Hadits: Perintah Membersihkan Diri dari Jejak Kekufuran dengan Mencukur Rambut dan Berkhitan bagi Orang yang Baru Masuk Islam

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Para hadirin yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan ini, kita akan bersama-sama mempelajari sebuah hadits yang begitu penting dan dekat dengan realita kehidupan umat Islam, khususnya bagi mereka yang baru saja mendapatkan hidayah masuk ke dalam agama ini. Di tengah masyarakat kita, sering kita jumpai fenomena di mana seseorang yang baru memeluk Islam tidak diberikan bimbingan untuk menyempurnakan keislamannya, baik dari sisi keyakinan, ibadah, maupun penampilan lahiriah yang mencerminkan fitrah seorang Muslim. Tidak sedikit yang tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lamanya yang identik dengan masa kekufuran atau adat jahiliah, hanya karena ketidaktahuan atau kurangnya perhatian dari sesama Muslim.

Hadits yang akan kita kaji hari ini membimbing kita untuk memahami bahwa Islam bukan hanya perubahan keyakinan di hati, tetapi juga mencakup perbaikan pada lahiriah seseorang — mulai dari kebersihan, penampilan, hingga mengikuti sunnah-sunnah fitrah yang telah ditetapkan. Nabi ﷺ dengan penuh kasih sayang mengajarkan agar orang yang masuk Islam segera membersihkan dirinya dari jejak-jejak kekufuran, bahkan pada aspek penampilan yang mungkin dianggap kecil oleh sebagian orang, seperti mencukur rambut tertentu atau melaksanakan khitan.

Oleh karena itu, mempelajari hadits ini sangatlah penting. Ia mengajarkan kepada kita bagaimana menyambut saudara kita yang baru masuk Islam dengan bimbingan yang benar, bagaimana membentuk kepribadian Muslim dari awal dengan fondasi yang bersih, serta mengingatkan kita semua, baik yang baru masuk Islam maupun yang telah lama Muslim, untuk selalu menjaga kesucian lahir dan batin sesuai dengan fitrah yang diridhai Allah.

Semoga dengan memahami hadits ini, kita menjadi hamba-hamba Allah yang lebih peduli terhadap pembinaan diri sendiri dan sesama, sehingga Islam yang kita jalani benar-benar sempurna dalam aqidah, ibadah, akhlak, dan penampilan. 


Dari Kulaib Al-Juhani radhiyallahu 'anhu, dia berkata:

أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: قَدْ أَسْلَمْتُ. فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ"، يَقُولُ: احْلِقْ. قَالَ: وَأَخْبَرَنِي آخَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِآخَرَ مَعَهُ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ".
Bahwa ia datang kepada Nabi lalu berkata, 'Aku telah masuk Islam.' Maka Nabi bersabda kepadanya, 'Buanglah darimu rambut kekufuran,' maksudnya: cukurlah. Ia berkata, 'Dan seorang lain mengabarkan kepadaku bahwa Nabi berkata kepada orang lain bersamanya, 'Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah.'

HR. Abu Dawud (356).

.


Arti dan Penjelasan per Kalimat


أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Bahwa ia datang kepada Nabi .

Perkataan ini menunjukkan inisiatif dari seseorang yang ingin berinteraksi langsung dengan Rasulullah setelah mengalami perubahan besar dalam hidupnya, yaitu memeluk Islam.
Kedatangan kepada Nabi
adalah bentuk penghormatan, pengukuhan iman, sekaligus mencari bimbingan dalam menjalani fase barunya sebagai seorang Muslim.
Dalam konteks ini, pentingnya mencari ilmu dan arahan dari sumber yang terpercaya setelah menerima kebenaran sangat ditekankan.
Kedatangan tersebut juga menggambarkan sikap rendah hati seorang yang baru masuk Islam, menyadari pentingnya bimbingan Nabi
dalam setiap aspek hidup.


فَقَالَ: قَدْ أَسْلَمْتُ

Lalu ia berkata: "Aku telah masuk Islam."

Pengakuan ini menandakan adanya pernyataan keimanan secara lisan, yang merupakan salah satu syarat sahnya seseorang masuk Islam.
Ucapan ini bukan hanya formalitas, tetapi juga deklarasi keimanan di hadapan pemimpin umat, Rasulullah
.
Dalam Islam, pengakuan iman secara terang-terangan di depan saksi merupakan penegasan terhadap niat yang ada dalam hati.
Kalimat ini juga menunjukkan bahwa perubahan status keislaman seseorang disertai tanggung jawab baru yang harus diemban.


فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ"

Maka Nabi bersabda kepadanya: "Buanglah darimu rambut kekufuran."

Perintah ini mengandung makna bahwa setelah masuk Islam, seseorang perlu membersihkan jejak-jejak masa lalunya yang terkait dengan kekufuran.
Menghilangkan rambut yang tumbuh saat dalam keadaan kafir adalah simbol perubahan identitas lahiriah seiring perubahan batiniah.
Islam mengajarkan bahwa iman harus terwujud dalam tindakan nyata, termasuk dalam penampilan dan kebersihan diri.
Perintah ini juga menunjukkan bahwa syariat Islam memperhatikan aspek zahir seorang Muslim sebagai representasi iman dalam kehidupan sehari-hari.


يَقُولُ: احْلِقْ

Maksudnya: cukurlah.

Penjelasan ini memperjelas tindakan spesifik yang dimaksud, yaitu mencukur habis rambut kepala.
Mencukur rambut dalam konteks ini adalah bagian dari taharah (penyucian) fisik untuk menghilangkan bekas-bekas simbol kekufuran.
Perbuatan ini memiliki makna spiritual, yaitu memulai kehidupan baru dalam kesucian dan ketundukan kepada Allah
.
Tindakan ini juga sejalan dengan konsep Islam yang memperhatikan pembersihan diri baik lahir maupun batin.


قَالَ: وَأَخْبَرَنِي آخَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِآخَرَ مَعَهُ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ"

Ia berkata: "Dan seorang lain mengabarkan kepadaku bahwa Nabi berkata kepada orang lain bersamanya: 'Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah.'"

Perkataan ini menunjukkan bahwa ajaran Rasulullah bersifat umum dan berlaku kepada siapa saja yang baru masuk Islam.
Berita tambahan ini menguatkan bahwa selain membersihkan rambut kekufuran, berkhitan juga diperintahkan sebagai bagian dari fitrah Islam.
Khitan dalam Islam merupakan tanda kesucian dan kepatuhan terhadap syariat, serta identitas keislaman seseorang.
Hal ini menegaskan pentingnya pengamalan ajaran agama secara sempurna sejak pertama kali seseorang bergabung dalam umat Islam.

 


Syarah Hadits


كانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَحْرِصُ
Nabi sangat bersemangat

إِذَا مَا أَتَاهُ آتٍ يُرِيدُ الْإِسْلَامَ
ketika ada seseorang datang kepadanya ingin masuk Islam

أَنْ يَرُدَّهُ إِلَى فِطْرَتِهِ
agar mengembalikannya kepada fitrahnya

حَتَّى وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ فِي مَظْهَرِهِ
meskipun itu hanya pada penampilannya

حَتَّى يَكُونَ نَقِيًّا بِدُخُولِهِ فِي الْإِسْلَامِ
sehingga ia menjadi suci dengan masuknya ke dalam Islam

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ
dan dalam hadits ini

أَنَّ أَحَدَ الصَّحَابَةِ وَهُوَ أَبُو كُلَيْبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ
bahwa salah satu sahabat yaitu Abu Kulayb radhiyallahu 'anhu

جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
datang kepada Nabi

فَقَالَ: قَدْ أَسْلَمْتُ
lalu ia berkata: "Aku telah masuk Islam"

أَيْ: دَخَلْتُ فِي الْإِسْلَامِ
artinya: aku telah memeluk Islam

فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
maka Nabi berkata kepadanya

أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ
"Buanglah darimu rambut kekufuran"

يَقُولُ: احْلِقْ
maksudnya: cukurlah

أَيْ: أَزِلْهُ وَنَحِّهِ عَنْ رَأْسِكَ
artinya: hilangkanlah dan singkirkanlah dari kepalamu

وَذَلِكَ زِيَادَةً فِي نَظَافَتِهِ
dan itu untuk menambah kebersihan dirinya

وَقِيلَ: إِنَّهُ لَيْسَ الْمُرَادُ أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ لِزَامًا عَلَى كُلِّ مَنْ أَسْلَمَ أَنْ يَحْلِقَ رَأْسَهُ
dan dikatakan bahwa tidak dimaksudkan menjadi keharusan bagi setiap orang yang masuk Islam untuk mencukur kepalanya

فَرُبَّمَا كَانَ هَذَا الرَّجُلُ يَصْنَعُ فِي شَعْرِهِ عَادَةً يَمْتَازُ بِهَا أَهْلُ الْكُفْرِ
karena mungkin saja laki-laki ini memiliki kebiasaan dalam rambutnya yang menjadi ciri khas orang kafir

قَالَ كُلَيْبٌ رَاوِي الْحَدِيثِ عَنْ أَبِيهِ
Kulayb, perawi hadits ini dari ayahnya, berkata

وَأَخْبَرَنِي آخَرُ
dan seorang lain mengabarkan kepadaku

أَيْ: أَحَدُ الصَّحَابَةِ
yaitu salah satu sahabat

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِآخَرَ مَعَهُ
bahwa Nabi berkata kepada orang lain bersamanya

أَيْ: مَعَ مَنْ أَسْلَمَ مَعَ أَبِي كُلَيْبٍ
yaitu bersama orang yang masuk Islam bersama Abu Kulayb

أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ
"Buanglah darimu rambut kekufuran"

أَيْ: احْلِقْ رَأْسَكَ
artinya: cukurlah kepalamu

وَاخْتَتِنْ
dan berkhitanlah

وَذَلِكَ لِأَنَّ الْخِتَانَ وَهُوَ: قَطْعُ قُلْفَةِ الذَّكَرِ
karena khitan, yaitu memotong kulup kemaluan

مِنْ سُنَنِ الْفِطْرَةِ
termasuk sunnah fitrah

فَكَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَاطَبَ كُلًّا مِنْهُمَا بِمَا يُنَاسِبُهُ
seakan-akan Nabi berbicara kepada masing-masing mereka dengan apa yang sesuai untuk mereka

وَمَا يَخْلَعُ عَنْهُ هَيْئَةَ الْجَاهِلِيَّةِ
dan yang dapat melepaskan mereka dari ciri-ciri jahiliah

وَيَتَنَاسَبُ مَعَ هَيْئَةِ الْمُسْلِمِينَ
dan menyesuaikan dengan keadaan kaum Muslimin

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/80131


Pelajaran dari Hadits ini


1. Semangat Mendatangi Sumber Petunjuk

Dalam perkataan أَنَّهُ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (bahwa ia datang kepada Nabi ﷺ), kita belajar pentingnya semangat mendatangi sumber ilmu dan petunjuk setelah menerima hidayah. Kedatangan ini menunjukkan keinginan kuat untuk memperbaiki diri dan mendapatkan arahan dari orang yang terpercaya, yaitu Rasulullah ﷺ. Ini mengajarkan kita bahwa setelah memperoleh kebenaran, langkah berikutnya adalah memperkuat diri dengan ilmu yang benar. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Anbiya: 7: فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ (Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui).


2. Pengakuan Iman Secara Lisan

Dalam perkataan فَقَالَ: قَدْ أَسْلَمْتُ (lalu ia berkata: "Aku telah masuk Islam"), kita memahami pentingnya menyatakan keislaman secara terbuka. Pengakuan ini bukan hanya simbolis, melainkan bentuk syahadat yang diikrarkan dengan penuh kesadaran. Islam mengajarkan bahwa iman yang kokoh harus ditegaskan dengan lisan dan perbuatan. Rasulullah ﷺ bersabda: مَنْ قَالَ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ (Barangsiapa mengucapkan 'La ilaha illallah' maka ia akan masuk surga) (HR. Bukhari).


3. Membersihkan Jejak Kekufuran

Dalam perkataan فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ" (maka Nabi ﷺ bersabda kepadanya: "Buanglah darimu rambut kekufuran"), kita diajarkan pentingnya membersihkan diri dari sisa-sisa masa lalu yang buruk. Islam menuntut perubahan total, bukan hanya dalam hati tetapi juga dalam penampilan lahir. Tindakan ini menjadi simbol awal memasuki kehidupan baru yang bersih. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 222: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ (Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang bersuci).


4. Perintah Mencukur Rambut

Dalam perkataan يَقُولُ: احْلِقْ (maksudnya: cukurlah), kita diperintahkan untuk mengambil tindakan nyata dalam bersuci. Mencukur rambut di sini bukan sekadar membersihkan fisik, tetapi juga membuang simbol-simbol kekafiran yang pernah melekat. Ini menunjukkan bahwa setiap Muslim harus memperhatikan keadaan fisik sebagai representasi kebersihan hati. Rasulullah ﷺ bersabda: النَّظَافَةُ مِنَ الإِيمَانِ (Kebersihan adalah bagian dari iman) (HR. Muslim).


5. Penyempurnaan Fitrah Islam dengan Khitan

Dalam perkataan قَالَ: وَأَخْبَرَنِي آخَرُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِآخَرَ مَعَهُ: "أَلْقِ عَنْكَ شَعْرَ الْكُفْرِ وَاخْتَتِنْ" (ia berkata: "Dan seorang lain mengabarkan kepadaku bahwa Nabi ﷺ berkata kepada orang lain bersamanya: 'Buanglah darimu rambut kekufuran dan berkhitanlah'"), kita mendapatkan pelajaran bahwa selain membersihkan diri, penyempurnaan fitrah juga diperintahkan melalui khitan. Khitan adalah bagian dari syariat yang menguatkan identitas keislaman dan menjaga kesucian. Rasulullah ﷺ bersabda: خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ: الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَنَتْفُ الْإِبْطِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَقَصُّ الشَّارِبِ (Lima hal termasuk fitrah: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan memendekkan kumis) (HR. Bukhari dan Muslim).


6. Pentingnya Kesucian dan Kebersihan Sejak Awal Keislaman

Hadits ini juga mengajarkan bahwa sejak awal seseorang masuk Islam, kesucian dan kebersihan menjadi bagian yang tidak boleh ditinggalkan. Islam sangat memperhatikan kesucian lahiriah sebagai refleksi kesucian batin. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Muddatsir: 4: وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (Dan pakaianmu maka bersihkanlah). Ini menunjukkan bahwa transformasi lahiriah adalah bagian integral dari perubahan iman.


7. Tindakan Nyata Setelah Masuk Islam

Selain itu, hadits ini menekankan bahwa iman harus diikuti dengan amal nyata. Masuk Islam tidak cukup hanya dengan niat, tetapi harus dibuktikan dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti mencukur rambut kekufuran dan berkhitan. Ini sejalan dengan firman Allah ﷻ dalam QS. Al-Baqarah: 208: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً (Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan).


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa keimanan harus dibuktikan dengan tindakan nyata yang mencerminkan perubahan total dalam diri seseorang, baik lahir maupun batin. Seorang Muslim dituntut untuk membersihkan jejak masa lalu, menjaga kesucian diri, memperbaiki perilaku, dan terus menuntut ilmu dari sumber yang benar demi memperkokoh keimanannya. 


Penutupan Kajian


 Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah memudahkan kita menyelesaikan kajian hadits yang penuh manfaat ini.

Para hadirin yang dirahmati Allah, dari hadits yang kita pelajari hari ini, kita memahami bahwa Islam mengajarkan kesucian lahir dan batin secara sempurna. Islam tidak hanya menuntut perubahan dalam keyakinan hati, tetapi juga membimbing perubahan dalam sikap, perilaku, bahkan dalam penampilan fisik seorang Muslim. Nabi ﷺ mengajarkan bahwa seseorang yang masuk Islam hendaknya membersihkan dirinya dari jejak-jejak kekufuran, bahkan dari hal-hal yang tampak sederhana seperti rambut dan kebiasaan yang terkait dengan masa jahiliah. Ini semua bertujuan agar seorang Muslim benar-benar kembali kepada fitrah suci yang Allah ciptakan, menjadi pribadi yang bersih, berbeda dari kekufuran, dan layak mengemban identitas sebagai umat Muhammad ﷺ.

Hadits ini juga menanamkan kepada kita pentingnya perhatian terhadap saudara-saudara kita yang baru masuk Islam, dengan membimbing mereka secara lembut namun tegas menuju kehidupan baru yang penuh berkah. Ini mengajarkan kepedulian, kasih sayang, dan keterlibatan nyata dalam menjaga kebersihan dan kemuliaan umat Islam.

Harapan kita, semoga setelah mempelajari hadits ini, kita semua tidak hanya memahami maknanya secara teori, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Mari kita jaga diri kita, keluarga kita, dan masyarakat kita agar tetap hidup di atas fitrah Islam yang suci. Bagi diri kita sendiri, teruslah memperbaharui kebersihan lahir dan batin. Dan untuk saudara-saudara baru kita dalam Islam, mari kita rangkul mereka, ajarkan dengan sabar, dan bantu mereka menjadi Muslim yang sebaik-baiknya, dengan ilmu, akhlak, dan keteladanan nyata.

Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita semua untuk istiqamah di atas agama-Nya. آمين.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ بِرَحْمَتِكَ، وَاجْعَلْ خَيْرَ أَيَّامِنَا يَوْمَ نَلْقَاكَ، وَاخْتِمْ لَنَا بِالْإِيمَانِ وَحُسْنِ الْخَاتِمَةِ.

Ya Allah, jadikanlah kami termasuk penghuni surga dengan rahmat-Mu. Jadikanlah hari terbaik kami adalah hari ketika kami berjumpa dengan-Mu. Dan wafatkanlah kami dalam keadaan beriman serta dengan akhir yang baik.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers