Hadits: Kewajiban Menyayangi yang Muda dan Menghormati yang Tua

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Saudaraku yang dirahmati Allah, dalam kehidupan bermasyarakat, kita sering kali menemui perbedaan dalam usia, status sosial, maupun kedudukan. Masing-masing individu, baik yang muda maupun yang tua, memiliki peran penting yang saling melengkapi dalam menjaga keharmonisan dan keberlangsungan kehidupan bersama. Namun, dalam kenyataannya, sering kali kita menyaksikan ketidakharmonisan, kurangnya saling pengertian, atau bahkan ketidaksopanan antara generasi muda dan tua. Banyak generasi muda yang merasa lebih tahu dan cenderung tidak menghargai pengalaman serta kedudukan orang tua. Begitu pula, sering kali orang tua tidak menunjukkan kasih sayang atau perhatian yang memadai terhadap anak-anak muda, yang berpotensi merusak hubungan antar generasi.

Hadits yang akan kita kaji pada hari ini sangat relevan untuk mengatasi permasalahan ini. Rasulullah ﷺ, melalui perkataan beliau yang mulia, mengajarkan kita tentang pentingnya dua hal yang fundamental dalam kehidupan sosial: kasih sayang terhadap yang lebih muda dan penghormatan terhadap yang lebih tua. 

Hadits yang akan kita kaji ini memberikan kita pelajaran berharga tentang adab dan etika sosial yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saat kita memahami dan mengamalkan ajaran ini, maka hubungan antar generasi akan menjadi lebih harmonis. Ini bukan hanya tentang menghormati orang tua, tetapi juga tentang memberi kasih sayang yang tulus kepada generasi muda yang akan meneruskan perjuangan hidup kita. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita semua untuk mempelajari hadits ini dengan sungguh-sungguh, agar kita tidak hanya menjadi individu yang baik secara ibadah, tetapi juga menjadi pribadi yang penuh adab dan kepedulian terhadap sesama.

Semoga dengan kajian ini, kita semua bisa lebih memahami urgensi dan faedah dari hadits ini, serta berusaha untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta masyarakat yang lebih saling menghormati dan menyayangi. 


Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا

Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda di antara kami, dan tidak mengetahui hak orang yang lebih tua.

HR. Abu Dawud (4943), at-Tirmidzi (1920), dan Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya (6733)

mp3: https://t.me/mp3qhn/325


Arti dan Penjelasan per Kalimat


لَيْسَ مِنَّا
Bukan termasuk golongan kami

Perkataan ini menunjukkan bentuk penafian yang sangat tegas dari Rasulullah .

Dalam bahasa Arab, gaya ini menunjukkan bahwa perilaku yang disebutkan setelahnya bertentangan secara prinsipil dengan nilai-nilai Islam.

“Bukan termasuk golongan kami” bukan berarti keluar dari Islam secara mutlak, namun menjadi peringatan keras bahwa ia telah meninggalkan adab atau akhlak penting dari ajaran Nabi. Ini juga mengandung pengingkaran moral dan sosial terhadap tindakan tersebut.

Rasulullah menggunakan redaksi ini untuk menunjukkan bahwa seseorang yang tidak memiliki sifat kasih sayang dan penghormatan tidak pantas menisbatkan dirinya kepada jalan hidup beliau.


مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
Orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dari kami

Perkataan ini menekankan pentingnya kasih sayang sebagai fondasi hubungan sosial.

Anak-anak, remaja, dan siapa saja yang lebih muda harus diperlakukan dengan penuh kelembutan, bimbingan, dan perhatian.

Rasulullah sendiri mencontohkan hal ini dalam interaksi beliau dengan anak-anak, cucu, dan para pemuda.

Kasih sayang di sini tidak hanya berupa perasaan, tetapi diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata: mengajarkan, mendidik, memaafkan, serta memberi ruang untuk berkembang.

Orang yang keras terhadap yang muda, atau meremehkan mereka, telah menyimpang dari sifat Nabi yang penuh rahmat.


وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا
Dan mengetahui hak orang yang lebih tua dari kami

Perkataan ini menunjukkan bahwa penghormatan kepada yang lebih tua adalah bagian dari adab Islam yang agung.

Mengetahui hak berarti mengakui kedudukan mereka, menghargai pengalaman mereka, dan mendahulukan mereka dalam hal-hal tertentu sesuai syariat dan budaya.

Dalam banyak hadits lain, Rasulullah mengajarkan untuk tidak mendahului orang tua dalam berbicara, berjalan, atau mengambil keputusan tanpa izin.

Mengabaikan hak orang tua termasuk bentuk ketidaksopanan dan kesombongan.

Islam menanamkan rasa hormat ini sebagai jembatan antara generasi, agar kehidupan umat terbangun di atas hikmah dan saling pengertian.

 


Syarah Hadits


 حَرَصَ الإسْلامُ

Islam sangat memperhatikan

عَلَى البِرِّ
terhadap kebaikan (berbuat baik)

وَمُراعاةِ حُقوقِ النّاسِ
dan menjaga hak-hak manusia

عَلَى اخْتِلافِ أَعْمارِهِمْ وَأَحْوالِهِمْ
dalam perbedaan usia dan keadaan mereka

وَفي هذَا الحَديثِ يَقولُ النَّبيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
dan dalam hadits ini Nabi bersabda

"لَيْسَ مِنَّا"
"Bukan termasuk golongan kami"

أَيْ: لَيْسَ عَلَى طَريقَتِنا وَهَدْيِنا وَسُنَّتِنا
yakni: tidak mengikuti jalan, petunjuk, dan sunnah kami

"مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغيرَنَا"
"orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dari kami"

فَيُعْطِيهِ حَقَّهُ مِنَ الرِّفْقِ، وَاللُّطْفِ، وَالشَّفَقَةِ
maka ia memberikan haknya berupa kelembutan, kebaikan, dan kasih sayang

وَيُحْتَمَلُ أَنَّ المُرادَ صَغيرَ المُسْلِمِينَ
dan kemungkinan yang dimaksud adalah anak kecil dari kaum muslimin

وَيُحْتَمَلُ أَنَّ المُرادَ صَغيرَ بَنِي آدَمَ
dan bisa juga yang dimaksud adalah anak kecil dari kalangan manusia secara umum

إِذِ العِلَّةُ الصِّغَرُ
karena sebab utamanya adalah usia muda

"وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا"
"dan mengetahui hak orang yang lebih tua dari kami"

فَيُعْطِيهِ حَقَّهُ مِنَ التَّعْظِيمِ وَالإِكْرَامِ
maka ia memberikan haknya berupa penghormatan dan pemuliaan

إِذْ خُلُقُ أَهْلِ الإِسْلامِ رَحْمَةُ الصَّغيرِ
karena akhlak kaum muslimin adalah menyayangi yang kecil

وَمَعْرِفَةُ الحَقِّ لِلكَبِيرِ
dan mengetahui hak orang yang lebih tua

وَخَاصَّةً إِذَا كَانَ لَهُ شَرَفٌ بِعِلْمٍ أَوْ صَلَاحٍ أَوْ نَسَبٍ زَكِيٍّ
terutama jika ia memiliki kemuliaan karena ilmu, kesalehan, atau keturunan yang mulia.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/114400


Pelajaran dari Hadits ini



1. Makna Perkataan لَيْسَ مِنَّا (Bukan termasuk golongan kami)

Perkataan لَيْسَ مِنَّا yang artinya "bukan termasuk golongan kami", menunjukkan betapa pentingnya dua sifat utama yang disebutkan dalam hadits ini. Nabi ﷺ tidak mengingkari keislaman orang tersebut secara mutlak, tetapi menegaskan bahwa orang yang tidak memiliki kasih sayang kepada yang muda dan tidak menghormati yang tua telah menyimpang jauh dari akhlak Islam yang sejati. Ini menjadi peringatan keras agar kita tidak meremehkan urusan adab dalam kehidupan sehari-hari. Allah juga berfirman dalam QS. Al-Qalam:4:

 وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

("Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung."). Hadits ini menjadi cermin bahwa keislaman yang baik bukan hanya soal ibadah, tetapi juga adab sosial.


2. Kasih Sayang kepada yang Lebih Muda

Perkataan مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا yang berarti "orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dari kami", menegaskan bahwa Islam adalah agama kasih sayang yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Anak-anak dan orang muda membutuhkan perlindungan, bimbingan, dan kelembutan, bukan kekerasan dan celaan. Menyayangi di sini berarti mengajarkan, memahami kesalahan mereka, dan membimbing ke arah kebaikan dengan lembut. Nabi ﷺ bahkan mencium cucunya Hasan dan Husain, lalu bersabda kepada seorang yang heran dengan kasih sayang beliau:

  مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

("Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.") – HR. Bukhari dan Muslim. Kasih sayang adalah pintu bagi seseorang agar mendapatkan rahmat Allah.


3. Menghormati yang Lebih Tua

Perkataan وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا yang artinya "dan mengetahui hak orang yang lebih tua dari kami", menanamkan adab hormat kepada orang yang lebih senior dalam usia, pengalaman, atau kedudukan. Menghormati orang tua mencakup mendahulukan mereka dalam bicara, memuliakan pendapat mereka, dan berakhlak santun di hadapan mereka. Nabi ﷺ bersabda:

 إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ تَعَالَى إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ

("Sesungguhnya termasuk memuliakan Allah Ta'ala adalah memuliakan orang muslim yang beruban (tua).") – HR. Abu Dawud. Hormat kepada yang lebih tua bukan hanya sopan santun, tetapi bagian dari bentuk ketaatan kepada Allah.


4. Membangun Masyarakat yang Penuh Adab dan Kepedulian

Hadits ini juga mengajarkan bahwa sebuah masyarakat yang sehat dibangun atas kasih sayang dan penghormatan. Jika yang muda merasa disayangi, mereka akan tumbuh dengan kepercayaan diri dan akhlak baik. Jika yang tua dihormati, mereka akan merasa dihargai dan terus memberi manfaat dengan pengalaman hidup mereka. Dalam QS. Al-Hujurat:13 Allah menegaskan:

  يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا

("Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal."). Saling mengenal dan memahami ini hanya akan terwujud jika masing-masing menjaga adab terhadap yang lain.


5. Menjaga Keseimbangan Peran antara Generasi

Hadits ini menyiratkan pentingnya keseimbangan antara generasi muda dan tua. Yang muda tidak boleh merasa lebih tahu dan meremehkan yang tua, sementara yang tua tidak boleh memandang remeh kemampuan generasi baru. Islam tidak memihak satu generasi dan meninggalkan yang lain. Nabi ﷺ membimbing pemuda seperti Ibnu Abbas, Anas bin Malik, dan Usamah bin Zaid dengan penuh perhatian, dan tetap memberi kedudukan besar kepada para sahabat senior seperti Abu Bakar dan Umar. Dalam QS. Luqman:14 Allah memerintahkan kita untuk bersyukur kepada orang tua:

  أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ

("Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu."). Ini menunjukkan bahwa menghormati orang tua adalah bagian dari ibadah.


6. Keberkahan dalam Masyarakat yang Penuh Kasih dan Hormat

Hadits ini juga mengandung pelajaran bahwa keberkahan hidup akan tumbuh jika masyarakat hidup dalam suasana saling menyayangi dan menghormati. Ketika hubungan antaranggota masyarakat dibangun atas dasar adab, maka keberkahan turun dari langit. Dalam QS. Al-A’raf:96 disebutkan:

  وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ

("Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi."). Maka, masyarakat yang menjaga adab sebagaimana dalam hadits ini akan mendapatkan limpahan kebaikan dalam banyak sisi kehidupan.


7. Tanda Sempurnanya Iman dan Akhlak Muslim

Hadits ini juga menjadi tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Nabi ﷺ bersabda:

  أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا

("Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.") – HR. Tirmidzi. Menyayangi yang muda dan menghormati yang tua adalah bagian penting dari akhlak ini. Artinya, orang yang ringan tangan untuk membantu, lembut kepada anak kecil, serta rendah hati di hadapan yang lebih tua, adalah orang yang telah mendekati kesempurnaan iman dalam pandangan Nabi ﷺ.


8. Tanda Diterimanya Amal oleh Allah

Salah satu pelajaran tambahan dari hadits ini adalah bahwa akhlak baik kepada sesama merupakan tanda diterimanya amal seseorang oleh Allah. Banyak amal ditolak karena rusak oleh keburukan akhlak, meski lahiriah terlihat saleh. Dalam QS. Al-Ma’un:1–3, Allah berfirman:

  أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (١) فَذَٰلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (٢) وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ الْمِسْكِينِ (٣)

("Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak mendorong memberi makan orang miskin."). Maka, memperbaiki hubungan sosial dengan kasih sayang dan penghormatan merupakan bagian dari penerapan agama yang sejati.


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa menjadi muslim sejati bukan hanya soal ibadah pribadi, tapi juga akhlak sosial: menyayangi yang muda, menghormati yang tua, dan menjaga harmoni antar generasi. Semua ini adalah wujud dari kesempurnaan iman, yang jika dijaga, akan membawa keberkahan dalam hidup pribadi maupun masyarakat.


Penutupan Kajian


Saudaraku yang dirahmati Allah, 

Setelah kita mendalami hadits yang mulia ini, kita dapat melihat betapa dalam dan luasnya hikmah yang terkandung di dalamnya. Hadits ini mengajarkan kita dua nilai penting yang harus ada dalam setiap interaksi sosial kita, yaitu kasih sayang terhadap yang lebih muda dan penghormatan terhadap yang lebih tua. Kedua hal ini bukan hanya sekadar adab, tetapi juga merupakan bagian dari ajaran agama yang harus kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Islam mengajarkan kita untuk tidak hanya memperhatikan hak-hak diri kita, tetapi juga hak-hak orang lain, baik yang lebih muda maupun yang lebih tua.

Faedah yang kita ambil dari hadits ini sangat besar. Dalam kehidupan bermasyarakat, jika kita mampu menerapkan kasih sayang terhadap yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua, maka akan tercipta kedamaian, saling pengertian, dan kerukunan. Hal ini juga akan membawa kita kepada hubungan yang lebih harmonis dalam keluarga, tempat kerja, bahkan dalam masyarakat secara luas. Kita dapat membayangkan betapa indahnya sebuah komunitas yang saling peduli, menghargai, dan membantu satu sama lain dalam berbagai aspek kehidupan.

Harapan saya, saudaraku sekalian, setelah mengikuti kajian ini, kita semua dapat mengambil pelajaran yang berharga dan berusaha untuk mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita bisa lebih menyayangi anak-anak dan generasi muda, memberikan mereka perhatian yang pantas, serta menumbuhkan rasa kasih sayang di antara kita. Begitu pula, kita juga diharapkan untuk selalu menghormati orang tua dan orang yang lebih tua dari kita, baik dalam ucapan, sikap, maupun perlakuan kita. Dengan demikian, kita akan semakin dekat dengan akhlak yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, yang merupakan teladan terbaik bagi kita semua.

Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk mengamalkan ajaran hadits ini, menjadikan kita pribadi yang penuh kasih sayang, menghargai sesama, dan menjalin hubungan yang baik dalam setiap aspek kehidupan. Wallahu a'lam bis shawab.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers