Hadits: Empat Alasan Menikahi Perempuan: Apa yang Harus Diprioritaskan?
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang Maha Penyayang, yang memberi kita kesempatan untuk kembali berkumpul dan belajar bersama. Semoga shalawat dan salam tercurah untuk Nabi Muhammad ﷺ, yang telah memberikan kita petunjuk hidup yang terang benderang.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Pada hari ini, kita akan bersama-sama mengkaji sebuah hadits agung yang menjadi panduan Rasulullah ﷺ dalam salah satu keputusan terbesar dalam hidup manusia, yaitu memilih pasangan hidup. Hadits ini sangat populer, namun seringkali hanya dikutip secara singkat tanpa penghayatan yang dalam. Padahal, di balik sabda Nabi ﷺ yang ringkas ini, terdapat bimbingan luar biasa dalam membentuk rumah tangga yang kokoh, sakinah, dan diberkahi oleh Allāh ﷻ.
Jika kita melihat kondisi masyarakat hari ini, banyak pernikahan dibangun hanya atas dasar penampilan, kekayaan, atau status sosial. Media sosial, gaya hidup konsumtif, dan tekanan lingkungan telah mengaburkan pandangan banyak orang dalam menilai makna sejati sebuah keluarga. Akibatnya, tidak sedikit pasangan yang menikah dengan harapan duniawi, namun kandas di tengah jalan karena fondasi spiritual tidak kuat. Ada pula yang mengabaikan agama calon pasangan, mengira bahwa akhlak dan komitmen ibadah bisa datang belakangan, padahal itu adalah inti dari kebahagiaan rumah tangga.
Hadits ini hadir sebagai koreksi terhadap pola pikir tersebut. Rasulullah ﷺ menyebut empat sebab yang umum dijadikan alasan untuk menikahi seorang wanita—harta, keturunan, kecantikan, dan agama—namun hanya satu yang beliau anjurkan untuk diutamakan: yaitu agama. Dengan memahami hadits ini, kita tidak hanya diajarkan cara memilih pasangan yang baik, tapi juga diarahkan untuk membangun rumah tangga yang bernilai ibadah dan berorientasi akhirat.
Maka, sangat penting bagi kita untuk mempelajari hadits ini secara mendalam. Kita akan kupas satu per satu perkataan Rasulullah ﷺ dalam hadits ini, agar hati kita tercerahkan dan niat kita dalam membangun keluarga semakin lurus. Semoga dengan memahami pesan agung ini, kita menjadi pribadi yang lebih bijak dalam memilih, menilai, dan membina rumah tangga sesuai dengan tuntunan wahyu.
Mari kita membaca haditsnya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأرْبَعٍ: لِمالِها، ولِحَسَبِها، وجَمالِها، ولِدِينِها، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ، تَرِبَتْ يَداكَ.
Perempuan dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama, niscaya engkau beruntung
HR Al-Bukhari (5090) dan Muslim (1466)
Arti dan Penjelasan Per Perkataan
تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأرْبَعٍ
Perempuan dinikahi karena empat perkara.
لِمالِها
Karena hartanya.
ولِحَسَبِها
Dan karena keturunannya.
وجَمالِها
Dan karena kecantikannya.
ولِدِينِها
Dan karena agamanya.
فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ
Maka pilihlah yang memiliki agama.
تَرِبَتْ يَداكَ
Tanganmu berdebu.
Syarah Hadits
دَعَا الْإِسْلَامُ إِلَى النِّكَاحِ وَحَثَّ
عَلَيْهِ، وَوَجَّهَ لِحُسْنِ اخْتِيَارِ الزَّوْجَةِ، وَلِلنَّاسِ فِي
الِاخْتِيَارِ مَذَاهِبُ، وَلَهُمْ فِي أَوْصَافِ النِّسَاءِ مَطَالِبُ.
Islam menyeru kepada pernikahan dan menganjurkannya, serta mengarahkan untuk
memilih istri yang baik. Orang-orang memiliki berbagai cara dalam memilih, dan
mereka memiliki keinginan terhadap sifat-sifat wanita.
وَقَدْ أَخْبَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ بِأَوْصَافِ الْمَرْأَةِ الَّتِي يَتَعَلَّقُ
بِهَا النَّاسُ فِي الزَّوَاجِ، وَهِيَ الْمَالُ، وَالْحَسَبُ، وَالْجَمَالُ،
وَالدِّينُ.
Nabi ﷺ telah menjelaskan dalam hadis ini sifat-sifat wanita yang
menjadi perhatian orang-orang dalam pernikahan, yaitu harta, kedudukan,
kecantikan, dan agama.
ثُمَّ نَصَحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاعْتِبَارِ الدِّينِ، وَأَنْ يُجْعَلَ عَلَيْهِ الْمُعَوَّلُ
فِي اخْتِيَارِ الزَّوْجَةِ.
Kemudian Nabi ﷺ menasihatkan untuk memperhatikan agama, dan agar agama
dijadikan tolok ukur dalam memilih istri.
لِأَنَّ اخْتِيَارَ ذَاتِ الدِّينِ
يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ سَعَادَةُ الدَّارَيْنِ: الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ.
Karena memilih wanita yang beragama akan menghasilkan kebahagiaan di dua
tempat: dunia dan akhirat.
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «تَرَبَتْ يَدَاكَ»، أَيْ: الْتَصَقَتْ بِالتُّرَابِ، وَيُقَالُ عَلَى
مَنْ افْتَقَرَ: تَرِبَتْ يَدَاهُ.
Ucapan Nabi ﷺ: 'Tanganmu penuh debu,' artinya: tangan itu melekat pada tanah,
dan ini dikatakan kepada orang yang jatuh miskin.
وَهَذِهِ الْجُمْلَةُ جَارِيَةٌ عَلَى
أَلْسِنَةِ الْعَرَبِ، لَا يُرِيدُونَ بِهَا الدُّعَاءَ عَلَى الْمُخَاطَبِ وَلَا
وُقُوعَ الْأَمْرِ بِهِ.
Ungkapan ini umum diucapkan oleh orang Arab, mereka tidak bermaksud mendoakan
keburukan kepada orang yang diajak bicara atau berharap hal itu terjadi.
وَالْمُرَادُ بِهَا الْحَثُّ وَالتَّحْرِيضُ.
Yang dimaksud darinya adalah dorongan dan anjuran.
فَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَحُثُّ عَلَى الظَّفَرِ وَالْفَوْزِ بِصَاحِبَةِ الدِّينِ.
Maka Nabi ﷺ mendorong untuk memperoleh dan berhasil menikahi wanita yang
beragama.
لِأَنَّ النَّاسَ فِي الْعَادَةِ يَقْصِدُونَ
فِي التَّزَوُّجِ الْخِصَالَ الثَّلَاثَ الْأُخْرَى وَيُؤَخِّرُونَ ذَاتَ الدِّينِ.
Karena biasanya orang-orang mencari tiga sifat lainnya dalam pernikahan dan
mengabaikan wanita yang beragama.
فَأَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُقَدِّمَ مَا أَخَّرُوهُ.
Maka Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk mendahulukan yang telah mereka abaikan.
يَعْنِي: فَاظْفَرْ أَنْتَ أَيُّهَا
الْمُسْتَرْشِدُ بِذَاتِ الدِّينِ وَفُزْ بِهَا.
Artinya: Raihlah, wahai orang yang mencari petunjuk, wanita yang beragama, dan
dapatkanlah dia.
فَإِنَّهَا تَكْسِبُكَ مَنَافِعَ الدَّارَيْنِ.
Karena dia akan memberimu manfaat di dua tempat (dunia dan akhirat).
وَلَا مَانِعَ مِنِ اخْتِيَارِ الْمَرْأَةِ
الْجَمِيلَةِ أَوِ الْحَسِيبَةِ وَالنَّسِيبَةِ، لَكِنْ شَرِيطَةَ أَنْ تَكُونَ
ذَاتَ دِينٍ.
Tidak ada larangan memilih wanita yang cantik atau memiliki kedudukan dan
keturunan yang baik, namun dengan syarat dia beragama.
وَفِي الْحَدِيثِ: تَفْضِيلُ ذَاتِ الدِّينِ
مِنَ النِّسَاءِ عَلَى غَيْرِهَا.
Hadis ini menunjukkan keutamaan wanita yang beragama atas yang lainnya.
وَفِيهِ: الْحَثُّ عَلَى مُصَاحَبَةِ أَهْلِ
الصَّلَاحِ فِي كُلِّ شَيْءٍ.
Dan di dalamnya terdapat anjuran untuk bergaul dengan orang-orang yang saleh
dalam segala hal.
لِأَنَّ مَنْ صَاحَبَهُمْ يَسْتَفِيدُ مِنْ
أَخْلَاقِهِمْ وَيَأْمَنُ الْمَفْسَدَةَ مِنْ جِهَتِهِمْ.
Karena siapa yang bergaul dengan mereka akan mendapatkan manfaat dari akhlak
mereka dan merasa aman dari kerusakan yang berasal dari mereka.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/16407
Pelajaran dari Hadits ini
1. Menikah adalah Keputusan Besar yang Penuh Pertimbangan
Perkataan تُنْكَحُ ٱلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ (Perempuan dinikahi karena empat perkara) menunjukkan bahwa manusia memang memiliki beragam alasan saat memilih pasangan hidup. Rasulullah ﷺ menyebutkan fakta sosial yang terjadi di masyarakat, bahwa pertimbangan orang dalam memilih istri biasanya tidak lepas dari hal-hal duniawi. Islam tidak mengabaikan realitas ini, namun justru mengarahkan agar kita memilih dengan bijak. Hadits ini mengajarkan bahwa pernikahan bukan sekadar hubungan antara dua insan, tetapi keputusan besar yang akan berdampak pada masa depan kehidupan dunia dan akhirat seseorang. Oleh karena itu, keputusan menikah tidak boleh dilakukan dengan gegabah, hanya karena alasan sesaat.
2. Harta adalah Ujian, Bukan Tujuan Utama
Perkataan لِمَالِهَا (karena hartanya) menyadarkan kita bahwa kekayaan sering menjadi daya tarik dalam memilih pasangan. Namun harta hanyalah sarana, bukan jaminan kebahagiaan. Banyak orang mengejar pernikahan karena ingin hidup lebih sejahtera secara materi, tetapi jika pondasi rumah tangga hanya uang, maka saat harta itu hilang, cinta pun ikut pudar. Islam tidak melarang menikahi orang kaya, tetapi meluruskan niat bahwa harta bukanlah tujuan, melainkan amanah dan ujian. Allah ﷻ berfirman:
وَتُحِبُّونَ ٱلْمَالَ حُبّٗا جَمّٗا
(Artinya: Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan)
(Surat Al-Fajr: 20)
3. Nasab dan Keturunan Tidak Menjamin Keberkahan
Perkataan وَلِحَسَبِهَا (dan karena keturunannya) mengingatkan bahwa status keluarga, nasab, atau keturunan sering dijadikan tolok ukur dalam memilih pasangan. Banyak orang lebih percaya diri jika menikahi keturunan tokoh, pejabat, atau keluarga terpandang. Padahal, kedudukan mulia di sisi Allah bukan ditentukan oleh keturunan, melainkan oleh ketakwaan. Menjadikan nasab sebagai satu-satunya alasan menikah justru bisa mengantarkan pada kesombongan dan membanding-bandingkan. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
(Artinya: Barang siapa amalnya lambat, maka nasabnya tidak akan mempercepatnya [menuju kemuliaan])
(HR. Muslim)
4. Kecantikan Tak Akan Menjamin Ketenangan
Perkataan وَجَمَالِهَا (dan karena kecantikannya) menegaskan bahwa ketertarikan fisik memang wajar, bahkan bisa menjadi sebab seseorang menyukai calon pasangannya. Namun Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa kecantikan bukanlah nilai utama. Wajah bisa menua, tubuh bisa berubah, namun akhlak dan agama tidak akan pudar jika dipelihara. Banyak orang tertipu oleh penampilan luar, tetapi akhirnya menyesal karena tidak mengenal kualitas batin pasangan. Nabi ﷺ bersabda:
الدُّنْيَا مَتَاعٌ، وَخَيْرُ مَتَاعِهَا ٱلْمَرْأَةُ ٱلصَّالِحَةُ
(Artinya: Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah)
(HR. Muslim)
5. Agama adalah Tolok Ukur Utama dalam Pernikahan
Perkataan وَلِدِينِهَا (dan karena agamanya) menunjukkan bahwa kualitas iman dan ketaatan adalah nilai tertinggi dalam diri seorang perempuan. Wanita yang beragama akan menjaga dirinya, menjaga kehormatan suaminya, mendidik anak-anaknya dengan nilai Islam, dan menjadikan rumah tangga sebagai ladang amal. Agama mencakup akhlak, ibadah, adab, dan komitmen terhadap perintah Allah. Inilah nilai sejati yang perlu dicari dalam pasangan. Allah ﷻ berfirman:
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٞ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ
(Artinya: Dan sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia)
(Surat Adh-Dhuha: 4)
6. Utamakan Pilihan yang Membawa Keberkahan
Perkataan فَاظْفَرْ بِذَاتِ ٱلدِّينِ (maka pilihlah yang memiliki agama) adalah perintah Nabi ﷺ yang penuh hikmah. Kata faẓfar berasal dari makna kemenangan, yaitu isyarat bahwa menikahi perempuan yang beragama adalah keberuntungan besar dalam hidup. Kalimat ini menyiratkan bahwa keberhasilan dalam rumah tangga tidak diukur dari kekayaan atau status sosial, tetapi dari keberkahan dan ketenangan yang lahir dari iman dan taqwa. Rumah tangga yang dibangun atas dasar agama akan menjadi tempat tumbuhnya cinta sejati, saling memaafkan, dan saling menasihati dalam kebaikan.
7. Peringatan Tegas untuk Tidak Salah Pilih
Perkataan تَرِبَتْ يَدَاكَ (tanganmu berdebu) adalah ungkapan Arab yang menunjukkan peringatan keras. Nabi ﷺ menggunakan kalimat ini bukan untuk mendoakan keburukan, tetapi untuk menggugah kesadaran agar umat Islam tidak salah langkah. Jika seseorang hanya memilih pasangan karena harta, keturunan, atau kecantikan, maka ia akan menyesal dan celaka. Kalimat ini menjadi penutup yang tegas dan kuat dari Rasulullah ﷺ agar umat Islam benar-benar memprioritaskan agama di atas segala hal.
8. Mempersiapkan Diri Sebelum Menuntut Pasangan Shalihah
Hadits ini juga mengandung pelajaran bahwa seseorang yang ingin mendapatkan pasangan yang beragama, hendaknya terlebih dahulu memperbaiki agamanya sendiri. Karena pasangan yang shalihah adalah karunia, dan karunia itu diberikan kepada orang yang pantas. Maka, memperbaiki diri, memperbanyak amal, dan memperbaiki niat menjadi kunci dalam mendapatkan pasangan yang membawa kebaikan dunia dan akhirat. Allah ﷻ berfirman:
ٱلطَّيِّبَٰتُ لِلطَّيِّبِينَ وَٱلطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَٰتِ ۚ
(Artinya: Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula)
(Surat An-Nūr: 26)
9. Menikah Karena Allah, Bukan Karena Dunia
Hadits ini menanamkan nilai bahwa pernikahan adalah ibadah, bukan sekadar urusan dunia. Oleh karena itu, niat harus diluruskan: menikah karena ingin membentuk keluarga yang diridhai Allah, bukan sekadar memenuhi hawa nafsu atau mengejar gengsi sosial. Ketika pernikahan diniatkan karena Allah, maka rumah tangga itu akan selalu dibimbing dan dijaga oleh Allah dalam suka maupun duka. Menikah karena dunia, bisa jadi menghasilkan kecewa. Menikah karena Allah, insya Allah berbuah surga.
10. Mendidik Anak dengan Orientasi Agama dalam Memilih Pasangan
Hadits ini juga menjadi pengingat bagi para orang tua agar mendidik anak-anak mereka untuk memiliki orientasi yang benar dalam memilih pasangan. Anak-anak perlu diajarkan sejak kecil bahwa yang paling berharga dari seseorang bukanlah wajah atau kekayaan, tetapi iman dan akhlaknya. Ketika nilai-nilai ini tertanam, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah silau oleh dunia, dan lebih mengutamakan kebaikan agama dalam setiap pilihan hidup.
Secara keseluruhan, hadits ini adalah panduan hidup dalam membangun rumah tangga yang diberkahi. Ia mengajarkan orientasi yang benar, memperingatkan bahaya kesalahan dalam memilih pasangan, dan memotivasi untuk menjadikan agama sebagai fondasi kehidupan bersama. Dengan mengamalkan isi hadits ini, umat Islam dapat membentuk keluarga yang kokoh, sakinah, dan menjadi kontributor utama bagi lahirnya generasi shalih.
Penutup
Kajian
Hadirin yang dirahmati Allah,
Alhamdulillāh, setelah kita menelaah bersama hadits Nabi ﷺ tentang empat alasan umum dalam memilih pasangan hidup, kita semakin menyadari betapa dalamnya bimbingan Islam dalam membentuk keluarga yang berkualitas, bukan sekadar formalitas. Hadits ini bukan hanya petunjuk memilih istri bagi laki-laki, tetapi juga pelajaran penting bagi setiap muslim—laki-laki maupun perempuan—dalam menata orientasi hidup dan memandang makna pernikahan secara benar.
Di antara faedah utama dari hadits ini adalah bahwa Islam mengakui berbagai pertimbangan duniawi dalam hidup, seperti harta, keturunan, dan kecantikan. Namun, Islam menegaskan bahwa semua itu harus ditundukkan kepada nilai yang lebih tinggi, yaitu agama. Agama bukan hanya tentang simbol, tetapi tentang ketaatan, akhlak, amanah, dan tanggung jawab terhadap syariat. Dengan memilih pasangan karena agamanya, kita sedang menanam benih keberkahan dan perlindungan Allah dalam rumah tangga.
Hadits ini juga mengajarkan kepada kita untuk tidak tertipu oleh pesona dunia yang memudar. Penampilan bisa berubah, kekayaan bisa hilang, dan status sosial bisa runtuh. Namun, keimanan dan ketakwaan adalah pondasi yang akan menopang keluarga dalam menghadapi ujian hidup yang tak terelakkan.
Maka harapan besar dari kajian ini adalah agar setiap dari kita menjadikan agama sebagai pertimbangan utama dalam setiap keputusan penting, termasuk dalam memilih pasangan, membimbing keluarga, dan bahkan dalam menilai masa depan anak-anak kita. Bagi yang sudah menikah, hadits ini mengajarkan agar kita terus memperbaiki diri dan pasangan dalam agama. Bagi yang belum menikah, ini adalah bekal penting untuk memulai langkah dengan benar dan diberkahi.
Semoga hadits ini tidak hanya kita pahami secara ilmiah, tetapi benar-benar kita hidupkan dalam realitas. Mari kita jadikan rumah tangga kita bukan sekadar tempat tinggal, tetapi taman ibadah yang menumbuhkan iman dan mencetak generasi yang shalih dan shalihah.
Semoga Allah memberi kita pasangan yang baik, yang dapat membawa kita pada kebaikan dunia dan akhirat. Aamiin.
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
Latihan membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat