Hadits: Mencari ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim

Bismillahirrahmanirrahim. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kita nikmat yang tiada terhingga, termasuk nikmat ilmu yang senantiasa membawa cahaya dalam kehidupan kita. Semoga salawat dan salam tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, suri tauladan kita yang senantiasa mendorong kita untuk terus menuntut ilmu dan memperbaiki diri.

Jama'ah yang dirahmati Allah,

Di zaman ini, kita sedang menghadapi tantangan besar dalam kehidupan umat Islam, bukan semata-mata karena kemiskinan harta, melainkan karena kemiskinan ilmu. Banyak di antara kaum muslimin yang menjalani kehidupan beragama tanpa bimbingan ilmu yang benar. Mereka terbiasa mengambil hukum hanya berdasarkan kebiasaan, warisan budaya, atau logika pribadi, tanpa dasar dari wahyu Allah dan sunnah Rasul-Nya.

Fenomena ini sangat mengkhawatirkan, karena ketika ilmu agama ditinggalkan, maka kekacauan dalam beramal akan terjadi. Banyak praktik ibadah yang tidak sesuai tuntunan, transaksi yang melanggar syariat, bahkan keyakinan-keyakinan yang menyimpang tumbuh subur—semata karena jauhnya umat dari ilmu.

Di sisi lain, semangat menuntut ilmu juga mulai surut. Banyak yang lebih bersemangat dalam mengejar dunia, namun merasa berat dan enggan menghadiri majelis-majelis ilmu. Sebagian bahkan merasa cukup dengan pengetahuan seadanya, lalu merasa tidak perlu lagi belajar. Padahal, dalam Islam, menuntut ilmu adalah fondasi utama segala amal.

Oleh karena itu, hadits yang akan kita kaji pada kesempatan kali ini memiliki kedudukan yang sangat penting, bukan hanya menunjukkan kewajiban menuntut ilmu, tetapi juga menjelaskan keutamaan luar biasa bagi orang yang berada di jalan ilmu. Ia didoakan oleh seluruh makhluk, bahkan oleh ikan-ikan di lautan. Ini adalah kabar gembira yang seharusnya membangkitkan semangat dan kecintaan kita kepada ilmu.

Maka, dalam kajian ini, kita tidak hanya akan membaca haditsnya, tetapi juga memahami setiap perkataan di dalamnya, agar kita benar-benar sadar akan urgensi ilmu dalam kehidupan kita, dan termotivasi untuk menjadi bagian dari mereka yang dimuliakan Allah karena semangatnya dalam menuntut ilmu.




Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ العِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ، وَإِنَّ طَالِبَ العِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ، حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْبَحْرِ

Mencari ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim, dan sesungguhnya pencari ilmu dimintakan ampun untuknya oleh segala sesuatu, bahkan hingga ikan-ikan di laut.

HR Ibnu Majah (224), Al-Bazzar dalam Musnad-nya (6746), Ibnu Abdil Barr dalam kitabnya Jami‘ Bayan al-‘Ilm wa Fadlihi (17)


Arti dan Penjelasan per Kalimat


 طَلَبُ العِلْمِ

Permintaan ilmu (menuntut ilmu)

Perkataan ini menunjukkan bahwa mencari ilmu bukan sekadar keinginan atau pilihan, tetapi sesuatu yang diminta, dikejar, dan dicari secara aktif.
Dalam Islam, "ṭalab al-‘ilm" merupakan aktivitas mulia yang melibatkan kesungguhan hati dan usaha nyata untuk memperoleh pengetahuan yang bermanfaat, terutama dalam hal agama.
Ilmu di sini mencakup segala pengetahuan yang membawa kepada pengenalan terhadap Allah, pengamalan agama, serta memperbaiki kehidupan dunia dan akhirat.
Penggunaan kata "ṭalab" menunjukkan bahwa ilmu tidak datang sendiri, tapi harus dicari dengan usaha, pengorbanan, dan waktu.


فَرِيضَةٌ 
Kewajiban

Perkataan ini menegaskan bahwa menuntut ilmu bukan hanya dianjurkan, tetapi wajib.
Istilah "farīḍah" dalam terminologi Islam merujuk kepada sesuatu yang apabila ditinggalkan akan mendatangkan dosa.
Ini menunjukkan betapa pentingnya ilmu dalam pandangan Islam, sehingga tidak boleh diabaikan oleh seorang pun.
Dalam konteks ini, ilmu yang dimaksud wajib adalah ilmu agama yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk menjalankan kewajiban agamanya dengan benar.


عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
atas setiap muslim

Perkataan ini mengandung arti bahwa kewajiban menuntut ilmu berlaku secara umum, tidak terbatas pada ulama, laki-laki, atau orang tertentu.
Kata "kull" menunjukkan keumuman—setiap muslim, tanpa terkecuali, wajib menuntut ilmu.
Termasuk dalam cakupannya adalah wanita muslimah, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat lain yang menyebut "كل مسلم ومسلمة".
Hal ini menunjukkan pentingnya pendidikan yang merata dan akses pengetahuan agama untuk seluruh umat Islam.


 وَإِنَّ طَالِبَ العِلْمِ 
Dan sesungguhnya pencari ilmu

Perkataan ini menunjukkan keutamaan orang yang sedang menempuh jalan ilmu.
Kata "ṭālib al-‘ilm" menunjukkan seseorang yang aktif berusaha mencari pengetahuan, bukan sekadar memiliki niat.
Penekanan dengan "inna" memperkuat makna bahwa ada keistimewaan besar bagi mereka yang berada di jalan ilmu.
Ini menanamkan semangat bagi setiap muslim untuk tetap berada dalam proses menuntut ilmu sepanjang hayat.


يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ
Memohonkan ampun untuknya segala sesuatu

Perkataan ini menunjukkan kemuliaan yang luar biasa bagi penuntut ilmu, karena seluruh makhluk turut mendoakan ampunan untuknya.
Kata "yastaghfiru" mengandung arti permohonan ampunan yang terus-menerus, menandakan keberkahan yang langgeng.
"Kullu shay’in" (segala sesuatu) adalah ungkapan yang menunjukkan betapa luasnya cakupan makhluk yang berdoa bagi penuntut ilmu, baik yang hidup maupun benda mati.
Ini menjadi bukti bahwa menuntut ilmu adalah amal yang bukan hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga mendatangkan kasih sayang alam semesta.


 حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْبَحْرِ
hingga ikan-ikan di laut

Perkataan ini adalah bentuk penekanan dan contoh spesifik atas cakupan doa dari seluruh makhluk.
Kata "ḥattā" (hingga) menunjukkan tingkatan yang mencengangkan—bahwa bahkan makhluk yang jauh dari manusia pun ikut mendoakan penuntut ilmu.
"Al-ḥītān" (ikan-ikan) adalah simbol dari makhluk tersembunyi di kedalaman, yang tetap menunjukkan pengaruh positif dari penuntut ilmu.
Ini menunjukkan bahwa ilmu memiliki dampak ekologis dan spiritual yang menjangkau seluruh penjuru alam, dan penuntut ilmu hidup dalam keberkahan yang luar biasa.


Syarah Hadits


 

لَقَدْ أَعْلَى الشَّرْعُ الحَكِيمُ مِنْ قِيمَةِ العِلْمِ وَالعُلَمَاءِ

Sungguh, syariat yang bijaksana telah meninggikan nilai ilmu dan para ulama.

وَبَيَّنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلَ العَالِمِ الَّذِي يَنْقُلُ عِلْمَهُ إِلَى النَّاسِ

Dan Nabi telah menjelaskan keutamaan seorang alim yang menyampaikan ilmunya kepada manusia.

وَمَا لَهُ مِنْ أَجْرٍ عَظِيمٍ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى

Dan apa yang dia miliki berupa pahala besar di sisi Allah Ta’ala.

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُخْبِرُ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Dan dalam hadis ini, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengabarkan:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ

Bahwa Rasulullah bersabda:

"طَلَبُ العِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ"

“Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap Muslim.”

أَيْ: إِنَّ مِنَ العِلْمِ مَا هُوَ فَرْضٌ مُتَعَيِّنٌ عَلَى كُلِّ امْرِئٍ مُسْلِمٍ فِي خَاصَّةِ نَفْسِهِ

Yaitu: sesungguhnya ada ilmu yang merupakan kewajiban individu atas setiap orang Muslim dalam urusan pribadinya.

فَهُوَ فَرْضُ عَيْنٍ

Maka itu adalah kewajiban individu (fardhu ‘ain).

وَمِنْهُ مَا هُوَ فَرْضُ كِفَايَةٍ

Dan ada juga yang merupakan kewajiban kolektif (fardhu kifayah).

إِذَا قَامَ بِهِ قَائِمٌ سَقَطَ فَرْضُهُ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ المَوْضِعِ

Jika ada yang melaksanakannya, maka kewajibannya gugur dari penduduk tempat itu.

وَقَدْ فُسِّرَ بِأَنَّ الَّذِي يَلْزَمُ الجَمِيعَ فَرْضُهُ هُوَ تَعَلُّمُ مَا لَا يَسَعُ المُسْلِمَ جَهْلُهُ

Dan telah dijelaskan bahwa yang wajib atas semua orang adalah mempelajari apa yang tidak boleh diabaikan oleh seorang Muslim.

وَلَا بُدَّ لَهُ مِنَ العِلْمِ بِهِ

Dan ia harus mengetahuinya.

لِسَلَامَةِ دِينِهِ وَإِقَامَتِهِ

Untuk menjaga agamanya dan menegakkannya.

ثُمَّ يَأْتِي بَعْدَ ذَلِكَ سَائِرُ العِلْمِ

Kemudian setelah itu datanglah cabang-cabang ilmu lainnya.

وَطَلَبُهُ وَالتَّفَقُّهُ فِيهِ وَتَعْلِيمُهُ لِلنَّاسِ

Dan mencarinya, mendalami isinya, serta mengajarkannya kepada manusia.

فَهُوَ فَرْضٌ عَلَى الكِفَايَةِ

Maka itu adalah kewajiban kolektif (fardhu kifayah).

إِذَا قَامَ بِهِ قَائِمٌ سَقَطَ فَرْضُهُ عَنِ البَاقِينَ

Jika ada yang melaksanakannya, kewajibannya gugur dari yang lain.

كَمَا قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ}

Sebagaimana Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: {Mengapa tidak berangkat dari setiap golongan di antara mereka sekelompok untuk memperdalam agama...}

ثُمَّ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "وَإِنَّ طَالِبَ العِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ حَتَّى الحِيتَانُ فِي البَحْرِ"

Kemudian beliau bersabda: “Dan sesungguhnya, penuntut ilmu didoakan ampunan oleh segala sesuatu, bahkan oleh ikan-ikan di laut.”

أَيْ: يَدْعُونَ لَهُ بِالمَغْفِرَةِ

Yaitu: mereka mendoakannya agar diampuni.

وَفِي قَوْلِهِ: "حَتَّى الحِيتَانُ" إِشَارَةٌ إِلَى جَمِيعِ المَخْلُوقَاتِ

Dan dalam sabdanya “bahkan ikan-ikan” terdapat isyarat kepada semua makhluk.

وَذَلِكَ لِأَنَّ طَالِبَ العِلْمِ سَائِرٌ فِي طَرِيقِ طَلَبِ النُّورِ وَالعِلْمِ

Karena penuntut ilmu berada di jalan menuntut cahaya dan ilmu.

الَّذِي يُنِيرُ لِلنَّاسِ طَرِيقَهُمْ

Yang menerangi jalan manusia.

وَيُعَلِّمُهُمْ فَرَائِضَ دِينِهِمْ

Dan mengajarkan kepada mereka kewajiban-kewajiban agama mereka.

وَيُرْشِدُهُمْ إِلَى طَرِيقِ اللَّهِ

Serta membimbing mereka ke jalan Allah.

وَهُوَ يَكُونُ أَكْثَرَ خَشْيَةً لِلَّهِ

Dan dia (penuntut ilmu) menjadi lebih banyak takutnya kepada Allah.

وَإِذَا كَانَتِ المَلَائِكَةُ تَسْتَغْفِرُ لِعُمُومِ المُؤْمِنِينَ

Dan jika para malaikat memohonkan ampun untuk seluruh kaum mukminin...

كَمَا قَالَ تَعَالَى: {الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا}

Sebagaimana firman Allah Ta'ala: {Orang-orang yang memikul ‘Arsy dan para malaikat yang berada di sekitarnya bertasbih memuji Tuhan mereka, beriman kepada-Nya, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman...}

فَطَالِبُ العِلْمِ وَمُعَلِّمُ النَّاسِ الخَيْرَ مِنْ بَابِ أَوْلَى

Maka penuntut ilmu dan pengajar kebaikan kepada manusia lebih utama untuk dimohonkan ampun.

وَفِي سُنَنِ التِّرْمِذِيِّ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

Dan dalam Sunan at-Tirmidzi dari Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu ‘anhu...

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرَضِينَ

Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah, para malaikat-Nya, penghuni langit dan bumi...

حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا، وَحَتَّى الحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الخَيْرَ"

Bahkan semut di sarangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat (mendoakan kebaikan) kepada pengajar kebaikan kepada manusia.”

وَفِي هَذَا تَقْيِيدٌ لِلْعَالِمِ وَطَالِبِ العِلْمِ

Dan dalam hal ini terdapat batasan bagi seorang alim dan penuntut ilmu.

بِأَنَّهُ الَّذِي يَطْلُبُ مَا فِيهِ نَفْعٌ وَخَيْرٌ لِلنَّاسِ فِي دِينِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ وَآخِرَتِهِمْ

Yaitu dia yang mencari ilmu yang di dalamnya terdapat manfaat dan kebaikan bagi manusia dalam urusan agama, dunia, dan akhirat mereka.

وَهَذَا بَيَانٌ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِقِيمَةِ العُلَمَاءِ

Dan ini adalah penjelasan dari Nabi tentang nilai para ulama.

وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ فَضْلِ طَلَبِ العِلْمِ، وَالحَثُّ عَلَيْهِ

Dan dalam hadis ini terdapat penjelasan tentang keutamaan menuntut ilmu dan dorongan untuk melakukannya.


Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/126132


Pelajaran dari Hadits ini


1. Menuntut ilmu adalah kewajiban pribadi yang tidak boleh diabaikan

Dalam perkataan طَلَبُ العِلْمِ (permintaan ilmu / menuntut ilmu), Rasulullah ﷺ menekankan bahwa proses mencari ilmu adalah suatu usaha aktif yang harus dilakukan oleh setiap individu muslim. Islam tidak mengenal pasif dalam urusan ilmu; kita tidak diperintahkan hanya untuk menunggu ilmu datang, melainkan mencarinya, mendatanginya, dan berjuang untuk memperolehnya. Ilmu adalah pondasi bagi amal. Tanpa ilmu, amal bisa salah arah dan niat bisa tersesat. Karena itu, semangat belajar harus selalu ditanamkan dalam diri kita sejak dini hingga akhir hayat.


2. Menuntut ilmu adalah kewajiban, bukan sekadar pilihan

Perkataan فَرِيضَةٌ (kewajiban) menegaskan bahwa menuntut ilmu agama termasuk perkara yang hukumnya wajib bagi setiap muslim. Ini bukan amalan sunah yang bisa ditinggalkan, tapi suatu keharusan yang jika diabaikan bisa menyebabkan seseorang jatuh dalam dosa. Ilmu yang wajib dicari adalah ilmu yang menjadi bekal utama untuk menjalankan ibadah, bermuamalah, dan menjauhi larangan Allah. Maka siapa pun yang mengaku muslim, ia tidak bisa lepas dari kewajiban belajar ilmu agama sesuai kebutuhannya.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ»
(Artinya: Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya, maka Allah akan jadikan ia paham dalam urusan agama.) – HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037


3. Kewajiban ini berlaku untuk semua muslim, tanpa kecuali

Perkataan عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ (atas setiap muslim) menunjukkan bahwa kewajiban menuntut ilmu bersifat umum dan menyeluruh. Tidak ada pembeda antara kaya atau miskin, tua atau muda, laki-laki maupun perempuan. Semua berkewajiban memahami ilmu sesuai kapasitas dan peran masing-masing. Seorang ayah wajib tahu ilmu tentang nafkah dan kepemimpinan keluarga, seorang ibu wajib tahu tentang pendidikan anak dan ibadah sehari-hari. Bahkan anak kecil pun harus mulai diperkenalkan pada ilmu yang dasar sesuai usianya.

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Artinya: Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”) – QS. Az-Zumar: 9


4. Orang yang menuntut ilmu berada di jalan yang mulia

Dalam perkataan وَإِنَّ طَالِبَ العِلْمِ (dan sesungguhnya pencari ilmu), Rasulullah ﷺ ingin menyampaikan bahwa orang yang menempuh jalan untuk menuntut ilmu mendapat kedudukan khusus. Bukan hanya ilmunya yang mulia, tapi proses mencarinya pun mulia. Setiap langkah menuju majelis ilmu, setiap lembar catatan, setiap jam yang dihabiskan untuk memahami agama, semuanya tercatat sebagai amal kebaikan. Bahkan, malaikat meletakkan sayapnya sebagai bentuk ridha atas penuntut ilmu.

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
(Artinya: Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.) – HR. Muslim no. 2699


5. Penuntut ilmu didoakan oleh seluruh makhluk di alam semesta

Perkataan يَسْتَغْفِرُ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ (segala sesuatu memohonkan ampun untuknya) menggambarkan betapa luasnya keutamaan orang yang sedang menuntut ilmu. Bukan hanya manusia yang mendoakannya, tetapi semua makhluk ciptaan Allah, baik yang di langit maupun di bumi, bahkan benda-benda yang tidak memiliki akal dan nyawa pun turut memohonkan ampun baginya. Ini menunjukkan bahwa ilmu yang benar membawa manfaat tidak hanya bagi dirinya, tapi juga bagi keseimbangan kehidupan secara luas.


6. Bahkan makhluk yang tersembunyi pun mendoakan penuntut ilmu

Perkataan حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْبَحْرِ (bahkan ikan-ikan di lautan) adalah bentuk penegasan dan perincian dari "segala sesuatu". Rasulullah ﷺ ingin menggambarkan bahwa bukan hanya makhluk yang tampak oleh manusia, tapi bahkan makhluk yang jauh dan tersembunyi sekalipun—seperti ikan di kedalaman laut—ikut memohonkan ampun bagi orang yang menuntut ilmu. Ini menjadi bentuk penghargaan spiritual dari alam kepada orang-orang yang berjuang untuk mengenal Allah dan menyebarkan kebenaran.


7. Ilmu membawa rahmat dan ketenangan dalam hidup

Meskipun tidak secara eksplisit disebut dalam perkataan hadits, namun dari seluruh kandungan hadits ini kita bisa memahami bahwa ilmu mendatangkan ketenangan, keberkahan, dan kedamaian dalam hidup. Orang yang berilmu tidak mudah panik, tidak gegabah dalam mengambil keputusan, dan senantiasa merasa dekat dengan Allah. Ilmu membuat seseorang berjalan di atas cahaya petunjuk yang jelas.

اللَّهُ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ...
(Artinya: Allah adalah cahaya langit dan bumi...) – QS. An-Nur: 35


8. Ilmu menjadi wasilah untuk memperbaiki umat dan masyarakat

Kebodohan adalah akar dari banyak kerusakan. Tanpa ilmu, ibadah rusak, muamalah rusak, bahkan niat bisa salah. Maka ilmu bukan hanya untuk individu, tapi untuk membangun peradaban. Umat yang lemah dalam ilmu akan mudah diombang-ambingkan, terpecah, dan tergelincir dalam penyimpangan. Hadits ini menjadi dasar penting untuk menghidupkan kembali tradisi belajar, berdiskusi, dan menghidupkan majelis-majelis ilmu di tengah masyarakat.


9. Menuntut ilmu adalah investasi akhirat yang terus mengalir pahalanya

Seseorang yang belajar ilmu lalu mengamalkannya atau mengajarkannya, maka pahalanya tidak akan terputus walau ia telah wafat. Ini termasuk amal jariyah yang paling besar dampaknya. Maka siapa yang ikhlas dalam menuntut ilmu, lalu menyebarkannya dengan niat yang benar, maka dia telah menanam pohon kebaikan yang terus berbuah hingga hari kiamat.

إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلاثٍ... أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ
(Artinya: Apabila manusia meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara... atau ilmu yang bermanfaat.) – HR. Muslim no. 1631


10. Niat yang benar adalah fondasi dalam menuntut ilmu

Meski tidak tersurat dalam hadits, namun semua keutamaan ini tidak akan diraih tanpa niat yang tulus. Menuntut ilmu harus dilakukan karena ingin mendapatkan ridha Allah, bukan untuk mencari pujian, kedudukan, atau kekuasaan. Niat adalah pembeda antara penuntut ilmu yang dirahmati dengan yang justru dimurkai.

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
(Artinya: Sesungguhnya segala amal tergantung pada niatnya.) – HR. Bukhari dan Muslim


Kesimpulan:
Secara keseluruhan, hadits ini memberikan gambaran utuh tentang betapa penting, mulia, dan luasnya manfaat dari menuntut ilmu. Ia bukan sekadar tuntutan agama, tapi juga jaminan keberkahan hidup, ampunan dari seluruh makhluk, dan jalan menuju keselamatan akhirat. Setiap muslim perlu menjadikan ilmu sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidupnya. 


Penutup Kajian


Jama’ah yang dimuliakan Allah,
Setelah kita mengkaji hadits mulia ini—tentang kewajiban menuntut ilmu dan keutamaan luar biasa bagi para penuntut ilmu—maka hendaknya kita tidak hanya menjadikannya sebagai pengetahuan, tapi benar-benar menjadikannya sebagai petunjuk hidup.

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa menuntut ilmu bukan pilihan tambahan, tapi merupakan kewajiban dasar dalam Islam, yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim sesuai kadar kebutuhannya terhadap agama.
Ia juga mengingatkan kita bahwa berada di jalan ilmu bukan hanya mulia di sisi manusia, tapi juga mendatangkan rahmat dan istighfar dari seluruh makhluk, bahkan dari makhluk yang tidak kita lihat seperti ikan di laut.

Dari hadits ini, kita memahami bahwa:

  1. Ilmu adalah cahaya yang akan membimbing kita dalam beribadah, bermuamalah, dan mengambil keputusan dalam kehidupan.

  2. Menuntut ilmu adalah jalan untuk mendapat ampunan dan keberkahan, karena Allah menjadikan seluruh makhluk turut mendoakan penuntut ilmu.

  3. Semakin serius seseorang dalam menuntut ilmu, semakin besar derajat dan kedudukannya di sisi Allah, sebagaimana ditegaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits lainnya.

Maka, mari kita jadikan hadits ini sebagai pemicu semangat untuk terus belajar.
Bukan hanya dalam momen kajian seperti ini, tapi dalam rutinitas harian kita—dengan meluangkan waktu untuk membaca, mendengar, dan menghadiri majelis ilmu.
Mari ajak keluarga kita, anak-anak kita, sahabat-sahabat kita, untuk menghargai ilmu dan menjadikannya prioritas hidup.

Karena siapa yang serius menempuh jalan ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan siapa yang berpaling dari ilmu, ia akan mudah terjatuh dalam kesesatan.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan yang istiqamah dalam mencari ilmu, mengamalkannya, dan menyebarkannya kepada orang lain.
Semoga majelis ini menjadi pemberat amal kebaikan dan menjadi sebab turunnya rahmat serta ampunan Allah kepada kita semua. 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ



Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


لقد أعلى الشرع الحكيم من قيمة العلم والعلماء، وبين النبي صلى الله عليه وسلم فضل العالم الذي ينقل علمه إلى الناس، وما له من أجر عظيم عند الله تعالى.

وفي هذا الحديث يخبر أنس بن مالك رضي الله عنه: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "طلب العلم فريضة على كل مسلم"، أي: إن من العلم ما هو فرض متعين على كل امرئ مسلم في خاصة نفسه؛ فهو فرض عين، ومنه ما هو فرض كفاية، إذا قام به قائم سقط فرضه عن أهل ذلك الموضع، وقد فسر بأن الذي يلزم الجميع فرضه هو تعلم ما لا يسع المسلم جهله، ولا بد له من العلم به؛ لسلامة دينه وإقامته، ثم يأتي بعد ذلك سائر العلم، وطلبه والتفقه فيه، وتعليمه للناس؛ فهو فرض على الكفاية، إذا قام به قائم سقط فرضه عن الباقين، كما قال الله عز وجل: {فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون} [التوبة: 122].

ثم قال صلى الله عليه وسلم: "وإن طالب العلم يستغفر له كل شيء حتى الحيتان في البحر"، أي: يدعون له بالمغفرة. وفي قوله: "حتى الحيتان" إشارة إلى جميع المخلوقات؛ وذلك لأن طالب العلم سائر في طريق طلب النور والعلم الذي ينير للناس طريقهم، ويعلمهم فرائض دينهم، ويرشدهم إلى طريق الله، وهو يكون أكثر خشية لله، وإذا كانت الملائكة تستغفر لعموم المؤمنين، كما قال تعالى: {الذين يحملون العرش ومن حوله يسبحون بحمد ربهم ويؤمنون به ويستغفرون للذين آمنوا} [غافر: 7]؛ فطالب العلم ومعلم الناس الخير من باب أولى، وفي سنن الترمذي عن أبي أمامة الباهلي رضي الله عنه، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن الله وملائكته وأهل السموات والأرضين، حتى النملة في جحرها، وحتى الحوت؛ ليصلون على معلم الناس الخير"، وفي هذا تقييد للعالم وطالب العلم بأنه الذي يطلب ما فيه نفع وخير للناس في دينهم ودنياهم وآخرتهم، وهذا بيان من النبي صلى الله عليه وسلم لقيمة العلماء.

وفي الحديث: بيان فضل طلب العلم، والحث عليه.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci