Sirah Nabawiyah (17): Hijrah Pertama Ke Habasyah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Alhamdulillāh, segala puji hanya bagi Allah ﷻ, Dzat yang telah mengutus Rasul-Nya sebagai pembawa rahmat dan petunjuk bagi alam semesta. Shalawat serta salam tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, sang teladan agung yang telah mengajarkan makna kesabaran dalam tekanan dan hijrah dalam ujian.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Di tengah zaman yang semakin terbuka namun juga penuh tekanan terhadap identitas dan keyakinan, kita menyaksikan fenomena yang mirip dengan awal-awal dakwah Islam di Makkah. Kaum muslimin, meskipun hidup dalam negeri mayoritas, tak jarang merasa terasing di tengah arus budaya yang melemahkan iman, meredupkan syiar, bahkan menjauhkan generasi muda dari jati dirinya.
Kita menyaksikan:
-
Remaja yang mulai malu menunjukkan identitas Islamnya.
-
Orang tua yang resah anaknya hidup di tengah lingkungan yang bebas tapi penuh syubhat.
-
Umat yang merasa sulit berpegang teguh pada nilai-nilai Islam tanpa tekanan sosial, cemooh, atau bahkan diskriminasi.
🔎 Di sinilah sirah Nabawiyyah menjadi cermin abadi.
Kita tidak sedang mempelajari sejarah sebagai nostalgia, tapi untuk menggali hikmah praktis, agar kita bisa menjawab tantangan zaman dengan iman yang kokoh dan bijak.
🧭 Mengapa Kajian Ini Urgen?
Kajian kita hari ini membahas peristiwa hijrah pertama ke Habasyah, yaitu saat sekelompok sahabat Rasulullah ﷺ harus meninggalkan Makkah demi menyelamatkan akidah mereka.
Ini bukan sekadar kisah pelarian, tapi potret keberanian spiritual, strategi dakwah lintas batas, dan kecerdasan Rasulullah ﷺ dalam memilih tempat perlindungan — bukan berdasarkan kekuatan militer, tapi berdasarkan keadilan penguasa dan kebebasan beragama.
Di tengah kondisi umat hari ini:
-
Di mana banyak saudara kita di negeri lain menghadapi tekanan karena agamanya,
-
Di mana keadilan tidak selalu berpihak pada yang benar,
-
Dan ketika kita harus mencari solusi Islami untuk hidup bermartabat dalam sistem yang tidak selalu Islami,
💡 Maka kisah ini menjadi teladan hidup:
Bahwa iman harus diselamatkan, meski harus hijrah — secara fisik, pemikiran, ataupun prinsip — agar tetap tegak di tengah badai.
🎯 Tujuan Kajian Hari Ini
-
Memahami secara rinci kondisi Makkah dan para sahabat sebelum hijrah.
-
Menelusuri alasan Nabi ﷺ memilih Habasyah sebagai tempat hijrah, termasuk menyingkap keadilan Raja Najāshī dan kondisi agama Kristen saat itu.
-
Menggali pelajaran-pelajaran penting yang relevan dengan kehidupan kita hari ini.
-
Membangkitkan kesadaran akan makna hijrah sejati, yaitu upaya menjaga dan membela iman dari segala bentuk kerusakan dan fitnah zaman.
Maka mari kita buka hati dan pikiran, semoga Allah menjadikan kajian ini sebagai cahaya petunjuk dan penguat iman bagi kita semua. آمين.
Hijrah
Pertama Ke Habasyah
الهِجْرَةُ الأُولَى
إِلَى الحَبَشَةِ
Hijrah Pertama Ke Habasyah
العَامُ الهِجْرِيُّ: ٨ ق هـ - الشَّهْرُ القَمَرِيُّ:
رَجَب - العَامُ المِيلَادِيُّ:
٦١٥م
Tahun Hijriyah: 8 sebelum Hijrah, Bulan Qamariyah: Rajab, Tahun Masehi: 615 M
قالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا: لَمَّا ضَاقَتْ عَلَيْنَا مَكَّةُ، وَأُوذِيَ أَصْحَابُ
رَسُولِ اللَّهِ ﷺ وَفُتِنُوا، وَرَأَوْا مَا يُصِيبُهُمْ مِنَ البَلَاءِ
وَالفِتْنَةِ فِي دِينِهِمْ،
Ummu Salamah radhiyallahu
‘anha berkata:
Ketika Makkah terasa sempit bagi kami, para sahabat Rasulullah ﷺ
disakiti dan diuji, mereka melihat apa yang menimpa mereka berupa cobaan dan
fitnah dalam agama mereka,
وَأَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ ﷺ لَا يَسْتَطِيعُ دَفْعَ ذَلِكَ عَنْهُمْ،
sedangkan Rasulullah ﷺ tidak mampu mencegah
hal itu dari menimpa mereka.
وَكَانَ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ فِي مَنَعَةٍ مِنْ قَوْمِهِ وَعَمِّهِ، لَا يَصِلُ إِلَيْهِ شَيْءٌ
مِمَّا يَكْرَهُ مِمَّا يَنَالُ أَصْحَابَهُ،
Rasulullah ﷺ sendiri
berada dalam perlindungan kaumnya dan pamannya, sehingga tidak ada yang bisa
menyentuhnya dengan hal yang tidak disukainya sebagaimana yang menimpa para
sahabatnya.
فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ
اللَّهِ ﷺ: "إِنَّ بِأَرْضِ الحَبَشَةِ مَلِكًا لَا
يُظْلَمُ عِندَهُ أَحَدٌ، فَالْحَقُوا بِبِلَادِهِ حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكُمْ
فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ."
Maka Rasulullah ﷺ bersabda kepada mereka:
"Sesungguhnya di negeri Habasyah terdapat seorang raja yang tidak ada
seorang pun yang dizalimi di sisinya. Maka pergilah ke negerinya hingga Allah
memberikan bagi kalian jalan keluar dan kelapangan dari apa yang kalian
alami."
فَخَرَجْنَا إِلَيْهَا حَتَّى اجْتَمَعْنَا
بِهَا، فَنَزَلْنَا بِخَيْرِ دَارٍ إِلَى خَيْرِ جَارٍ،
Maka kami pun berangkat menuju ke sana (Habasyah), hingga
kami berkumpul di sana. Kami tinggal di tempat terbaik dan di sisi tetangga
yang terbaik.
أَمِنَّا عَلَى
دِينِنَا، وَلَمْ نَخْشَ مِنْهُ ظُلْمًا...
Kami merasa aman terhadap agama kami, dan kami tidak takut
akan adanya kezaliman darinya...
وَقِيلَ: كَانَ مَخْرَجُهُمْ إِلَى الحَبَشَةِ
فِي رَجَبٍ فِي السَّنَةِ الخَامِسَةِ مِنَ البِعْثَةِ النَّبَوِيَّةِ..
Dan dikatakan: Mereka keluar menuju Habasyah pada bulan
Rajab di tahun kelima dari kenabian.
هَاجَرَ مِنَ المُسْلِمِينَ فِيهَا اثْنَا
عَشَرَ رَجُلًا، وَأَرْبَعُ نِسْوَةٍ، مِنْهُمْ عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانَ، وَهُوَ
أَوَّلُ مَنْ خَرَجَ، وَمَعَهُ زَوْجَتُهُ رُقَيَّةُ بِنْتُ رَسُولِ اللَّهِ ﷺ
Dari kalangan
kaum muslimin yang hijrah ke sana berjumlah dua belas laki-laki dan empat
perempuan. Di antaranya adalah ‘Utsman bin ‘Affan, yang merupakan orang pertama
yang keluar, bersama istrinya Ruqayyah binti Rasulullah ﷺ.
Sumber: https://dorar.net/history/event/17
Kondisi Makkah Sebelum Hijrah
Kondisi sebelum hijrah adalah fase keimanan diuji tanpa kompromi. Para sahabat tidak menunggu Islam menjadi kuat untuk kemudian beriman. Mereka beriman dulu — dan justru diuji karena keimanannya.
Bagi kita hari ini yang bisa berislam tanpa cambuk dan hinaan,
yang bisa salat tanpa lemparan batu,
yang bisa belajar tanpa harus sembunyi,
maka kisah ini seharusnya membangkitkan rasa malu, rasa syukur, dan semangat untuk menjaga iman, seperti mereka menjaganya dengan darah dan air mata.
Kondisi Makkah Sebelum Hijrah: Saat Iman Diuji dengan Derita
🌑 Makkah: Kota yang Keras bagi Tauhid
Pada tahun-tahun awal kenabian, Makkah — kota kelahiran Rasulullah ﷺ — berubah menjadi tempat yang sempit dan menyakitkan bagi kaum Muslimin. Di tengah gurun yang panas dan kering, hati manusia pun mengeras, menolak cahaya tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad ﷺ.
-
Makkah saat itu berada dalam cengkeraman kaum Quraisy, yang sangat menjaga kehormatan berhala, terutama tiga berhala utama: Lāt, ‘Uzzā, dan Manāt.
-
Dakwah Rasulullah ﷺ yang menyeru kepada tauhid dan penghapusan kesyirikan dianggap ancaman besar bagi tatanan sosial, politik, dan ekonomi kota.
🩸 Gelombang Teror terhadap Muslimin
Ketika dakwah sudah mulai tampak ke permukaan, kebencian terhadap Nabi ﷺ dan para pengikutnya berubah menjadi penindasan nyata. Sahabat-sahabat yang tidak memiliki kedudukan atau pelindung di tengah masyarakat Quraisy menjadi sasaran empuk.
Beberapa bentuk penyiksaan yang tercatat dalam sejarah:
-
🔥 Bilāl bin Rabāḥ رضي الله عنه diseret di padang pasir, ditindih batu besar di dada, dipaksa mengingkari Allah.
-
🔥 ‘Ammār bin Yāsir, dan orang tuanya: ibunya, Sumayyah رضي الله عنها, dibunuh dengan tombak — menjadi syahidah pertama dalam Islam.
-
🔥 Khabbāb bin al-Aratt disiksa dengan besi panas hingga punggungnya melepuh.
-
🔥 Banyak sahabat dipukuli, dikucilkan, tidak boleh berdagang, bahkan dijauhkan dari keluarga mereka sendiri.
🧬 Sosial: Miskin, Terasing, dan Terancam
-
Mayoritas dari kaum Muslimin adalah budak, hamba sahaya, orang miskin, dan perempuan.
-
Mereka tidak punya kekuatan untuk membela diri, bahkan rumah pun bukan milik mereka.
-
Mereka mengalami isolasi sosial: dilarang bertransaksi, tidak diberi air, diputus hubungan kekerabatan.
Beberapa sahabat seperti Abū Bakar ‘Usman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhuma memiliki kedudukan terhormat, tapi tetap tidak bisa melindungi seluruh kaum Muslimin. Sementara Nabi ﷺ sendiri masih dilindungi oleh pamannya Abu Ṭhalib, sehingga musuh tidak bisa menyakitinya secara langsung — namun tidak demikian dengan para sahabatnya.
🕯️ Keyakinan Tetap Menyala
Di tengah tekanan luar biasa, para sahabat tetap sabar dan tegar. Mereka:
-
Tetap melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi,
-
Menjaga ayat-ayat yang turun dari Rasulullah ﷺ dengan hafalan dan tulis tangan,
-
Berpegang teguh pada janji Allah tentang pertolongan dan kemenangan, walau belum tampak secara lahiriah.
Namun, kondisi fisik dan psikologis mereka makin melemah. Maka turunlah petunjuk ilahi melalui Rasulullah ﷺ untuk mencari tempat perlindungan sementara.
✈️ Petunjuk Hijrah Pertama
Rasulullah ﷺ bersabda kepada mereka:
إِنَّ بِالْحَبَشَةِ مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِندَهُ أَحَدٌ، فَالْحَقُوا بِبِلَادِهِ حَتَّى يَجْعَلَ اللَّهُ لَكُمْ فَرَجًا وَمَخْرَجًا مِمَّا أَنْتُمْ فِيهِ.
"Sesungguhnya di negeri Habasyah ada seorang raja yang tidak menzalimi seorang pun. Maka pergilah ke sana hingga Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar dari apa yang kalian alami."
— (HR. Ibn Ishaq dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha)
📦 Akhirnya Mereka Berangkat...
Pada bulan Rajab tahun ke-5 kenabian (sekitar 615 M), rombongan hijrah pertama pun disusun. Sebanyak:
-
12 laki-laki, dan
-
4 perempuan,
di antaranya adalah:
‘Usman bin ‘Affan radhiyallahu 'anhu dan istrinya Ruqayyah binti Rasulullah ﷺ — menjadi pasangan muslim pertama yang hijrah di jalan Allah.
Mereka menuju negeri asing, jauh dari keluarga dan tanah air — hanya demi satu alasan: agar bisa beribadah kepada Allah dengan aman.
Tentang
Habasyah
🌍 NEGERI HABASYAH (الحَبَشَة) – Latar Tempat Hijrah Pertama
📌 1. Letak Geografis dan Nama
-
Habasyah dalam bahasa Arab merujuk pada wilayah yang sekarang dikenal sebagai Ethiopia (dan sebagian wilayah Eritrea).
-
Disebut juga Aksum (Axum) — sebuah kerajaan Kristen kuat di Afrika Timur pada masa itu.
-
Terletak di seberang Laut Merah dari Jazirah Arab (dekat Yaman), menjadikannya lokasi strategis dan cukup dekat dari Makkah.
🕰️ KEADAAN POLITIK DAN SOSIAL NEGERI HABASYAH PADA ABAD KE-6 M
🛡️ 2. Kerajaan Aksum: Kerajaan Adidaya di Afrika Timur
-
Kerajaan Aksum adalah kerajaan Kristen Ortodoks yang kuat, makmur, dan memiliki sistem pemerintahan yang stabil.
-
Aksum dikenal memiliki hubungan dagang dan diplomatik dengan Romawi Timur (Bizantium), India, bahkan Arabia.
-
Secara militer, mereka kuat dan pernah menaklukkan Yaman pada awal abad ke-6, menunjukkan pengaruh regional yang besar.
⚖️ 3. Ciri Utama: Negeri yang Adil
-
Habasyah dikenal sebagai negeri yang memiliki sistem hukum yang relatif adil, bahkan untuk orang asing dan minoritas agama.
-
Dalam suasana dunia yang masih kental dengan penindasan, kekuasaan absolut, dan fanatisme kesukuan, Habasyah menjadi pengecualian.
👑 RAJA NAJASY – Ashamah bin Abjar (أَصْحَمَةُ بْنُ أَبْجَر)
📜 4. Identitas dan Latar Belakang
-
Najasy bukan nama pribadi, tapi gelar kerajaan, seperti “Pharaoh” - Firaun di Mesir.
-
Nama aslinya menurut banyak riwayat adalah Ashamah bin Abjar (أصحمة بن أبجر).
-
Seorang Kristen Ortodoks yang saleh dan cerdas.
-
Disebut dalam sumber-sumber Islam dan sejarah sebagai raja yang adil, berpendidikan, dan lembut hati.
🤝 MENGAPA RASULULLAH ﷺ MEMILIH HABASYAH DAN RAJANYA?
💡 5. Pemimpin yang Tidak Zalim
Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ بِأَرْضِ الْحَبَشَةِ مَلِكًا لَا يُظْلَمُ عِنْدَهُ أَحَدٌ.
"Sesungguhnya di bumi Habasyah ada seorang raja yang tidak ada seorang pun dizalimi di sisinya..."
(HR. Ahmad dan lainnya)
Ini menunjukkan:
-
Rasulullah ﷺ sudah mengenal reputasi Raja Najāshī: pemimpin adil, tak memihak secara zalim, bahkan terhadap minoritas.
-
Ini sangat penting karena para sahabat yang hijrah adalah kaum minoritas tak bersenjata yang membawa agama baru yang belum dikenal di sana.
📚 PERISTIWA PENTING: PERSIDANGAN NAJĀSHĪ
⚖️ 6. Interaksi Langsung dengan Raja Najāshī
-
Saat Quraisy mengirim dua utusan (Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah) untuk meminta agar kaum Muslimin dikembalikan, Raja Najāshī memanggil para sahabat dan mengadakan “persidangan” terbuka.
-
Ja‘far bin Abi Thalib berbicara mewakili kaum Muslimin, menjelaskan tentang Islam, kenabian, dan ajaran Nabi Muhammad ﷺ.
Ketika Najāshī mendengar ayat-ayat dari surat Maryam tentang kelahiran Nabi Isa عليه السلام, dia menangis, dan berkata:
مَا خَرَجَ عِيسَى بْنُ مَرْيَمَ عَمَّا جَاءَ بِهِ هَذَا (يَعْنِي النَّبِيَّ مُحَمَّدًا) بِنُقْطَةٍ!
"Tidak ada perbedaan sedikit pun antara ajaran ‘Isa bin Maryam dan apa yang dibawa oleh orang ini (Nabi Muhammad ﷺ)!"
-
Najasy menolak permintaan Quraisy dan berkata bahwa kaum Muslimin bebas tinggal di negerinya.
🌟 SIFAT DAN KEAGUNGAN NAJĀSHĪ
❤️ 7. Hatinya Lembut, Mendukung Kebenaran
-
Raja Najāshī bukan hanya adil secara politik, tapi juga terbuka terhadap kebenaran.
-
Beberapa riwayat menyebutkan ia memeluk Islam secara diam-diam, karena tekanan politik dari para uskup dan bangsawan Kristen di kerajaannya.
🕯️ 8. Kematian dan Doa Nabi ﷺ
-
Ketika Najāshī wafat, Rasulullah ﷺ melakukan shalat jenazah ghaib untuknya, menunjukkan kedudukannya yang tinggi di sisi Nabi ﷺ:
مَاتَ الْيَوْمَ رَجُلٌ صَالِحٌ، فَقُومُوا فَصَلُّوا عَلَى أَخِيكُمْ أَصْحَمَةَ.
"Hari ini telah wafat seorang lelaki saleh, maka bangkitlah dan shalatlah atas saudara kalian Ashamah." (HR. al-Bukhari & Muslim)
Pelajaran dari Kajian Sirah Ini
Agama Kristen di Habasyah Abad ke-6 – Saat Hijrah Pertama
🧭 Asal-Usul Masuknya Kristen ke Habasyah
-
Agama Kristen masuk ke Habasyah pada awal abad ke-4 M, ketika raja Ezana dari Kerajaan Aksum memeluk agama Kristen.
-
Penyebarannya dipengaruhi oleh misionaris dari Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium), terutama melalui seorang misionaris Yunani bernama Frumentius, yang kemudian menjadi Uskup pertama Aksum.
-
Sejak saat itu, Kristen menjadi agama resmi kerajaan Aksum, menjadikan Habasyah salah satu kerajaan Kristen tertua di dunia.
🏛️ Aliran Kristen yang Dominan: Miaphysitisme
-
Kristen di Habasyah saat itu menganut Miaphysitisme, aliran yang juga diikuti oleh:
-
Gereja Koptik (Mesir),
-
Gereja Armenia,
-
Gereja Syria Ortodoks.
-
-
Miaphysitisme adalah keyakinan bahwa:
❝ Yesus Kristus memiliki satu kodrat gabungan (ilahi dan insani) — bukan dua kodrat yang terpisah ❞
(Berbeda dari ajaran Konsili Khalkedon/Chalcedon: "dua kodrat yang tidak tercampur") -
Ini berarti bahwa agama Kristen di Habasyah berbeda dari Kristen Katolik Roma maupun Ortodoks Timur (Byzantium).
🔍 Apakah Masih Asli seperti Ajaran Nabi ‘Īsā عليه السلام?
🟡 Sebagian Masih Memiliki Unsur Tauhid
-
Walau sudah mengalami penyimpangan dalam aspek teologi, terutama dalam pemahaman terhadap sosok Nabi ‘Īsā,** namun Kristen Habasyah lebih dekat ke Tauhid dibanding Kristen Roma saat itu.
-
Mereka tidak menyembah patung atau berhala, dan lebih menghormati Nabi ‘Īsā daripada mendewakannya secara terang-terangan.
-
Dalam persidangan dengan Najāshī, Ja‘far bin Abī Ṭālib membaca ayat-ayat dari Surah Maryam, dan sang raja menangis karena merasa apa yang ia dengar sesuai dengan kebenaran yang ia kenal dari Injil yang asli.
🔴 Namun Tetap Sudah Terpengaruh Penyelewengan
-
Mereka tetap memiliki konsep ketuhanan ‘Īsā, meski dalam bentuk yang berbeda dari Katolik.
-
Al-Qur’an menjelaskan bahwa umat Nasrani setelah Nabi ‘Īsā:
❝ ...اِتَّخَذُوا رُهْبَانَهُمْ وَأَحْبَارَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ... ❞
“…mereka menjadikan pendeta-pendeta mereka dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah…” (QS. At-Taubah: 31) -
Maka, dari sisi akidah Islam, Kristen Habasyah saat itu tidak bisa dianggap murni mengikuti ajaran Nabi ‘Īsā عليه السلام secara utuh.
🧠 Mengapa Rasulullah ﷺ tetap mengarahkan sahabat ke negeri Kristen itu?
-
Bukan karena kesamaan akidah, tapi karena:
-
Pemimpinnya adil
-
Tidak menzalimi rakyat atau orang asing
-
Terkenal melindungi minoritas
-
Tidak memaksakan agama kepada pendatang
-
-
Rasulullah ﷺ mengenali bahwa keadilan dan kebijaksanaan raja lebih penting daripada latar belakang agama dalam konteks perlindungan terhadap jiwa dan agama umat Islam.
📊 Perbandingan Ajaran Nabi Isa Menurut Islam vs. Kristen Miaphysitisme Habasyah
Aspek | Ajaran Nabi Isa (Islam) | Kristen Miaphysitisme (Habasyah) |
---|---|---|
Status Nabi Isa | Nabi dan Rasul Allah, manusia pilihan, bukan Tuhan atau anak Tuhan. | Isa (Yesus) adalah Tuhan dan Juru Selamat dalam bentuk manusia. |
Kodrat Isa | Manusia murni, hamba Allah. Diciptakan dari kalimat Allah dan ruh-Nya (tanpa ayah). | Memiliki satu kodrat ganda: gabungan ilahi dan insani (bukan dua kodrat terpisah). |
Kelahiran | Dari Maryam secara mukjizat, tanpa ayah, atas izin Allah. | Sama – lahir dari perawan Maria secara mukjizat. |
Wahyu dan Kitab | Diberi kitab Injil yang asli (bukan empat Injil sekarang). | Percaya kepada Injil (tapi teks yang sudah dipengaruhi versi Yunani dan gereja mula-mula). |
Misi | Menyeru Bani Israil kepada tauhid, menyempurnakan syariat Musa. | Menyelamatkan manusia dari dosa asal melalui penebusan (kematian dan kebangkitan Isa). |
Penyaliban | Tidak disalib. Allah selamatkan, dan sosok lain yang diserupakan disalib. | Disalib, mati di kayu salib, lalu bangkit dan naik ke langit. |
Ketuhanan | Isa bukan Tuhan. Tauhid mutlak: “Lā ilāha illa Allāh”. | Isa adalah Tuhan dalam rupa manusia – bagian dari "misteri inkarnasi ilahi." |
Kedudukan Maryam (Maryam) | Perempuan suci, ibu Nabi Isa, wanita terbaik sepanjang masa. | Dianggap suci dan mulia, namun juga dihormati secara teologis sebagai "Theotokos" (Bunda Tuhan). |
Hari Kiamat | Nabi Isa akan turun menjelang kiamat untuk menghancurkan Dajjal dan menegakkan keadilan. | Umumnya tidak diyakini akan turun kembali. Fokus pada keselamatan rohani melalui iman kepada Isa. |
Perlu dicatat bahwa Miaphysitisme dianggap "lebih dekat" ke tauhid dibanding Trinitas (yang menyatakan tiga pribadi dalam satu Tuhan). Namun tetap tidak sesuai dengan tauhid Islam karena mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan.
Pelajaran dari Kajian Sirah Ini
1. Kesabaran dalam Menghadapi Ujian Agama
Para sahabat mengalami siksaan fisik dan tekanan psikologis karena keimanan mereka. Namun mereka tetap teguh dan sabar dalam memegang agama, bahkan rela meninggalkan tanah air demi mempertahankan akidah.
🟢 Pelajaran: Dalam kehidupan, menjaga agama dan keimanan bisa menuntut pengorbanan. Keteguhan dan kesabaran dalam menghadapi ujian adalah ciri orang beriman.
2. Peran Rasulullah ﷺ sebagai Pemimpin Bijak
Meskipun Rasulullah ﷺ sendiri belum bisa menghentikan semua gangguan yang menimpa sahabat-sahabatnya, beliau mengambil langkah strategis dengan mengarahkan mereka hijrah ke tempat yang aman.
🟢 Pelajaran: Seorang pemimpin sejati adalah yang selalu mencari solusi terbaik bagi umatnya, bahkan ketika dirinya sendiri sedang dalam tekanan. Beliau mengutamakan keselamatan dan ketenangan hati umatnya.
3. Hijrah: Jalan untuk Menjaga Agama
Hijrah bukan hanya berpindah tempat, tetapi bentuk nyata pengorbanan demi mempertahankan iman. Mereka meninggalkan harta, keluarga, dan kampung halaman demi keselamatan akidah.
🟢 Pelajaran: Dalam situasi genting, meninggalkan sesuatu yang dicintai demi menjaga agama adalah tindakan mulia yang dicontohkan generasi awal Islam.
4. Keadilan Bisa Ditemukan di Mana Saja
Rasulullah ﷺ memuji Raja Najasyi, seorang non-Muslim saat itu, karena keadilannya. Beliau mengarahkan para sahabat ke negeri yang bukan negeri Islam, tapi pemimpinnya tidak menzalimi rakyatnya.
🟢 Pelajaran: Islam menghargai keadilan dan mengakui nilai-nilai universal yang bisa ditemukan bahkan di luar komunitas Muslim. Kita diajarkan untuk mencari dan menghargai keadilan di mana pun ia berada.
5. Kepemimpinan yang Adil Menjadi Perlindungan bagi Semua
Raja Najasyi digambarkan sebagai sosok yang tidak menzalimi siapa pun di negerinya. Maka, para sahabat pun merasa aman dan tenang berada di bawah perlindungannya.
🟢 Pelajaran: Keadilan pemimpin adalah nikmat besar bagi rakyatnya. Bahkan orang asing pun akan merasakan manfaat dari kepemimpinan yang adil.
6. Hijrah Sebagai Awal Jalan Menuju Kemenangan
Perjalanan hijrah bukan akhir perjuangan, melainkan awal dari solusi dan pertolongan Allah. Dari peristiwa ini, Allah membuka jalan bagi pertolongan-Nya yang lebih besar di kemudian hari.
🟢 Pelajaran: Ketika manusia berusaha mencari jalan keluar dengan niat yang tulus karena Allah, maka Allah akan membukakan pintu pertolongan dan kemenangan.
7. Peran Keluarga dalam Perjuangan Agama
Contoh nyata: ‘Utsmān bin ‘Affān dan istrinya Ruqayyah binti Rasulullah ﷺ berhijrah bersama. Ini menunjukkan bahwa perjuangan menjaga iman bukan tugas individu saja, tapi bisa menjadi perjuangan keluarga.
🟢 Pelajaran: Suami-istri yang saling mendukung dalam ketaatan adalah anugerah besar. Keluarga yang dibangun atas dasar keimanan akan kuat menghadapi ujian.
8. Pentingnya Strategi Dakwah yang Fleksibel dan Kontekstual
Rasulullah ﷺ tidak memaksakan para sahabat untuk terus bertahan di Makkah dalam kondisi penuh tekanan. Beliau justru mengarahkan mereka untuk pergi ke wilayah yang lebih aman agar dakwah tetap bisa berlanjut.
🟢 Pelajaran: Dakwah tidak selalu harus dilakukan di tempat atau cara yang sama. Ketika kondisi tidak memungkinkan, strategi dakwah perlu disesuaikan dengan situasi demi menjaga keberlangsungan dan keberhasilan dakwah.
9. Menjaga Jiwa Termasuk Tujuan Syariat (Maqāṣid al-Sharī‘ah)
Dengan hijrah ke Habasyah, para sahabat melindungi diri dari ancaman fisik dan mental. Ini menunjukkan bahwa menjaga jiwa (ḥifẓ al-nafs) adalah prinsip penting dalam Islam.
🟢 Pelajaran: Dalam Islam, menjaga keselamatan jiwa termasuk bagian dari tujuan syariat. Ketika keselamatan jiwa terancam, hijrah atau mencari perlindungan adalah langkah yang syar‘i.
10. Memilih Lingkungan yang Mendukung Keimanan
Para sahabat memilih tinggal di lingkungan yang memungkinkan mereka tetap beribadah dan merasa aman, meskipun secara geografis jauh dari Makkah.
🟢 Pelajaran: Dalam kehidupan modern, penting bagi seorang Muslim untuk mencari dan membangun lingkungan yang mendukung pertumbuhan iman, baik secara fisik maupun sosial, seperti memilih tempat tinggal, komunitas, atau pergaulan yang baik.
11. Peran Diplomasi dalam Menjaga Dakwah
Meskipun tidak disebut dalam matan utama, konteks hijrah ke Habasyah ini nantinya akan melibatkan peran diplomasi ketika Quraisy mengirim utusan untuk meminta pemulangan kaum Muslimin.
🟢 Pelajaran: Dalam menjaga dakwah, keterampilan berdiplomasi, menjalin komunikasi yang baik dengan pihak luar, dan menjaga citra umat Islam merupakan bagian penting yang tidak bisa diabaikan.
12. Menghargai dan Mengakui Kebaikan Non-Muslim
Rasulullah ﷺ secara terbuka memuji Raja Najasyi karena keadilannya, meskipun saat itu Najasyi belum memeluk Islam secara resmi. Ini menunjukkan bahwa kebaikan seseorang bisa dihargai tanpa melihat agamanya.
🟢 Pelajaran: Islam mengajarkan kita untuk bersikap adil dan objektif. Menghargai kebaikan orang lain, termasuk non-Muslim, adalah akhlak Islami yang luhur.
13. Hijrah Bukan Tanda Kelemahan, Tapi Keputusan Strategis
Hijrah bukanlah bentuk menyerah terhadap tekanan, tetapi keputusan strategis yang menunjukkan kecerdasan dan kepekaan terhadap kondisi. Nabi ﷺ tidak menyuruh mereka untuk bertahan “asal sabar”, tapi mengambil tindakan bijak.
🟢 Pelajaran: Dalam hidup, mengambil langkah mundur sementara bukan berarti lemah. Terkadang, berpindah atau berhenti sejenak justru bagian dari perencanaan menuju kemenangan yang lebih besar.
Penutup Kajian Sirah
Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kita menapaki jejak sejarah yang agung, menelusuri episode awal perjuangan Islam dalam suasana penuh ujian. Hari ini kita telah mengkaji salah satu peristiwa penting dalam sirah nabawiyah: Hijrah pertama ke negeri Habasyah.
Sebuah peristiwa yang tampak kecil dalam ukuran sejarah global, namun menyimpan lautan hikmah bagi siapa pun yang ingin menjaga imannya di tengah arus zaman yang mengikis nilai-nilai.
Rangkuman Faedah Kajian
Dari kisah ini, kita belajar bahwa:
-
Keselamatan iman lebih utama dari kenyamanan dunia. Sahabat Nabi rela meninggalkan kampung halaman demi mempertahankan keyakinan mereka.
-
Rasulullah ﷺ adalah pemimpin yang sangat peduli pada kondisi umatnya, dan cermat dalam mengambil keputusan strategis demi melindungi mereka.
-
Negeri non-Muslim pun bisa menjadi tempat hijrah, selama di sana ada keadilan, perlindungan, dan kebebasan beragama.
-
Keadilan pemimpin adalah nikmat besar, bahkan lebih berharga daripada kesamaan keyakinan jika kezaliman merajalela.
-
Hijrah bukan hanya perpindahan tempat, tapi juga perpindahan nilai, keberanian untuk memilih Allah di atas dunia.
🌱 Harapan dan Seruan Untuk Diri Kita
Hadirin sekalian,
Kita memang tidak sedang ditindas seperti sahabat-sahabat yang berhijrah ke Habasyah,
Namun ujian hari ini juga tak kalah dahsyat: fitnah syubhat dan syahwat,
yang bisa membuat seorang Muslim menjadi asing di negerinya sendiri,
dan luntur dari jati dirinya tanpa ia sadari.
Maka mari kita jadikan pelajaran hijrah ini sebagai bahan bakar untuk hijrah kita pribadi:
-
Hijrah dari keraguan menuju keyakinan,
-
Hijrah dari kebiasaan buruk menuju kebaikan,
-
Hijrah dari pasrah kepada sistem menuju perjuangan dalam nilai Islam,
-
Hijrah dari diam terhadap kebenaran menuju peran nyata untuk Islam.
💡 Jadilah pribadi seperti para sahabat yang kokoh dalam iman, walau harus berpindah arah hidup demi menyelamatkan keyakinan.
Semoga Allah ﷻ menjadikan kita bagian dari orang-orang yang diberi taufik untuk meneladani perjuangan para sahabat, yang tidak hanya mencintai Islam di lisan, tetapi juga menjaganya dalam keputusan hidup, dalam lingkungan keluarga, dan dalam peran kita di tengah masyarakat.
رَبَّنَا
لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk...” (QS. Āli ‘Imrān: 8)
Akhirnya, semoga kajian ini tidak hanya menambah ilmu, tetapi juga menguatkan iman dan menggerakkan amal. Kita tutup dengan doa kafaratul majelis:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
وَاللَّهُ
الْمُوَفِّقُ إِلَى أَقْوَمِ الطَّرِيقِ،
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ