Hadits: Adab Memberi Salam

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, keluarga, para sahabat, serta seluruh umatnya yang mengikuti sunnah beliau hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah,
Islam adalah agama yang menanamkan kasih sayang, persaudaraan, dan kedamaian di antara sesama manusia, khususnya umat Islam. Salah satu cara yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ untuk mempererat hubungan dan menumbuhkan cinta di antara kita adalah dengan mengucapkan salam. Salam bukan sekadar sapaan, tetapi juga doa penuh makna yang membawa keberkahan dan keselamatan bagi yang memberi dan menerima.

Dalam hadits yang akan kita kaji hari ini, Rasulullah ﷺ memberikan bimbingan yang jelas tentang adab mengucapkan salam, agar tercipta harmoni dan tidak ada kebingungan mengenai siapa yang seharusnya memulai. Terkadang kita bertanya, siapa memulai salam bila orang lebih muda bertemu dengan orang yang lebih tua, orang yang berjalan bertemu dengan orang yang duduk, orang yang sedikit bertemu dengan sekumpulan orang yang lebih banyak. Yang kita pelajari di hadits nanti bukan sekadar aturan sosial, tetapi bentuk penghormatan dan kerendahan hati yang memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Mari kita kaji bersama hadits yang mulia ini: 


Hadits ke-1:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata
يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي، وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

Orang yang berkendara memberi salam kepada orang yang berjalan, orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk, dan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.

HR Al-Bukhari (6233) dan Muslim (2160)

 


Hadits ke-2:

يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ

Yang kecil memberi salam kepada yang besar, yang berjalan memberi salam kepada yang duduk, dan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.

HR Al-Bukhari (6231) dan Muslim (2160)

mp3: https://t.me/mp3qhn/324



Arti dan Penjelasan Per Kalimat



يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي

Penunggang mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki

Perkataan ini menunjukkan bahwa adab dalam Islam tidak hanya terbatas pada ucapan, tetapi juga memperhatikan kondisi dan posisi sosial atau fisik seseorang.

Dalam hal ini, orang yang berada di atas kendaraan berada dalam posisi lebih tinggi secara fisik dibanding orang yang berjalan kaki.

Islam mengajarkan bahwa yang lebih tinggi atau lebih “diuntungkan” secara posisi sebaiknya memulai salam sebagai bentuk penghormatan dan kerendahan hati.

Ini menanamkan nilai-nilai kesopanan dan menghindari sifat sombong dari orang yang mungkin merasa lebih unggul.

Dengan memulai salam, penunggang menunjukkan bahwa ia tidak menganggap dirinya lebih mulia, melainkan ingin menjaga hubungan sosial yang baik.


 وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ
Dan orang yang berjalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk

Perkataan ini menunjukkan bahwa orang yang bergerak atau melintas memiliki kewajiban lebih dahulu dalam memberi salam kepada yang diam atau menetap.

Hal ini sesuai dengan prinsip penghormatan dan perhatian terhadap orang lain yang berada dalam keadaan lebih “pasif” atau menetap.

Orang yang berjalan bisa dianggap sebagai tamu atau pengunjung terhadap orang yang duduk di suatu tempat, sehingga dia memulai salam sebagai bentuk etika.

Ini juga menumbuhkan sikap peka terhadap lingkungan sosial dan menunjukkan bahwa yang melintas tidak bersikap acuh.

Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini mengajarkan kita untuk menjadi orang yang aktif menyapa, bukan menunggu disapa.


وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Dan kelompok yang sedikit memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak

Perkataan ini mengajarkan etika sosial berdasarkan jumlah orang dalam kelompok.

Kelompok yang sedikit dianjurkan untuk memulai salam karena mereka seperti “pendatang” terhadap kelompok yang lebih besar.

Ini mencerminkan rasa hormat dan menghindari kesan menantang atau mendominasi kelompok yang lebih besar.

Selain itu, hal ini juga mengajarkan kerendahan hati dan menghindari arogansi dari kelompok kecil yang mungkin merasa eksklusif.

Nilai ini sangat penting dalam membangun suasana damai dan menghilangkan potensi kesalahpahaman antar kelompok.


يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ، 
Yang lebih muda mengucapkan salam kepada yang lebih tua

Perkataan ini mengandung prinsip penghormatan terhadap usia dan pengalaman.

Orang yang lebih muda diperintahkan untuk memulai salam sebagai bentuk adab terhadap yang lebih tua.

Ini menunjukkan pengakuan terhadap kedudukan sosial dan nilai kebijaksanaan yang dimiliki orang yang lebih tua.

Dengan memberi salam terlebih dahulu, anak muda belajar untuk menundukkan ego dan menjunjung nilai-nilai tata krama.

Ini sangat penting dalam membina hubungan sosial yang harmonis, terutama dalam keluarga dan masyarakat luas.


وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ 
Dan orang yang lewat memberi salam kepada orang yang duduk

Perkataan ini hampir serupa dengan makna “yang berjalan kepada yang duduk”, tetapi lebih menekankan konteks “melewati”.

Orang yang lewat dianggap sebagai tamu sesaat yang sebaiknya memulai sapaan kepada tuan rumah yang sedang duduk.

Ini adalah bentuk penghargaan terhadap orang yang berada di tempat itu terlebih dahulu.

Etika ini juga mendorong kesadaran sosial dalam setiap pergerakan seseorang di ruang publik.

Dengan demikian, Islam mendorong sikap saling menghormati di setiap interaksi, sekecil apa pun itu.


وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ
Dan yang sedikit (jumlahnya) kepada yang banyak

Perkataan ini diulang untuk menegaskan pentingnya adab dalam interaksi kelompok.

Pengulangan ini menunjukkan betapa Islam sangat menekankan prinsip kerendahan hati dan adab sosial dalam komunitas.

Kelompok yang lebih kecil memulai salam sebagai bentuk inisiatif baik dan upaya mencairkan suasana.

Ini membantu membentuk kultur sosial yang inklusif, di mana kelompok besar tidak merasa terancam oleh yang lebih kecil, dan sebaliknya.

Prinsip ini menjadi dasar interaksi yang penuh empati dan tata krama di masyarakat muslim.


Syarah Hadits


عَلَّمَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Nabi telah mengajarkan kepada kita.

أَسْبَابَ التَّآلُفِ وَاسْتِجْلَابِ الْمَوَدَّةِ فِيمَا بَيْنَنَا
sebab-sebab keharmonisan dan cara menarik kasih sayang di antara kita.

كَمَا حَذَّرَنَا مِمَّا يُورِثُ التَّنَافُرَ وَالتَّشَاحُنَ
Sebagaimana Beliau juga memperingatkan kita dari hal-hal yang menimbulkan perselisihan dan permusuhan.

وَمِنْ أَسْبَابِ الْمَحَبَّةِ وَالتَّآلُفِ بَيْنَ الْمُسْلِمِينَ
Dan di antara sebab-sebab kecintaan dan keharmonisan di antara kaum Muslimin.

إِفْشَاءُ السَّلَامِ بَيْنَهُمْ
adalah menyebarkan salam di antara mereka.

وَهِيَ التَّحِيَّةُ الَّتِي شَرَعَهَا اللهُ تَعَالَى لِعِبَادِهِ
Ia adalah penghormatan yang telah disyariatkan oleh Allah Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya.

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يُرْشِدُنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan dalam hadis ini, Nabi memberikan petunjuk kepada kita.

إِلَى جَمِيلِ الْآدَابِ الْإِسْلَامِيَّةِ
tentang adab-adab Islami yang indah.

الَّتِي مِنْهَا كَيْفِيَّةُ إِلْقَاءِ هَذِهِ التَّحِيَّةِ
Yang di antaranya adalah cara memberikan penghormatan ini.

فَيَقُولُ: «يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ»
Maka Beliau bersabda: 'Yang kecil memberi salam kepada yang besar.'

نَدْبًا لِلتَّوْقِيرِ وَالتَّعْظِيمِ
Sebagai anjuran untuk menghormati dan memuliakan.

وَيُسَلِّمُ الْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ
Dan yang berjalan memberi salam kepada yang duduk.

فِي أَيِّ مَكَانٍ وَبِكُلِّ حَالٍ
Di mana saja dan dalam keadaan apa pun.

سَوَاءٌ كَانَ صَغِيرًا أَوْ كَبِيرًا، قَلِيلًا أَوْ كَثِيرًا
Baik yang duduk itu kecil atau besar, sedikit atau banyak.

وَيُسَلِّمُ الْعَدَدُ الْقَلِيلُ الْمَارُّ أَوْ الْمُقْبِلُ عَلَى الْعَدَدِ الْكَثِيرِ
Dan kelompok yang sedikit yang lewat atau mendatangi kelompok yang banyak.

فَإِذَا مَرَّ فَرْدٌ أَوْ جَمَاعَةٌ بِغَيْرِهِمْ أَكْثَرَ مِنْهُمْ
Maka jika seorang individu atau sekelompok orang melewati orang lain yang lebih banyak dari mereka.

أَلْقَوُا التَّحِيَّةَ وَالسَّلَامَ
Mereka memberikan penghormatan dan salam.

وَيُسَلِّمُ أَحَدُهُمْ، وَلَا يَلْزَمُ أَنْ يُسَلِّمُوا كُلُّهُمْ
Dan salah seorang dari mereka memberi salam, tidak wajib semua memberi salam.

وَهُوَ مِنْ بَابِ التَّوَاضُعِ
Ini termasuk dalam kerendahan hati.

لِأَنَّ حَقَّ الْكَثِيرِ أَعْظَمُ
Karena hak yang banyak lebih besar.

فَإِذَا كَانُوا فَرْدَيْنِ مُتَقَابِلَيْنِ
Jika ada dua orang yang bertemu.

أَوْ كَانَتِ الْجَمَاعَتَانِ مُتَكَافِئَتَيْنِ مُتَسَاوِيَتَيْنِ
Atau dua kelompok yang setara dan seimbang.

فَخَيْرُهُمُ الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ وَيَفْتَتِحُهُ
Maka yang terbaik di antara mereka adalah yang memulai salam.

وَهَذَا مِنْ بَابِ تَنْظِيمِ التَّحِيَّةِ وَالسَّلَامِ بَيْنَ النَّاسِ
Ini termasuk dalam pengaturan penghormatan dan salam di antara manusia.

حَتَّى لَا يَخْتَلِفُوا فِيمَنْ يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
Agar mereka tidak berselisih tentang siapa yang memulai salam.

فَإِنَّ الْكَبِيرَ إِذَا سَلَّمَ عَلَى الصَّغِيرِ
Karena jika yang besar memberi salam kepada yang kecil.

أَوْ سَلَّمَ الْجَالِسُ عَلَى الْمَاشِي
Atau yang duduk memberi salam kepada yang berjalan.

أَوْ سَلَّمَ الْمَاشِي عَلَى الرَّاكِبِ
Atau yang berjalan memberi salam kepada yang berkendara.

جَازَ، وَلَكِنَّهُ خِلَافُ الْأَفْضَلِ
Itu boleh, tetapi itu menyelisihi yang lebih utama.


مِنْ فَوَائِدِ الْحَدِيثِ
Diantara faedah hadis ini:

اِسْتِحْبَابُ التَّسْلِيمِ عَلَى مَا جَاءَ بِهِ الْحَدِيثُ فَإِذَا سَلَّمَ الْمَاشِي عَلَى الرَّاكِبِ وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا ذُكِرَ, جَازَ, وَلَكِنَّهُ خِلَافُ الْأَوْلَى وَالْأَفْضَلِ

Disunnahkannya memberi salam sesuai dengan yang disebutkan dalam hadis
, maka jika yang berjalan memberi salam kepada yang berkendara atau yang lainnya sebagaimana disebutkan, itu boleh, tetapi itu menyelisihi yang lebih utama dan lebih baik.

إِفْشَاءُ السَّلَامِ عَلَى الْكَيْفِيَّةِ الَّتِي جَاءَتْ فِي الْحَدِيثِ مِنْ أَسْبَابِ الْمَحَبَّةِ وَالتَّآلُفِ

Menyebarkan salam sesuai dengan cara yang disebutkan dalam hadis termasuk sebab-sebab timbulnya kecintaan dan keharmonisan.

إِذَا كَانُوا مُتَكَافِئِينَ مُتَسَاوِينَ فِيمَا ذُكِرَ فَخَيْرُهُمُ الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ
Jika mereka setara dan sama dalam hal yang disebutkan
maka yang terbaik di antara mereka adalah yang memulai salam.

كَمَالُ هَذِهِ الشَّرِيعَةِ فِي بَيَانِ جَمِيعِ مَا يَحْتَاجُهُ النَّاسُ
Hadits ini menunjukkan kesempurnaan syariat ini dalam menjelaskan semua yang dibutuhkan manusia.

تَعْلِيمُ آدَابِ السَّلَامِ وَإِعْطَاءُ كُلِّ ذِي حَقٍّ حَقَّهُ
Hadits ini mengajarkan adab-adab salam dan memberikan hak setiap pemilik haknya.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/4467


Pelajaran dari Hadits ini


Hadits ini mengajarkan agar tidak ada perbedaan pendapat atau rasa enggan dalam memulai salam, Islam telah mengatur secara sistematis siapa yang lebih utama dalam memberi salam. Jika aturan ini diikuti, maka tidak akan ada perasaan tersinggung atau merasa lebih rendah dari orang lain.

Pelajaran lebih rinci adalah sebagai berikut:

1. Mengajarkan Rendah Hati dalam Interaksi Sosial

Dalam perkataan يُسَلِّمُ الرَّاكِبُ عَلَى الْمَاشِي (Penunggang memberi salam kepada orang yang berjalan), kita diajarkan untuk tidak merasa lebih tinggi atau mulia hanya karena berada dalam posisi fisik yang lebih unggul. Orang yang naik kendaraan biasanya berada di atas dan bisa jadi merasa memiliki kelebihan, namun Islam justru mengajarkan bahwa ia yang sebaiknya memulai salam. Ini menanamkan sikap rendah hati dan meruntuhkan kesombongan dalam hati. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman dalam Surah Al-Furqan ayat 63:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

(Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.)


2. Mengajarkan Kesantunan kepada yang Lebih Tenang

Perkataan وَالْمَاشِي عَلَى الْقَاعِدِ (Dan orang yang berjalan memberi salam kepada yang duduk) menunjukkan pentingnya menghargai orang yang sedang tenang atau diam di tempat. Orang yang berjalan dianggap sebagai pendatang atau orang baru dalam sebuah momen, sehingga ia perlu menunjukkan sikap sopan terlebih dahulu. Ini mengajarkan kita untuk tidak mengganggu kenyamanan orang lain dengan kehadiran yang dingin atau tanpa sapaan. 


3. Menumbuhkan Rasa Hormat terhadap Kelompok Besar

Perkataan وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ (Dan yang sedikit memberi salam kepada yang banyak) mengajarkan pentingnya adab kelompok kecil terhadap kelompok besar. Kelompok yang jumlahnya sedikit dianjurkan memberi salam terlebih dahulu agar terhindar dari kesan sombong atau tertutup. Ini juga menjadi bentuk inisiatif untuk menjalin komunikasi yang hangat dan inklusif. Dalam Surah Al-Hujurat ayat 11, Allah memperingatkan agar tidak merasa lebih baik dari kelompok lain:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ

(Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, bisa jadi mereka lebih baik daripada mereka.)


4. Menanamkan Adab kepada yang Lebih Tua

Dalam perkataan يُسَلِّمُ الصَّغِيرُ عَلَى الْكَبِيرِ (Yang lebih muda memberi salam kepada yang lebih tua), Islam mengajarkan penghormatan terhadap orang yang lebih tua. Anak muda tidak hanya diminta untuk menghargai, tapi juga menunjukkan rasa hormat secara aktif dengan memulai salam. Ini melatih sopan santun, menjaga tata krama, dan mengenalkan pada generasi muda pentingnya menghormati pengalaman dan kebijaksanaan. Dalam hadits disebutkan:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرِنَا

(Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda dari kami, dan tidak mengetahui hak orang yang lebih tua dari kami.) – HR. Ahmad (6733)


5. Menghargai Keberadaan Orang yang Sudah Ada di Tempat

Perkataan وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ (Orang yang lewat memberi salam kepada orang yang duduk) menunjukkan bahwa orang yang sedang berjalan atau lewat sebaiknya memberi salam kepada orang yang sedang berada di tempat itu. Ini karena yang lewat dianggap sebagai tamu sesaat, sehingga salam menjadi tanda hormat dan pengakuan atas keberadaan yang lain. 


6. Menjaga Harmoni Antar Kelompok Berbeda

Pengulangan perkataan وَالْقَلِيلُ عَلَى الْكَثِيرِ (Yang sedikit kepada yang banyak) menunjukkan pentingnya prinsip ini dalam menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat. Pengulangan ini memperkuat pesan bahwa interaksi sosial tidak boleh dikotori oleh perasaan gengsi atau perbedaan jumlah. Ini mengajarkan bahwa inisiatif baik bisa datang dari siapa pun, bahkan yang lebih kecil atau sedikit sekalipun. Dalam Surah Al-Isra’ ayat 53, Allah berfirman:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ

(Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku agar mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik.)


7. Mendorong Inisiatif Sosial yang Aktif

Hadits ini juga mengajarkan bahwa seorang muslim seharusnya tidak pasif dalam interaksi sosial. Baik dalam posisi atas, lewat, sendiri, maupun dalam kelompok kecil, seseorang didorong untuk aktif memberi salam terlebih dahulu. Ini menciptakan suasana saling menyapa yang positif, dan menjadikan masyarakat lebih ramah. Dalam hadits disebutkan:

أَفْشُوا السَّلَامَ تَسْلَمُوا، وَالأَشَرَةُ شَرٌّ

(Sebarkanlah salam, niscaya kalian akan selamat, dan sifat berlebih-lebihan adalah keburukan.) – HR. Ahmad (18553)


8. Menumbuhkan Rasa Aman dan Damai di Masyarakat

Memberi salam bukan hanya adab, tapi juga cara menyebarkan rasa aman. Kata "السلام" berarti kedamaian. Saat seseorang memulai salam, ia menyatakan niat baik dan kedamaian. Ini penting untuk meredam potensi konflik atau rasa curiga dalam masyarakat. Dalam Surah An-Nur ayat 27, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّىٰ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَىٰ أَهْلِهَا

(Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masuk ke rumah-rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.)


9. Menghindari Kesombongan Sosial

Hadits ini juga menegur secara halus sikap angkuh atau merasa tidak perlu menyapa orang lain karena merasa lebih tua, lebih banyak, atau lebih kuat. Islam mengajarkan bahwa memberi salam itu bukan urusan status, tapi adab dan kebersamaan. Dalam hadits disebutkan:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

(Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya terdapat seberat dzarrah dari kesombongan.) – HR. Muslim (91)


10. Mendidik Anak-Anak Sejak Dini dalam Adab Islam

Dari isi hadits ini juga bisa diambil pelajaran bahwa adab memberi salam sebaiknya ditanamkan sejak dini. Anak-anak perlu dibiasakan menyapa orang tua, memberi salam ketika lewat atau datang, agar tumbuh menjadi pribadi yang ramah dan tawadhu’. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ

(Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.) – HR. Ahmad (8952)


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan adab dalam berinteraksi sosial secara runtut dan penuh hikmah. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tapi juga hubungan antar sesama. Memberi salam menjadi simbol kerendahan hati, penghormatan, dan penyebar kedamaian. Dari posisi fisik, usia, jumlah, hingga gerakan, semuanya diatur agar setiap muslim menjadi pribadi yang penuh sopan santun dan cinta damai.

 


Penutup Kajian


 Hadirin yang dirahmati Allah,

Dari kajian hadits ini, kita telah belajar bahwa Islam mengajarkan keteraturan dalam interaksi sosial, sekaligus menanamkan sikap rendah hati dan penghormatan terhadap sesama. Oleh karena itu, marilah kita membiasakan diri mengucapkan salam dengan penuh kesadaran, bukan hanya sebagai formalitas, tetapi sebagai bentuk ibadah dan wujud kecintaan kepada saudara seiman.

Semoga kajian ini semakin menambah pemahaman kita tentang pentingnya salam dalam kehidupan sehari-hari, serta menjadikan kita umat yang penuh kasih dan keberkahan. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

 

 

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَىٰ أَقْوَمِ الطَّرِيقِ.

Kita tutup kajian dengan doa kafaratul majelis:

🌿 سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ.

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci