukannya sebelumnya, yakni dosa-dosa yang telah lalu sebelum masuk Islam.
Inilah bentuk keadilan sekaligus kasih sayang Allah, bahwa dosa di masa lalu tidak membinasakan masa depan jika seseorang benar-benar berubah.
وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ
Kemudian setelah itu berlaku balasan
Perkataan ini menunjukkan bahwa setelah seseorang masuk Islam dan mendapatkan ampunan atas masa lalunya, maka amalannya selanjutnya akan dinilai dan dibalas secara adil.
Kata “الْقِصَاصُ” di sini tidak berarti pembalasan dalam konteks pidana, tetapi bermakna pembalasan dalam timbangan amal.
Setelah titik awal masuk Islam dan penghapusan dosa, maka proses ke depan adalah perhitungan amal: yang baik dibalas baik, yang buruk dibalas buruk.
Ini mempertegas bahwa tanggung jawab pribadi tetap berjalan setelah pengampunan awal diberikan.
Islam tidak menghapus tanggung jawab setelahnya; justru ia membuka lembaran baru yang akan diisi dengan amal dan balasan yang setimpal.
الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ
Kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat
Perkataan ini menggambarkan kemurahan Allah dalam memberikan ganjaran.
Setiap amal saleh yang dikerjakan seorang Muslim tidak hanya dibalas setara, tetapi dilipatgandakan minimal sepuluh kali lipat.
Dan Allah bisa melipatgandakannya hingga tujuh ratus kali lipat, tergantung pada keikhlasan, keutamaan amal, dan kondisi hati saat beramal.
Hal ini merupakan motivasi luar biasa bagi kaum Muslimin untuk terus memperbanyak amal baik.
Kata “سَبْعِ مِئَةِ” bukan batas akhir mutlak, karena dalam ayat lain disebutkan bahwa Allah bisa melipatgandakannya tanpa batas.
وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا
Dan keburukan dibalas dengan sebanding dengannya
Perkataan ini menegaskan keadilan Allah dalam memberikan balasan terhadap amal buruk.
Berbeda dengan kebaikan yang dilipatgandakan, keburukan hanya dibalas sesuai kadar kesalahannya.
Ini menunjukkan bahwa Allah Maha Adil, tidak menzalimi siapa pun walau sedikit.
Balasan yang sebanding memberikan efek peringatan bagi manusia agar berhati-hati dalam berbuat dosa.
Namun, dengan tawbat dan istighfar, keburukan ini bisa dihapus sebelum dibalas.
إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا
Kecuali jika Allah mengampuninya
Perkataan ini adalah penegasan bahwa kemurahan Allah lebih luas dari keadilan-Nya.
Meskipun keadilan menuntut pembalasan dosa, Allah dapat memilih untuk mengampuni dosa tersebut tanpa memberi hukuman.
Ini memberikan harapan besar bagi hamba-Nya untuk terus bertaubat dan berharap pada rahmat-Nya.
Pengecualian ini menjadi pintu ampunan yang selalu terbuka, selama seseorang tidak putus asa dari rahmat Allah.
Ini juga menjadi pengingat bahwa meski kita melakukan dosa, kita masih bisa memperbaikinya sebelum hari perhitungan tiba.
Syarah Hadits
الدُّخُولُ فِي الإِسْلَامِ هُوَ نَجَاةُ العَبْدِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Masuk ke dalam Islam adalah keselamatan seorang hamba di dunia dan akhirat.
فَهُوَ دِينُ التَّوْحِيدِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَعَدَمِ الإِشْرَاكِ بِهِ
Karena Islam itu adalah agama tauhid kepada Allah, Mahasuci Dia, dan tidak menyekutukan-Nya.
وَهُوَ مَا جَاءَتْ بِهِ جَمِيعُ الرُّسُلِ وَالأَنْبِيَاءِ
Dan Islam itulah yang dibawa oleh semua rasul dan nabi.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُخْبِرُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan di hadis ini, Nabi ﷺ memberitakan.
أَنَّ الكَافِرَ إِذَا أَسْلَمَ وَحَسُنَ إِسْلَامُهُ
Bahwa seorang kafir jika masuk Islam dan Islamnya menjadi baik.
فَأَسْلَمَ إِسْلَامًا مُحَقَّقًا بَرِيئًا مِنَ الشُّكُوكِ
Maka ia masuk Islam dengan Islam yang benar, bebas dari keraguan.
مُؤْمِنًا ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Beriman secara lahir dan batin.
فَإِنَّ اللَّهَ يُكَفِّرُ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ الَّتِي زَلَفَهَا
Maka Allah menghapuskan darinya dosa-dosa yang telah dilakukannya.
أَي: قَدَّمَهَا وَعَمِلَهَا قَبْلَ إِسْلَامِهِ
Yaitu dosa yang dia perbuat sebelum keislamannya.
مِنَ الصَّغَائِرِ أَوِ الكَبَائِرِ
Baik dari dosa kecil maupun dosa besar.
تَفَضُّلًا مِنْهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Sebagai anugerah dari-Nya, Mahasuci Dia dan Maha Tinggi.
ثُمَّ يُعَامَلُ بَعْدَ إِسْلَامِهِ بِالقِصَاصِ
Kemudian dia diperlakukan setelah keislamannya dengan pembalasan setimpal.
وَذَلِكَ بِمُقَابَلَةِ كُلِّ عَمَلٍ مِنْ أَعْمَالِهِ بِمِثْلِهِ
Yaitu dengan membalas setiap amalnya dengan yang setimpal.
خَيْرًا كَانَ أَوْ شَرًّا
Baik itu amal kebaikan atau keburukan.
فَيُجَازَى عَلَى الحَسَنَةِ بِالمَثُوبَةِ
Maka dia diberi balasan atas kebaikannya dengan ganjaran.
وَعَلَى السَّيِّئَةِ بِالعُقُوبَةِ
Dan atas keburukan dengan hukuman.
فَيُثَابُ عَلَى الحَسَنَةِ بِعَشْرِ أَضْعَافِهَا
Dia diberi ganjaran atas kebaikannya dengan sepuluh kali lipat.
وَقَدْ تَتَضَاعَفُ المَثُوبَةُ إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ
Dan ganjarannya bisa dilipatgandakan hingga tujuh ratus kali lipat.
أَمَّا السَّيِّئَةُ فَلَا يُجَازَى إِلَّا بِمِثْلِهَا
Sedangkan keburukan, tidak dibalas kecuali setimpal dengannya.
وَقَدْ يَعْفُو اللَّهُ عَنْهَا بِفَضْلِهِ وَكَرَمِهِ
Dan bisa jadi Allah memaafkannya dengan anugerah dan kemuliaan-Nya.
وَمَنِّهِ وَإِحْسَانِهِ
Dan kemurahan serta kebaikan-Nya.
فَلَا يُعَاقَبُ عَلَيْهَا فَاعِلُهَا
Maka pelakunya tidak dihukum atasnya.
وَفِي الحَدِيثِ: أَنَّ الإِسْلَامَ يَهْدِمُ مَا قَبْلَهُ مِنَ الذُّنُوبِ وَالآثَامِ
Dan dalam hadis ini disebutkan bahwa Islam menghapuskan dosa dan kesalahan sebelumnya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/2685
Pelajaran dari Hadits ini
1. Awal Keselamatan Dimulai dari Masuk Islam
Dalam perkataan إِذَا أَسْلَمَ الْعَبْدُ (Jika seorang hamba masuk Islam), kita belajar bahwa jalan keselamatan dunia dan akhirat dimulai dari keislaman. Islam adalah kunci pembuka pintu rahmat dan ampunan Allah. Seorang yang dulunya bergelimang maksiat tetap memiliki harapan besar selama ia memilih Islam dengan sepenuh hati. Keislaman menjadi batas yang memisahkan masa gelap dengan masa penuh cahaya. Karena itu, masuk Islam bukan sekadar pindah agama, tetapi berpindah arah hidup menuju keridhaan Allah.
قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ
(Artinya: Katakanlah kepada orang-orang kafir: “Jika mereka berhenti (dari kekafiran), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang telah lalu.”) — QS Al-Anfāl: 38
2. Islam yang Baik adalah Islam yang Diamalkan
Perkataan فَحَسُنَ إِسْلَامُهُ (lalu Islamnya menjadi baik) menunjukkan bahwa keislaman bukan hanya status, tetapi kualitas. Islam yang baik adalah Islam yang mengubah perilaku, menjadikan seseorang lebih jujur, lebih sabar, dan lebih taat kepada Allah. Tanda Islam yang baik bisa dilihat dari akhlak dan amal seseorang. Maka setiap Muslim wajib terus memperbaiki keislamannya, karena Allah menilai bukan dari awal masuk Islam saja, tetapi bagaimana ia menjalani Islam dalam hidupnya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ...
(Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka...) — QS Al-Anfāl: 2
3. Ampunan Allah Meliputi Semua Dosa yang Lalu
Perkataan يُكَفِّرُ اللَّهُ عَنْهُ كُلَّ سَيِّئَةٍ كَانَ زَلَفَهَا (Allah menghapus darinya setiap dosa yang dahulu dia perbuat) memperlihatkan betapa besar rahmat Allah kepada hamba-Nya yang baru masuk Islam. Dosa sebesar apa pun, jika seseorang masuk Islam dengan tulus dan memperbaiki dirinya, semuanya diampuni. Ini adalah penghapus total masa lalu yang buruk. Maka tidak ada alasan untuk putus asa dari rahmat Allah. Bahkan pembunuh, pezina, atau pencuri—jika bertobat dan masuk Islam—mendapatkan pengampunan penuh.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا
(Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya) — QS At-Tahrīm: 8
4. Perhitungan Amal Berlaku Setelah Masuk Islam
Dalam perkataan وَكَانَ بَعْدَ ذَلِكَ الْقِصَاصُ (Kemudian setelah itu berlaku balasan), Islam mengajarkan bahwa kehidupan setelah masuk Islam adalah masa pembuktian. Setiap amal akan diperhitungkan, dan tidak ada lagi penghapusan secara otomatis seperti sebelum masuk Islam. Artinya, masuk Islam memang membersihkan masa lalu, tetapi masa depan tetap harus dijaga. Seorang Muslim tidak boleh berpuas diri setelah diampuni, justru harus lebih hati-hati dan semangat berbuat baik.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
(Artinya: Barang siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya)) — QS Az-Zalzalah: 7–8
5. Ganjaran Amal Baik Dilipatgandakan
Perkataan الْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِئَةِ ضِعْفٍ (Kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya hingga tujuh ratus kali lipat) adalah bukti kemurahan Allah kepada hamba-Nya. Allah tidak membalas kebaikan dengan satu kebaikan, tapi minimal sepuluh kali, bahkan bisa berlipat-lipat sesuai keikhlasan, keutamaan tempat dan waktu, serta kadar pengorbanannya. Maka tidak ada kebaikan kecil dalam Islam, semua bisa mendatangkan pahala besar. Inilah motivasi agar seorang Muslim terus berbuat baik, meskipun sekadar senyum kepada sesama.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا
(Artinya: Barang siapa membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipatnya) — QS Al-Anʿām: 160
6. Keburukan Dibalas Setimpal Tanpa Diperbesar
Perkataan وَالسَّيِّئَةُ بِمِثْلِهَا (Dan keburukan dibalas dengan sebanding dengannya) menegaskan keadilan Allah. Berbeda dengan kebaikan yang dilipatgandakan, keburukan hanya dibalas sesuai kadar dosa tersebut. Allah tidak pernah menzalimi hamba-Nya. Ini menjadi peringatan agar kita tidak meremehkan dosa, karena semua tetap dicatat, namun juga menjadi harapan bahwa Allah tidak berlebihan dalam menghukum. Bahkan dalam hadits disebutkan, jika seorang hamba berniat melakukan dosa tetapi tidak jadi melakukannya, maka tidak dicatat sebagai dosa.
وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ
(Artinya: Dan Tuhanmu tidaklah zalim terhadap hamba-hamba-Nya) — QS Fuṣṣilat: 46
7. Allah Bisa Mengampuni Dosa yang Sudah Tercatat
Perkataan إِلَّا أَنْ يَتَجَاوَزَ اللَّهُ عَنْهَا (Kecuali jika Allah mengampuninya) menjadi penghibur terbesar bagi orang beriman. Meskipun ada dosa yang tercatat dan layak dibalas, namun Allah tetap bisa memilih untuk mengampuninya. Ini menunjukkan bahwa pintu taubat dan ampunan selalu terbuka. Sebanyak apa pun dosa kita, jika kita mau kembali kepada-Nya dengan hati yang tulus, Allah akan menghapusnya. Bahkan, dalam banyak hadits disebutkan bahwa Allah senang dengan hamba yang bertaubat.
إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
(Artinya: Sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa) — QS Az-Zumar: 53
8. Keislaman Harus Diiringi dengan Istiqamah
Meskipun hadits ini lebih banyak membahas awal masuk Islam, tetapi secara makna tersirat menunjukkan pentingnya menjaga keislaman dengan istiqamah. Islam tidak cukup hanya pada titik awalnya, namun harus dijaga hingga akhir hayat. Seseorang bisa saja memulai dengan baik, tetapi jika ia lalai menjaga iman dan amalnya, bisa tergelincir ke jalan yang salah. Maka keistiqamahan adalah bagian penting dalam menjaga keselamatan hingga akhir.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا...
(Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata: “Tuhan kami adalah Allah”, kemudian mereka istiqamah...) — QS Fuṣṣilat: 30
9. Islam Menghapus Segala Dosa Masa Lalu, Tapi Tidak Membatalkan Hak Sesama
Walau hadits ini menyebutkan bahwa semua dosa akan dihapus setelah masuk Islam, namun dalam fiqih dijelaskan bahwa hak-hak sesama manusia tetap harus dipenuhi. Jika seseorang dahulu pernah mengambil harta orang lain secara zalim, maka Islam tidak otomatis membatalkan kewajiban mengembalikannya. Karena Islam menjunjung tinggi keadilan antara sesama manusia. Maka masuk Islam harus diiringi dengan usaha memperbaiki segala hubungan yang rusak, termasuk mengembalikan hak-hak orang lain.
فَآتُوا الَّذِي الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
(Artinya: Maka berikanlah kepada kerabat haknya, dan kepada orang miskin serta musafir...) — QS Ar-Rūm: 38
10. Harapan Besar Bagi Para Pendosa untuk Bertaubat dan Memulai Hidup Baru
Hadits ini juga menjadi pelipur lara bagi mereka yang sudah merasa terlalu jauh dari Allah. Bahwa Islam bukan hanya agama bagi orang baik, tetapi juga jalan pulang bagi mereka yang tersesat. Dengan keislaman yang benar dan amal yang tulus, semua bisa diampuni. Maka tidak ada istilah “terlambat” untuk berubah. Inilah motivasi utama yang harus ditanamkan kepada siapa pun yang ingin kembali kepada Allah, agar ia tidak berputus asa dari rahmat-Nya.
لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ
(Artinya: Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah) — QS Az-Zumar: 53
Kesimpulan
Secara keseluruhan, hadits ini menggambarkan betapa besar kasih sayang dan keadilan Allah dalam memperlakukan hamba-Nya. Islam adalah awal dari pengampunan total, dan setelah itu, setiap amal akan diperhitungkan dengan adil dan penuh rahmat. Ini menjadi motivasi bagi kita untuk terus memperbaiki diri, beramal sebaik mungkin, dan tidak pernah putus asa dari rahmat Allah.
Penutup
Kajian
Alḥamdulillah, kita telah menyelesaikan pembahasan hadits yang sangat agung, yang membuka pintu harapan selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin kembali kepada Allah. Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk bertaubat dan memperbaiki diri.
Ketika seseorang masuk Islam dengan tulus atau memperbaiki keislamannya dengan sungguh-sungguh, Allah akan menghapus seluruh dosa masa lalunya. Bahkan setelah itu, setiap kebaikan dibalas dengan kelipatan pahala sampai tujuh ratus kali lipat, sedangkan keburukan hanya dibalas dengan satu balasan, dan itu pun masih bisa diampuni. Ini adalah bentuk kasih sayang dan keadilan Allah yang tidak ada tandingannya.
Maka faedah terbesar dari hadits ini adalah tumbuhnya harapan dan semangat untuk terus memperbaiki diri. Jangan biarkan masa lalu menahan kita dari menjadi hamba yang dicintai Allah. Jangan biarkan dosa-dosa yang telah berlalu menjadi alasan untuk menyerah dalam memperbanyak amal saleh. Sebaliknya, jadikan masa lalu sebagai pelajaran, dan masa depan sebagai kesempatan untuk menebusnya dengan amal yang tulus dan istiqamah.
Saya berharap, setelah memahami hadits ini, kita semua bisa keluar dari majelis ini dengan hati yang lebih tenang, lebih percaya diri dalam bermujahadah di jalan Allah, dan lebih giat dalam mengumpulkan amal kebaikan. Mari kita jaga keikhlasan dalam Islam kita, jaga kualitas keimanan kita, dan teruslah bertumbuh menjadi Muslim yang lebih baik dari hari ke hari.
Semoga Allah memudahkan langkah kita menuju ampunan-Nya, dan memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba yang senantiasa memperbaiki diri hingga akhir hayat.
Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat
الدخول في الإسلام هو نجاة العبد في الدنيا والآخرة؛ فهو دين التوحيد لله سبحانه وعدم الإشراك به، وهو ما جاءت به جميع الرسل والأنبياء.وفي هذا الحديث يخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن الكافر إذا أسلم وحسن إسلامه، فأسلم إسلاما محققا بريئا من الشكوك، مؤمنا ظاهرا وباطنا، فإن الله يكفر عنه سيئاته التي زلفها، أي: قدمها وعملها قبل إسلامه؛ من الصغائر أو الكبائر، تفضلا منه سبحانه وتعالى، ثم يعامل بعد إسلامه بالقصاص وذلك بمقابلة كل عمل من أعماله بمثله، خيرا كان أو شرا؛ فيجازى على الحسنة بالمثوبة، وعلى السيئة بالعقوبة؛ فيثاب على الحسنة بعشر أضعافها، وقد تتضاعف المثوبة إلى سبع مئة ضعف، أما السيئة فلا يجازى إلا بمثلها، وقد يعفو الله عنها بفضله وكرمه، ومنه وإحسانه، فلا يعاقب عليها فاعلها. وفي الحديث: أن الإسلام يهدم ما قبله من الذنوب والآثام.