Hadits: Membaca Al-Quran Dengan Suara Lirih Lebih Utama

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan kita petunjuk melalui Al-Qur'an dan sunnah Rasul-Nya, serta menjadikan hati kita tetap teguh di atas agama-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam, keluarga beliau, para sahabat, dan umatnya yang senantiasa mengikuti petunjuk hingga akhir zaman.

Hadirin jamaah yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan kali ini, kita akan mempelajari sebuah hadits yang sangat penting dan relevan dalam kehidupan kita sehari-hari, yaitu tentang bagaimana kita memosisikan amal-amal kebaikan, baik itu amal ibadah seperti membaca Al-Qur'an maupun amal sosial seperti sedekah. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan perumpamaan yang sangat indah dalam hadits ini, sehingga kita dapat memahami bagaimana seharusnya sikap kita dalam beramal.

Mari kita baca haditsnya dulu:

-----

Dari Uqbah bin 'Amir radhiyallahu'anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda

الجَاهِرُ بِالْقُرْآنِ كَالجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ، وَالْمُسِرُّ بِالْقُرْآنِ كَالْمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ

Orang yang membacakan Al-Qur'an secara terang-terangan adalah seperti orang yang membagikan sedekah secara terang-terangan, dan orang yang menyembunyikan bacaan Al-Qur'an adalah seperti orang yang menyembunyikan sedekah.

(HR. At Tirmidzi no.2919, Abu Daud no.1333, Al Baihaqi, 3/13)

Mp3: https://t.me/mp3qhn/129

 


Syarah Hadits



العِبَادَاتُ كُلُّهَا يَنْبَغِي أَنْ تَكُونَ خَالِصَةً لِوَجْهِ اللَّهِ،

Semua ibadah harus dilakukan semata-mata karena wajah Allah,

وَلَا يُطْلَبَ بِهَا الرِّيَاءُ وَلَا السُّمْعَةُ وَلَا التَّفَاخُرُ بَيْنَ النَّاسِ

dan tidak boleh ada riya', tidak ada sum'ah (ingin didengar orang), dan tidak ada pamer di antara manusia

لِأَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْ كُلِّ ذَلِكَ،

karena Allah Maha Kaya dari semua itu,

وَإِنَّمَا يَقْبَلُ مِنْ تِلْكَ العِبَادَاتِ مَا كَانَ خَالِصًا لِوَجْهِهِ سُبْحَانَهُ.

dan hanya menerima dari ibadah tersebut yang dilakukan dengan ikhlas karena wajah-Nya, Maha Suci Dia.

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الجَاهِرُ بِالقُرْآنِ،

Dalam hadis ini, Nabi bersabda: Orang yang membacakan Al-Qur'an dengan terang-terangan,

أَي: الَّذِي يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالقُرْآنِ فِي القِرَاءَةِ،

yaitu orang yang mengangkat suaranya saat membaca Al-Qur'an,

وَخَاصَّةً أَمَامَ النَّاسِ كَالجَاهِرِ بِالصَّدَقَةِ،

terutama di hadapan orang banyak seperti orang yang menyedekahkan dengan terang-terangan,

أَي: مِثْلُ المُجَاهِرِ المُعْلِنِ لِصَدَقَتِهِ أَمَامَ النَّاسِ

yaitu seperti orang yang mengumumkan sedekahnya di depan orang banyak,

وَالمُسِرُّ بِالقُرْآنِ كَالمُسِرِّ بِالصَّدَقَةِ،

dan orang yang membaca Al-Qur'an dengan diam-diam seperti orang yang menyembunyikan sedekahnya,

أَي: مَنْ يَقْرَأُ فِي سِرِّهِ وَيَتَدَبَّرُ بِعَقْلِهِ مِثْلَ الَّذِي يُخْفِي صَدَقَتَهُ عَنْ أَعْيُنِ النَّاسِ،

yaitu orang yang membaca dalam diam dan merenung (men-tadabburi) dengan akalnya seperti orang yang menyembunyikan sedekahnya dari pandangan manusia,

وَالإِسْرَارُ أَفْضَلُ فِي حَقِّ مَنْ يَخَافُ الرِّيَاءَ

dan menyembunyikan itu lebih baik bagi orang yang takut akan riya' (pamer)

لِأَنَّ الإِسْرَارَ أَبْعَدُ عَنْ الرِّيَاءِ

karena menyembunyikan lebih jauh dari riya

فَإِنْ لَمْ يَخَفْ، فَالجَهْرُ أَفْضَلُ بِشَرْطِ أَلَّا يُؤْذِي غَيْرَهُ وَلَا يَتَأَذَّى بِقِرَاءَتِهِ أَحَدٌ كَمُصَلٍّ أَوْ نَائِمٍ أَوْ غَيْرِهِمَا،

jika tidak takut, maka mengeraskan suara lebih baik dengan syarat tidak menyakiti orang lain atau mengganggu mereka seperti orang yang sedang shalat atau tidur, atau yang lainnya,

 وَالعَمَلُ فِي الجَهْرِ أَكْثَرُ،

dan amal dalam keadaan mengeraskan suara lebih banyak,

وَيَتَعَدَّى نَفْعُهُ إِلَى غَيْرِ القَارِئِ

dan manfaatnya meluas kepada selain pembacanya,

وَيُوقِظُ قَلْبَ القَارِئِ، وَيَجْمَعُ هَمَّهُ إِلَى الفِكْرِ،

dan ia membangunkan hati pembacanya, mengumpulkan perhatiannya untuk berpikir,

وَيَصْرِفُ سَمْعَهُ إِلَيْهِ

dan mengalihkan pendengarannya kepada bacaan itu

وَيَطْرُدُ النَّوْمَ، وَيَزِيدُ فِي النَّشَاطِ

dan mengusir rasa kantuk, serta menambah semangat

فَمَتَى حَضَرَهُ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ النِّيَاتِ فَالجَهْرُ أَفْضَلُ

maka jika hadir niat-niat seperti ini, mengeraskan suara lebih baik

فَإِذَا كَانَ الجَهْرُ يَتَرَتَّبُ عَلَيْهِ مَصْلَحَةٌ،

dan jika mengeraskan suara membawa manfaat,

فَهَذَا الجَهْرُ أَوْلَى،

maka hal itu lebih utama,

وَإِذَا لَمْ يَكُنْ فِي الجَهْرِ مَصْلَحَةٌ فَالإِسْرَارُ أَوْلَى،

dan jika tidak ada manfaat dalam mengeraskan suara, maka menyembunyikan lebih utama,

فَهَذَا أَفْضَلُ مِنْ هَذِهِ النَّاحِيَةِ.

Ini lebih baik dari sisi tersebut.

وَقِيلَ: مَا كَانَ فِيهِ التَّدَبُّرُ أَتَمَّ فَهُوَ الأَفْضَلُ.

Dan ada yang mengatakan: apa pun yang menyempurnakan tadabbur, maka itulah yang terbaik.

وَفِي الحَدِيثِ: مَدْحُ الإِسْرَارِ بِالعِبَادَاتِ مَعَ إِخْلَاصِهَا لِلَّهِ.

Dalam hadis ini, terdapat pujian terhadap menyembunyikan ibadah dengan ikhlas hanya karena Allah.

وَفِيهِ: بَيَانُ أَنَّهُ لَا أَجْرَ لِمَنْ يُرَائِي بِعِلْمِهِ وَقِرَاءَتِهِ.

Dan juga menunjukkan bahwa tidak ada pahala bagi orang yang riya' dengan ilmu dan bacaannya.

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/21308


Pelajaran dari hadits ini


 

1. Ibadah Harus Ikhlas Karena Allah

  • Semua bentuk ibadah yang dilakukan oleh seorang Muslim harus murni hanya untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk riya' (pamer), sum'ah (ingin didengar orang), atau untuk pamer di hadapan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa niat dalam beribadah adalah hal yang sangat penting. Ibadah yang tidak dilakukan dengan niat yang ikhlas hanya akan sia-sia dan tidak diterima oleh Allah.
  • Pelajaran penting: Dalam beribadah, kita harus menjaga niat dan motivasi kita agar tidak tercemar oleh riya' atau tujuan selain mencari keridhaan Allah.

2. Perbandingan Antara Membaca Al-Qur'an dengan Jelas dan dengan Diam

  • Hadis ini menjelaskan dua jenis cara membaca Al-Qur'an: jahar (membaca dengan suara keras) dan israr (membaca dengan suara pelan). Keduanya memiliki keutamaan dan konteks yang berbeda.
    • Jahar (membaca dengan keras) lebih baik jika ada manfaat, seperti agar orang lain bisa mendengarnya dan mengambil manfaat. Hal ini juga bisa membantu untuk membangunkan hati pembaca dan meningkatkan semangat dalam beribadah.
    • Israr (membaca dengan pelan) lebih baik jika seseorang khawatir riya', atau jika ia sedang dalam kondisi yang lebih private atau tidak ingin mengganggu orang lain. Membaca dengan diam adalah pilihan terbaik untuk menghindari niat yang salah dalam beribadah.
  • Pelajaran penting: Kapan kita mengeraskan suara atau membaca dengan pelan tergantung pada kondisi dan niat kita. Jika niatnya adalah untuk meningkatkan kualitas ibadah, maka pilihlah cara yang paling sesuai.

3. Keutamaan Menyembunyikan Ibadah untuk Menghindari Riya’

  • Menyembunyikan ibadah, seperti sedekah atau membaca Al-Qur'an dengan pelan, adalah bentuk penghindaran dari riya' yang dapat merusak amal ibadah. Hal ini sangat penting bagi mereka yang khawatir jika amal ibadah mereka akan terlihat oleh orang lain.
  • Pelajaran penting: Menyembunyikan ibadah (misalnya membaca Al-Qur'an dalam hati atau melakukan sedekah secara diam-diam) dapat mencegah perasaan riya' dan menjaga keikhlasan dalam beribadah.

4. Manfaat dari Membaca Al-Qur'an dengan Keras

  • Terkadang, mengeraskan suara dalam membaca Al-Qur'an bermanfaat untuk meningkatkan semangat, mengusir rasa kantuk, dan memberi pengaruh positif terhadap orang-orang di sekitar kita. Selain itu, dengan membaca keras, seseorang dapat membangunkan hati dan pikiran, sehingga lebih fokus dan terbebas dari gangguan.
  • Pelajaran penting: Jika membaca keras membawa manfaat, seperti meningkatkan kualitas ibadah, mengusir kantuk, atau memotivasi orang lain, maka ini lebih baik dilakukan.

5. Jangan Memaksakan Diri dalam Menggunakan Suara Keras Jika Tidak Ada Manfaat

  • Jika tidak ada manfaat dari membaca dengan keras atau itu akan mengganggu orang lain, lebih baik untuk memilih membaca dengan pelan. Hal ini juga mengajarkan kita untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi agar ibadah kita tetap diterima oleh Allah.
  • Pelajaran penting: Tidak setiap waktu atau tempat mendukung untuk membaca keras. Sesuaikan cara beribadah dengan situasi dan kondisi yang ada.

6. Keutamaan dalam Beribadah dan Beramal

  • Dalam Islam, keutamaan beribadah adalah tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga dari segi kualitas dan niat. Jika niat kita benar dan ikhlas, Allah akan menerima amal ibadah kita, baik itu dilakukan secara terang-terangan atau secara diam-diam. Sebaliknya, jika amal tersebut tercemar oleh riya' atau niat buruk, maka ibadah tersebut tidak akan diterima oleh Allah.
  • Pelajaran penting: Keikhlasan dalam beribadah dan beramal adalah hal yang terpenting, lebih dari sekadar tampak di mata orang lain.

7. Pujian terhadap Keikhlasan dalam Ibadah

  • Hadits ini memuji orang yang menyembunyikan amal ibadah mereka, terutama ketika dilakukan dengan ikhlas untuk Allah. Ini menunjukkan bahwa tidak semua ibadah harus dilakukan di depan umum, namun yang terpenting adalah keikhlasan dan tujuan yang benar.
  • Pelajaran penting: Memelihara keikhlasan dalam ibadah adalah lebih utama daripada mencari pengakuan orang lain.

8. Tidak Ada Pahala bagi Orang yang Beramal dengan Riya'

  • Orang yang beribadah untuk tujuan selain Allah, seperti untuk mendapatkan pujian atau pengakuan dari orang lain, tidak akan mendapatkan pahala. Riya' merusak amal ibadah dan tidak diterima oleh Allah.
  • Pelajaran penting: Hindari riya' dalam segala bentuk ibadah karena itu dapat menghilangkan pahala amal ibadah kita.

9. Pentingnya Memahami dan Merenungkan Al-Qur'an

  • Hadits ini juga menyarankan bahwa apa pun cara yang digunakan dalam membaca Al-Qur'an, yang terpenting adalah pemahaman dan tafakur (merenung). Membaca dengan pelan seringkali lebih mendalam dan memungkinkan kita untuk merenungkan makna-makna ayat yang dibaca.
  • Pelajaran penting: Membaca Al-Qur'an harus disertai dengan pemahaman yang mendalam. Ini dapat dilakukan baik dengan membaca pelan ataupun dengan keras, asalkan tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas ibadah dan pemahaman terhadap wahyu Allah.

Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan kita untuk menjaga niat dalam beribadah, menyeimbangkan antara mengeraskan suara dan membaca pelan, serta selalu menjaga keikhlasan dan menghindari riya' dalam segala bentuk ibadah.


----- Penutup Kajian -----

Hadirin yang dirahmati Allah,

Ada saatnya kita membaca Al-Qur'an secara terang-terangan, agar menjadi teladan dan motivasi bagi orang lain. Namun, ada pula saatnya kita membaca Al-Qur'an secara sembunyi-sembunyi, untuk menjaga keikhlasan. Begitu juga dengan sedekah, ada yang dilakukan secara terbuka, dan ada yang dilakukan secara diam-diam. Semua ini memiliki hikmah, dan masing-masing memiliki keutamaan sesuai dengan situasi dan niatnya.

Maka, mari kita renungkan bersama: kapan kita harus menampakkan amal ibadah kita, dan kapan kita sebaiknya menyembunyikannya? Apa hikmah di balik perbedaan ini? Dan bagaimana kita menjaga keikhlasan saat melakukannya?

Semoga pembahasan hadits ini dapat memberikan kita pemahaman yang mendalam tentang pentingnya niat, hikmah dalam beramal, dan bagaimana kita menyeimbangkan antara menampakkan kebaikan dan menyembunyikannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memudahkan hati kita untuk memahami pelajaran ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mari kita mulai dengan penuh perhatian dan hati yang terbuka.
Barakallahu fikum.


Belajar membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat


العبادات كلها ينبغي أن تكون خالصة لوجه الله، ولا يطلب بها الرياء ولا السمعة ولا التفاخر بين الناس لأن الله غني عن كل ذلك، وإنما يقبل من تلك العبادات ما كان خالصا لوجهه سبحانه.

وفي هذا الحديث يقول النبي صلى الله عليه وسلم: الجاهر بالقرآن، أي: الذي يرفع صوته بالقرآن في القراءة، وخاصة أمام الناس كالجاهر بالصدقة، أي: مثل المجاهر المعلن لصدقته أمام الناس والمسر بالقرآن كالمسر بالصدقة، أي: من يقرأ في سره ويتدبر بعقله مثل الذي يخفي صدقته عن أعين الناس، والإسرار أفضل في حق من يخاف الرياء لأن الإسرار أبعد عن الرياء فإن لم يخف، فالجهر أفضل بشرط ألا يؤذي غيره ولا يتأذى بقراءته أحد كمصل أو نائم أو غيرهما، والعمل في الجهر أكثر، ويتعدى نفعه إلى غير القارئ ويوقظ قلب القارئ، ويجمع همه إلى الفكر، ويصرف سمعه إليه ويطرد النوم، ويزيد في النشاط فمتى حضره شيء من هذه النيات فالجهر أفضل فإذا كان الجهر يترتب عليه مصلحة، فهذا الجهر أولى، وإذا لم يكن في الجهر مصلحة فالإسرار أولى، فهذا أفضل من هذه الناحية. وقيل: ما كان فيه التدبر أتم فهو الأفضل.

وفي الحديث: مدح الإسرار بالعبادات مع إخلاصها لله.

وفيه: بيان أنه لا أجر لمن يرائي بعلمه وقراءته.




Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers