Tafsir: Dakwah Itu Mengajak Manusia Kepada Allah - QS Yusuf (108)

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

 الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

🔸 Latar Belakang Permasalahan
Hadirin yang dirahmati Allah, kita hidup di zaman di mana informasi begitu mudah diakses, tetapi tidak semuanya berdasarkan ilmu yang benar. Banyak orang yang berbicara tentang Islam, menyampaikan dakwah, tetapi tanpa dasar ilmu yang kuat. Ada yang berdakwah hanya dengan perasaan, tanpa merujuk kepada dalil yang jelas. Ada pula yang mengajak kepada Islam, tetapi justru mencampurinya dengan kesyirikan dan penyimpangan.

Di sisi lain, kita juga melihat sebagian umat Islam merasa tidak memiliki kewajiban untuk berdakwah. Mereka menganggap bahwa dakwah hanya tugas para ustaz dan ulama, padahal dalam ayat yang akan kita kaji, Allah menegaskan bahwa dakwah adalah jalan Nabi Muhammad ﷺ dan orang-orang yang mengikutinya. Jika kita benar-benar mengikuti Rasulullah ﷺ, maka kita juga harus mengambil peran dalam dakwah sesuai dengan kemampuan kita.

Selain itu, masih banyak di antara kita yang belum memahami bahwa dakwah bukan sekadar menyampaikan, tetapi harus berdasarkan basirah—ilmu, pemahaman yang benar, serta hujjah yang kuat. Tanpa basirah, dakwah bisa menjadi samar, bahkan menyimpang dari tujuan utamanya, yaitu menyeru manusia kepada tauhid, menyelamatkan mereka dari kesyirikan, dan mengantarkan mereka menuju ridha Allah.

🔸 Urgensi Mempelajari Tafsir Ayat Ini
Karena itulah, kita akan mengkaji Surat Yusuf ayat 108, di mana Allah memberikan pedoman kepada Rasulullah ﷺ tentang hakikat dakwah yang benar. Ayat ini bukan hanya menjelaskan bahwa dakwah adalah tugas Rasulullah ﷺ, tetapi juga tugas kita sebagai pengikutnya.

Dari ayat ini, kita akan memahami beberapa poin penting:

  1. Hakikat dakwah yang benar – bagaimana dakwah harus dilakukan atas dasar ilmu yang kokoh.
  2. Siapa yang berkewajiban berdakwah – bahwa setiap Muslim yang mengikuti Rasulullah ﷺ memiliki tanggung jawab dalam dakwah.
  3. Arah dakwah yang benar – bahwa dakwah harus murni menyeru kepada Allah, bukan kepada kepentingan pribadi, kelompok, atau duniawi.
  4. Bahaya kesyirikan dalam dakwah – mengapa seorang dai harus tegas dalam memurnikan tauhid dan menjauhkan umat dari segala bentuk kesyirikan.

Dengan memahami ayat ini secara mendalam, kita berharap bisa menjalankan dakwah dengan benar, sesuai dengan jalan yang ditempuh oleh Rasulullah ﷺ. Semoga kajian ini menjadi wasilah bagi kita untuk semakin memahami kewajiban kita sebagai Muslim dan semakin bersemangat dalam menyampaikan kebenaran Islam dengan cara yang benar.

Mari kita simak bersama tafsir dari ayat ini dan mengambil pelajaran yang berharga darinya.

------ 

Al-Quran Surat Yusuf (108)

قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِىۖ وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Katakanlah (Muhammad), "Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku menyeru kepada Allah dengan basirah (hujjah yang jelas). Mahasuci Allah, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik."

(QS. Yusuf: 108)


Arti Per Kalimat


قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِى

Katakanlah (wahai Muhammad), "Inilah jalanku."

Rasulullah diperintahkan untuk menjelaskan bahwa jalan yang beliau tempuh dalam berdakwah adalah jalan yang lurus, yakni mengajak manusia kepada tauhid dan kebenaran.


أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ

Aku menyeru kepada Allah.

Seruan atau dakwah ini mengajak manusia kepada Allah, yakni kepada ibadah yang murni hanya kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.


عَلَىٰ بَصِيرَةٍ

Dengan basirah (hujjah yang jelas).

Kata بَصِيرَةٍ (baṣīrah) berarti ilmu yang kuat, keyakinan yang mantap, dan hujjah yang jelas. Artinya, dakwah yang benar harus dilandasi oleh ilmu, bukan sekadar perasaan, kebiasaan, atau ikut-ikutan.


أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى

Aku dan orang-orang yang mengikutiku.

Rasulullah dan para pengikutnya, yaitu para sahabat dan orang-orang yang mengikuti jejak beliau dengan ilmu dan keyakinan, semuanya berdakwah dengan cara yang sama—dengan hujjah yang jelas.


وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ

Mahasuci Allah.

Ini adalah bentuk tasbih, yaitu penyucian Allah dari segala kekurangan, termasuk dari anggapan bahwa Allah membutuhkan sekutu atau perantara dalam ibadah.


وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ

Dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.

Rasulullah menegaskan bahwa beliau sepenuhnya berlepas diri dari kesyirikan, baik dalam keyakinan maupun amalan. Ini menjadi peringatan bagi umatnya agar menjauhi segala bentuk penyekutuan terhadap Allah.


Tafsir Ayat


يَقُولُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ﷺ: {قُلْ} لِلنَّاسِ {هَذِهِۦ سَبِيلِىٓ} أَيْ: طَرِيقَتِى وَمَسْلَكِى الَّذِى أَنَا عَلَيْهِ، {أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ} وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، {عَلَىٰ بَصِيرَةٍ} أَيْ: يَقِينٍ وَطُمَأْنِينَةٍ، وَهِيَ ٱلْحُجَّةُ ٱلْوَاضِحَةُ وَٱلْعِلْمُ ٱلتَّامُّ. {أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى} أَيْ: أَنَا وَمَنِ ٱتَّبَعَنِي نَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ، فَكُلٌّ مِّنَّا يَجِبُ عَلَيْهِ أَن يَكُونَ دَاعِيًا إِلَىٰ تَوْحِيدِ ٱللَّهِ وَدِينِهِ، وَأَمْرِهِ وَنَهْيِهِ، {وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ} عَمَّا نَسَبَهُ إِلَيْهِ ٱلْمُشْرِكُونَ، {وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ} بَلْ أَنَا مُبَايِنٌ لَهُمْ فِي طَرِيقَتِهِمْ، مُخَالِفٌ لَهُمْ فِي مَذْهَبِهِمْ، وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلْجَنَّةِ، وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْمَخْلُوقِينَ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْخَالِقِ.


Arti per kalimat

يَقُولُ تَعَالَى لِنَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ﷺ
Allah Ta'ala berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad :

{قُلْ} لِلنَّاسِ {هَذِهِۦ سَبِيلِىٓ}
"Katakanlah kepada manusia: 'Inilah jalanku.'"

أَيْ: طَرِيقَتِى وَمَسْلَكِى الَّذِى أَنَا عَلَيْهِ
Yakni, caraku dan jalanku yang aku tempuh.

أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ
"(Aku) menyeru kepada Allah, hanya kepada-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya."

عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَيْ: يَقِينٍ وَطُمَأْنِينَةٍ
"Dengan basirah," yaitu dengan keyakinan dan ketenangan hati.

وَهِيَ ٱلْحُجَّةُ ٱلْوَاضِحَةُ وَٱلْعِلْمُ ٱلتَّامُّ
Dan itu adalah hujjah (bukti) yang jelas serta ilmu yang sempurna.

{أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى}
"(Aku dan orang yang mengikutiku)."

أَيْ: أَنَا وَمَنِ ٱتَّبَعَنِي نَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ
Maksudnya, aku dan para pengikutku menyeru kepada Allah dengan basirah.

فَكُلٌّ مِّنَّا يَجِبُ عَلَيْهِ أَن يَكُونَ دَاعِيًا إِلَىٰ تَوْحِيدِ ٱللَّهِ وَدِينِهِ، وَأَمْرِهِ وَنَهْيِهِ
Maka setiap dari kami wajib menjadi penyeru kepada tauhid Allah, agama-Nya, perintah-Nya, dan larangan-Nya.

وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا نَسَبَهُ إِلَيْهِ ٱلْمُشْرِكُونَ
"Mahasuci Allah dari apa yang disandarkan kepada-Nya oleh kaum musyrik."

{وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ}
"Dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik."

بَلْ أَنَا مُبَايِنٌ لَهُمْ فِي طَرِيقَتِهِمْ، مُخَالِفٌ لَهُمْ فِي مَذْهَبِهِمْ
"Bahkan aku berlepas diri dari jalan mereka dan menentang keyakinan mereka."

وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلْجَنَّةِ
"Mereka menyeru kepada neraka, sedangkan aku menyeru kepada surga."

وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْمَخْلُوقِينَ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْخَالِقِ
"Mereka menyeru kepada penyembahan makhluk, sedangkan aku menyeru kepada penyembahan Sang Pencipta."

Maraji: Tafsir As-Sa’di


Pelajaran dari Ayat ini


 

1. Dakwah Harus Berdasarkan Ilmu yang Jelas (بَصِيرَةٍ)

  • Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk mendakwahkan Islam berdasarkan hujjah dan ilmu yang kuat.
  • Basirah (بَصِيرَةٍ) adalah ilmu yang didasari keyakinan dan pemahaman yang jelas, bukan sekadar ikut-ikutan atau emosional.
  • Seorang dai harus memiliki ilmu agama yang mendalam agar dakwahnya tidak keliru atau menyesatkan.

2. Setiap Muslim Harus Berdakwah

  • Potongan ayat أَنَا وَمَنِ ٱتَّبَعَنِى ("Aku dan orang yang mengikutiku") menunjukkan bahwa setiap pengikut Rasulullah ﷺ juga harus berdakwah.
  • Dakwah tidak terbatas pada ulama saja, tetapi setiap Muslim memiliki kewajiban menyampaikan kebenaran sesuai kapasitasnya.
  • Dakwah bukan hanya tugas Nabi ﷺ, melainkan juga tugas para sahabat dan kaum Muslimin hingga hari kiamat.

3. Dakwah Harus Menuju Tauhid

  • Kalimat أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ ("Aku menyeru kepada Allah") menunjukkan bahwa inti dakwah adalah menyeru manusia kepada tauhid.
  • Dakwah bukan hanya mengajarkan akhlak atau hukum Islam saja, tetapi harus menekankan keesaan Allah dalam ibadah.
  • Seorang Muslim harus menjauhkan manusia dari kesyirikan dalam bentuk apa pun.

4. Dakwah Harus Dilakukan dengan Ikhlas

  • Kalimat وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ("Hanya kepada-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya") menunjukkan bahwa dakwah harus murni untuk Allah.
  • Seorang dai tidak boleh mencari keuntungan duniawi atau popularitas dari dakwahnya.
  • Dakwah yang ikhlas akan lebih berpengaruh dalam menyentuh hati manusia.

5. Dakwah Islam Bertentangan dengan Kesyirikan

  • Kaimat وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ("Dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik") menunjukkan bahwa dakwah Islam menolak segala bentuk kesyirikan.
  • Islam tidak bisa bercampur dengan ajaran yang mengandung syirik, baik dalam akidah maupun ibadah.
  • Seorang Muslim harus berlepas diri dari keyakinan dan kebiasaan kaum musyrik.

6. Kesucian Allah dari Penyimpangan Aqidah

  • Kalimat وَسُبْحَٰنَ ٱللَّهِ ("Mahasuci Allah") menunjukkan bahwa Allah tidak memiliki kekurangan dan tidak butuh sekutu.
  • Menyekutukan Allah dalam ibadah adalah bentuk penyimpangan yang bertentangan dengan kesucian-Nya.
  • Dakwah Islam bertujuan untuk mengembalikan manusia kepada pemahaman yang benar tentang Allah.

7. Perbedaan Jalan Rasulullah ﷺ dengan Kaum Musyrik

  • Kalimat بَلْ أَنَا مُبَايِنٌ لَهُمْ فِي طَرِيقَتِهِمْ، مُخَالِفٌ لَهُمْ فِي مَذْهَبِهِمْ ("Bahkan aku berlepas diri dari jalan mereka dan menentang keyakinan mereka") menunjukkan bahwa Islam tidak mengikuti cara hidup kaum musyrik.
  • Islam memiliki prinsip sendiri yang berbeda dengan ajaran yang menyimpang.
  • Seorang Muslim harus menjaga identitas keislamannya dan tidak meniru kebiasaan kaum musyrik.

8. Jalan Dakwah Rasulullah ﷺ Menuju Surga, Jalan Musyrikin Menuju Neraka

  • Kalimat وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَى ٱلنَّارِ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱلْجَنَّةِ ("Mereka menyeru kepada neraka, sedangkan aku menyeru kepada surga") menunjukkan bahwa ajakan kaum musyrik membawa manusia kepada kehancuran.
  • Sebaliknya, Islam mengajak manusia kepada keselamatan dan kebahagiaan di dunia serta akhirat.
  • Seorang dai harus selalu mengingatkan umat agar menjauhi jalan yang menjerumuskan ke dalam neraka.

9. Islam Mengajak kepada Penyembahan Allah, Bukan Makhluk

  • Kalimat وَهُمْ يَدْعُونَ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْمَخْلُوقِينَ، وَأَنَا أَدْعُوٓا۟ إِلَىٰ عِبَادَةِ ٱلْخَالِقِ ("Mereka menyeru kepada penyembahan makhluk, sedangkan aku menyeru kepada penyembahan Sang Pencipta") menunjukkan perbedaan mendasar antara Islam dan kesyirikan.
  • Kaum musyrik menyembah berhala, roh, manusia, atau benda lainnya, sedangkan Islam mengajak untuk menyembah hanya Allah.
  • Dakwah harus selalu mengingatkan manusia untuk mengesakan Allah dalam ibadah.

Kesimpulan 

Dari tafsir As-Sa'di atas Surat Yusuf ayat 108, kita bisa menyimpulkan kandungan ayat ini yaitu:

  1. Dakwah harus dilakukan dengan ilmu yang benar.
  2. Setiap Muslim harus berdakwah sesuai kemampuannya.
  3. Tauhid adalah inti dari dakwah Islam.
  4. Dakwah harus dilakukan dengan ikhlas hanya untuk Allah.
  5. Islam bertentangan dengan kesyirikan dan tidak boleh bercampur dengannya.
  6. Allah Mahasuci dari segala bentuk penyimpangan aqidah.
  7. Seorang Muslim harus menjaga identitas Islam dan menjauhi jalan kaum musyrik.
  8. Islam mengajak kepada surga, sedangkan jalan kesyirikan mengarah ke neraka.
  9. Dakwah Islam mengajak manusia untuk menyembah Allah, bukan makhluk.

 


Penutup Kajian


 Hadirin sekalian yang dirahmati Allah, setelah kita mengkaji tafsir Surat Yusuf ayat 108, kita telah memahami bahwa ayat ini memberikan panduan yang sangat berharga dalam kehidupan kita, khususnya dalam menjalankan dakwah dan memperjuangkan agama ini.

🔸 Faedah dari Tafsir Ayat Ini
Dari kajian ini, ada beberapa pelajaran penting yang harus kita pegang teguh:

  1. Dakwah adalah jalan hidup Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya – Siapa pun yang mengaku mengikuti Nabi ﷺ harus mengambil bagian dalam dakwah, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya.
  2. Dakwah harus berdasarkan ilmu (بَصِيرَةٍ) – Tidak boleh asal menyampaikan, tetapi harus memiliki pemahaman yang benar, dalil yang kuat, serta metode yang tepat.
  3. Dakwah harus murni menyeru kepada Allah (إِلَى اللَّهِ) – Bukan untuk mencari ketenaran, kepentingan pribadi, atau sekadar membela kelompok, melainkan hanya untuk menegakkan agama Allah.
  4. Tauhid adalah inti dakwah Islam – Seorang dai harus memastikan bahwa dakwahnya menegaskan keesaan Allah dan menjauhkan manusia dari segala bentuk kesyirikan.
  5. Seorang Muslim harus berlepas diri dari jalan dan ajaran kaum musyrikin – Tidak boleh ada kompromi dalam hal prinsip akidah dan tauhid.

🔸 Harapan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
Setelah memahami ayat ini, semoga kita semua dapat mengambil langkah konkret dalam kehidupan sehari-hari:
Mulai berdakwah sesuai kemampuan – Tidak harus menjadi seorang ulama untuk berdakwah, cukup dengan menyampaikan ilmu yang benar kepada keluarga, sahabat, dan lingkungan sekitar.
Meningkatkan ilmu sebelum berdakwah – Jangan sampai kita menyampaikan sesuatu yang kita sendiri belum memahaminya dengan baik.
Menjaga keikhlasan dalam dakwah – Semua amal harus hanya untuk Allah, bukan untuk mencari popularitas atau keuntungan dunia.
Menjadi teladan dalam akhlak dan perbuatan – Dakwah bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan ajaran Islam.
Menjaga kemurnian tauhid dalam ibadah – Menjauhkan diri dari segala bentuk kesyirikan dan memastikan ibadah kita benar-benar hanya untuk Allah.

🔸 Penutup
Semoga kajian ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kita adalah umat yang diberi tanggung jawab untuk menyampaikan kebenaran. Semoga Allah menjadikan kita semua sebagai hamba-Nya yang berdakwah dengan ilmu, ikhlas dalam amal, dan istiqamah dalam kebenaran.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَدْعُونَ إِلَى دِينِكَ عَلَى بَصِيرَةٍ، وَثَبِّتْنَا عَلَى التَّوْحِيدِ حَتَّى نَلْقَاكَ وَأَنْتَ رَاضٍ عَنَّا

(Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang berdakwah kepada agama-Mu dengan basirah, dan teguhkanlah kami di atas tauhid hingga kami bertemu dengan-Mu dalam keadaan Engkau ridha kepada kami.)

Kita tutup kajian ini dengan doa kafaratul majelis:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers