Hadits: Memanfaatkan Lima Perkara Sebelum Lima Perkara
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ﷻ yang telah memberikan kita nikmat kehidupan, nikmat iman, dan kesempatan untuk berkumpul di majelis yang penuh berkah ini. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah ﷺ, suri tauladan terbaik bagi umat manusia.
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Dalam kehidupan ini, kita sering kali merasa waktu begitu cepat berlalu. Banyak hal yang kita ingin lakukan, namun terkadang kita baru menyadari pentingnya sesuatu setelah kita kehilangan kesempatan tersebut. Hal ini juga yang menjadi pesan penting dalam hadits yang akan kita kaji kali ini. Rasulullah ﷺ mengingatkan kita untuk memanfaatkan lima waktu berharga sebelum datangnya lima hal yang akan menghalangi kita. Mari kita kaji haditsnya:
-----
Dari Abdullah
bin Abbas radhiyallahu 'anhuma,
dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ
قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ،
وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ.
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kekayaanmu sebelum kefakiranmu, waktu lapangmu sebelum kesibukanmu, dan hidupmu sebelum matimu.
HR
Ibnu Abi Ad-Dunya dalam Qashrul Amal (111), Al-Hakim (7846), dan Al-Baihaqi
dalam Syu'abul Iman (10248).
Arti dan Penjelasan Per Kalimat
اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ
Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
Hadits ini mengajarkan urgensi untuk mengambil peluang dalam hidup sebelum peluang itu hilang.
Setiap manusia diberikan fase-fase kehidupan yang berharga, namun seringkali baru disadari nilainya setelah berganti menjadi kesulitan.
Rasulullah ﷺ mengingatkan agar kita tidak menjadi orang yang menyesal di masa depan karena lalai mengelola kesempatan yang ada sekarang.
Maka, hidup seorang muslim seharusnya dipenuhi dengan sikap proaktif, pandai membaca waktu, dan cerdas memanfaatkan setiap kondisi untuk amal shalih.
Kesadaran ini membangun karakter pribadi yang visioner dan bertanggung jawab di dunia dan akhirat.
شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ
Masa mudamu sebelum masa tuamu,
Masa muda adalah anugerah kekuatan, semangat, dan potensi tanpa batas.
Pada masa muda, energi fisik, ketajaman pikiran, dan semangat berjuang sedang berada di puncaknya.
Islam memerintahkan agar masa muda tidak disia-siakan dengan kemalasan, kelalaian, atau kesia-siaan.
Banyak tanggung jawab besar dalam dakwah, pembangunan masyarakat, dan pendidikan yang sangat bergantung pada kontribusi pemuda.
Ketika tua tiba, kekuatan melemah, semangat menurun, dan peluang banyak yang tertutup, sehingga masa muda yang berlalu tanpa amal akan menjadi penyesalan yang dalam.
وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ
Sehatmu sebelum sakitmu
Kesehatan adalah salah satu nikmat terbesar yang sering terlupakan hingga datang sakit yang membatasi gerak dan amal.
Dengan tubuh yang sehat, seseorang bisa melaksanakan ibadah fisik seperti shalat, puasa, haji, jihad, serta aktivitas sosial dengan sempurna.
Sakit seringkali menjadi penghalang besar untuk banyak amal shalih dan produktivitas duniawi.
Oleh karena itu, Islam menekankan pentingnya mengisi masa sehat dengan amal sebanyak mungkin sebelum masa sakit menghalangi.
Sikap ini akan membuat seseorang hidup dengan penuh syukur, waspada, dan produktif sepanjang masa sehatnya.
وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ
Kekayaanmu sebelum kefakiranmu
Kekayaan adalah amanah yang harus dikelola untuk memperbanyak amal shalih, bukan sekadar untuk dinikmati duniawi.
Saat seseorang dalam keadaan cukup, ia mampu bersedekah, membantu sesama, berzakat, berwakaf, dan membangun amal jariyah.
Namun, saat kefakiran menimpa, bukan hanya aktivitas harta yang berkurang, tetapi kadang juga moral dan mental bisa tertekan.
Karenanya, Islam mengajarkan agar kekayaan dilihat sebagai sarana investasi amal sebelum datang masa kesempitan.
Dengan demikian, harta bukan sekadar dinikmati, tetapi dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk bekal akhirat.
وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ
(Waktu lapang) kosongmu sebelum (waktu) sibukmu
Waktu lapang adalah momen yang sangat berharga untuk belajar, beribadah, bersilaturahmi, dan memperbaiki diri.
Kesibukan dunia sering datang tiba-tiba dan membawa beban tugas yang membuat seseorang tak lagi memiliki banyak waktu luang.
Hadits ini mendidik kita untuk tidak menunda amal, karena kesempatan waktu tidak akan selalu tersedia.
Islam memandang waktu sebagai modal utama kehidupan yang harus diisi dengan kegiatan bernilai dunia dan akhirat.
Maka, orang beriman harus cerdas mengelola waktu lapang untuk hal-hal yang bermanfaat sebelum kesibukan menyita semua perhatiannya.
وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
Hidupmu sebelum matimu
Selama hidup, pintu amal, taubat, dan perbaikan masih terbuka lebar untuk setiap manusia.
Setelah kematian, semua amal berhenti dan pintu kesempatan tertutup rapat.
Hadits ini menggugah kesadaran bahwa hidup adalah kesempatan emas yang tidak boleh diabaikan dengan kelalaian dan kesia-siaan.
Setiap detik kehidupan harus dipandang sebagai investasi yang menentukan nasib abadi di akhirat.
Oleh karena itu, Islam mengajarkan agar setiap muslim mengisi hidup dengan amal shalih, ketakwaan, dan persiapan menghadapi kematian yang pasti datang.
Syarah Hadits
أَرْشَدَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ إِلَى اغْتِنَامِ الْفُرَصِ فِي
الْحَيَاةِ
Nabi Muhammad ﷺ memberi petunjuk kepada umatnya untuk memanfaatkan peluang
dalam kehidupan.
لِلْعَمَلِ لِلْآخِرَةِ
بِـمَلْءِ الْأَوْقَاتِ بِالطَّاعَاتِ
Untuk beramal demi akhirat dengan mengisi waktu sepenuhnya dengan ketaatan.
لِأَنَّهَا هِيَ عُمْرُ الْإِنْسَانِ
فِي الدُّنْيَا، وَذَخِيرَتُهُ فِي الْآخِرَةِ
Karena itulah umur manusia di dunia, dan bekalnya di akhirat.
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ
يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dalam hadits ini, Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
"اغْتَنِمْ" مِنَ الِاغْتِنَامِ؛ وَهُوَ أَخْذُ
الْغَنِيمَةِ وَالْعَطِيَّةِ
"Manfaatkanlah" dari kata "mengambil manfaat"; yakni
mengambil keuntungan atau pemberian.
"خَمْسًا"، أَي: خَمْسَةَ أَحْوَالٍ يَكُونُ
عَلَيْهَا الْإِنْسَانُ
"Lima perkara," yaitu lima keadaan yang dialami manusia.
وَالْمُرَادُ:
التَّنْبِيهُ وَالتَّعْرِيفُ عَلَى مَوَاطِنِ الِاسْتِفَادَةِ فِي حَيَاةِ
الْإِنْسَانِ
Maksudnya adalah memberi peringatan dan penjelasan tentang kesempatan yang
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia.
"قَبْلَ خَمْسٍ"، أَي: قَبْلَ خَمْسٍ مِنَ
الْعَوَارِضِ الـمُتَوَقَّعَةِ فِي الْمُسْتَقْبَلِ
"Sebelum lima perkara," yaitu sebelum lima halangan yang diharapkan
akan datang di masa depan.
"شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ"
"Masa mudamu sebelum masa tuamu."
أَي: اغْتَنِمْ زَمَانَ قُوَّتِكَ فِي
الشَّبَابِ عَلَى الْعِبَادَةِ، وَغَيْرِهَا مِنْ أَعْمَالِ الْخَيْرِ قَبْلَ
كِبَرِكَ وَضَعْفِكَ عَنِ الطَّاعَةِ
Maksudnya, manfaatkan waktu kekuatanmu di masa muda untuk ibadah dan berbagai
amal kebaikan sebelum engkau tua dan lemah untuk beribadah.
فَاسْتَغِلَّ وَقْتَ الشَّبَابِ لِأَنَّهُ
وَقْتُ الْقُوَّةِ وَالنَّشَاطِ وَصِحَّةِ الْبَدَنِ
Manfaatkan waktu muda karena itu adalah waktu kekuatan,
semangat, dan kesehatan tubuh,
وَهَذَا بِخِلَافِ مَا
يَقُولُ بَعْضُهُمْ أَنَّنِي أَفْعَلُ مَا أَشْتَهِي الآنَ ثُمَّ عِندَ الْكِبَرِ
أَتُوبُ
ini berbeda dengan apa yang dikatakan sebagian orang:
"Saya akan melakukan apa yang saya inginkan sekarang, dan nanti saat tua
baru bertobat."
فَهَذَا مُخَالِفٌ لِإِرْشَادِهِ عَلَيْهِ
الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
Ini bertentangan dengan petunjuk beliau (saw),
كَمَا أَنَّهُ فِعْلٌ قَبِيحٌ وَمَا يَدْرِي
هُوَ أَنَّهُ سَيَبْقَى حَتَّى الْكِبَرِ؟
dan juga merupakan perbuatan yang buruk, dan bagaimana dia
tahu bahwa dia akan hidup hingga tua?
وَأَيْضًا مَا يَدْرِي
هُوَ بِأَنَّهُ يُوَفَّقُ لِلتَّوْبَةِ حِينَئِذٍ
Juga, bagaimana dia tahu bahwa dia akan diberi taufik untuk
bertobat pada saat itu?
بَلْ قَدْ تَكُونُ مَعْصِيَةٌ مِّنَ
الْمَعَاصِي سَبَبًا لِعَدَمِ تَوْفِيقِهِ إِلَى التَّوْبَةِ
Bahkan mungkin dosa-dosa yang dilakukannya menjadi sebab
tidak diberinya taufik untuk bertobat,
بَلْ سَبَبًا إِلَى
هَلَاكِهِ
bahkan menjadi sebab kebinasaan.
فَانْظُرْ كَيْفَ يَتَلَاعَبُ الشَّيْطَانُ
بِالنَّاسِ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ عَنْهُ.
Perhatikan, bagaimana setan mempermainkan manusia saat
mereka dalam kelalaian darinya.
وَالشَّبَابُ رَمْزُ النَّشَاطِ وَقُوَّةِ
الْأَعْضَاءِ عَلَى الْعِبَادَةِ
Dan pemuda
adalah simbol semangat dan kekuatan anggota tubuh dalam beribadah,
فَلْيَذْكُرْ سُرْعَةَ
زَوَالِهَا وَإِنَّهَا نَوْمَةٌ لَا يَنْدَمُ إِلَّا بَعْدَ يَقْظَتِهِ مِنْهَا.
hendaknya dia mengingat betapa cepat hilangnya, dan bahwa
itu adalah tidur yang tidak ada penyesalan kecuali setelah terjaga dari tidur
tersebut.
وَيَذْكُرْ أَنَّهُ يَتَعَقَّبُهَا ضَعْفُ
الْقَوِيِّ وَتَخَاذُلُ الْأَعْضَاءِ
Dan dia ingat bahwa setelah itu akan datang kelemahan orang
yang kuat, kemalasan anggota tubuh,
وَأَنَّهُ تَعَالَى سَيَجْعَلُ مِنْ بَعْدِ
قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً
dan bahwa Allah akan menjadikan setelah kekuatan itu
kelemahan dan uban.
فَهَذَا عَبْدُ ٱللَّهِ بْنُ عَمْرٍو بْنِ
الْعَاصِ: (بَلَغَ النَّبِيُّ صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ يَقْرَأُ
الْقُرْآنَ كُلَّهُ فِي لَيْلَةٍ، فَدَعَاهُ فَقَالَ: اقْرَأْهُ فِي شَهْرٍ؟
قَالَ: إِنِّي أَسْتَطِيعُ أَكْثَرَ مِنْ ذَٰلِكَ
Ini adalah Abdullah bin Amr bin Ash: (Telah sampai kepada
Nabi ﷺ bahwa dia membaca
seluruh Al-Qur'an dalam satu malam, maka beliau memanggilnya dan berkata:
"Bacalah dalam sebulan." Dia menjawab: "Saya bisa lebih dari
itu.")
قَالَ: اقْرَأْهُ فِي عِشْرِينَ لَيْلَةً،
قَالَ: إِنِّي أَسْتَطِيعُ أَكْثَرَ مِنْ ذَٰلِكَ،
Beliau ﷺ berkata:
"Bacalah dalam dua puluh malam." Dia menjawab: "Saya bisa lebih
dari itu,"
وَهَكَذَا حَتَّى نَزَلَ
مَعَهُ إِلَى ثَلاثَةِ أَيَّامٍ) وَهُوَ يَقُولُ: إِنِّي أَسْتَطِيعُ أَكْثَرَ
مِنْ ذَٰلِكَ
dan demikian terus hingga beliau mengatakan tiga hari. Dia
berkata: "Saya bisa lebih dari itu."
أَيْ: غَدًا يَأْتِينِي الْكِبَرُ وَلَا
أَقْدِرُ أَنْ أَقْرَأَ،
(Maksud dari Abdullah
bin Amr bin Ash )Yaitu:
"Besok saya akan mengalami penuaan dan tidak akan bisa membaca (Qur'an),
فَكَانَ يَغْتَنِمُ
شَبَابَهُ لِهَرَمِهِ،
maka dia memanfaatkan masa mudanya sebelum menua.
وَكَانَ يَسْتَطِيعُ أَنْ
يُصَلِّيَ شَيْئًا مِّنَ اللَّيْلِ،
Dia bisa shalat sebagian malam,
وَيَسْتَطِيعُ أَنْ
يَصُومَ بَعْضَ الْأَيَّامِ،
bisa puasa beberapa hari,
وَيَسْتَطِيعُ أَنْ
يَكْتَسِبَ وَيَتَصَدَّقَ،
bisa bekerja dan bersedekah,
فَلَمَّا جَاءَهُ
الْهَرَمُ عَجَزَ.
namun ketika datang usia tua, dia pun menjadi lemah."
"وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ"
"Sehatmu sebelum sakitmu."
يَعْنِي: اغْتَنِمِ
الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ فِي الصِّحَّةِ قَبْلَ أَنْ يَحُولَ بَيْنَكَ
وَبَيْنَهَا السَّقَمُ وَالْـمَرَضُ
Artinya, manfaatkan amal-amal saleh dalam keadaan sehat sebelum penyakit dan
sakit menghalangimu darinya.
وَاشْتَغِلْ فِي الصِّحَّةِ بِالطَّاعَةِ
بِحَيْثُ لَوْ حَصَلَ تَقْصِيرٌ فِي الْمَرَضِ انْـجَبَرَ بِذَلِكَ
Dan sibukkan dirimu di waktu sehat dengan ketaatan sehingga jika terjadi
kekurangan di waktu sakit, maka itu dapat tertutupi.
فَالإِنسَانُ فِي لَيْلَةٍ وَضُحَاهَا
يَمْرَضُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُ
Maka manusia dalam suatu malam dan siang bisa sakit dari tempat yang tidak ia
rasakan.
وَبَعْدَ مَرَضِهِ لَا يَسْتَطِيعُ الْعَمَلَ
أَوْ يَضْعُفُ فِي الْعَمَلِ لِمَا يُصِيبُهُ مِنَ التَّعَبِ وَالإِرْهَاقِ
وَالْاِنْشِغَالِ بِالْأَدْوِيَةِ وَالْعِلاجِ عَمَّا سِوَى ذَٰلِكَ
Dan setelah sakitnya, ia tidak bisa bekerja atau menjadi lemah dalam bekerja
karena kelelahan, keletihan, dan sibuk dengan obat-obatan dan perawatan yang
menghalanginya dari hal lainnya.
وَهَذَا لَا يُعَارِضُ الْحَدِيثَ الْآخَرَ
[إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ مَا كَانَ يَعْمَلُ
صَحِيحًا مُقِيمًا]
Dan ini tidak bertentangan dengan hadits lainnya [Jika seorang hamba sakit atau
bepergian, Allah menulis baginya apa yang ia amalkan/kerjakan ketika sehat dan tinggal].
لِأَنَّ التَّحْذِيرَ
هُنَا مِمَّنْ لَا يَعْمَلُ لَا مِمَّنْ عَمِلَ
Karena peringatan di sini adalah untuk orang yang tidak beramal, bukan bagi
mereka yang beramal
ثُمَّ تَرَكَهُ بِسَبَبِ الْأَمْرَاضِ
فَيُكْتَبُ لَهُ
kemudian meninggalkannya karena sakit, yang kemudian tetap ditulis untuknya.
يَقُولُ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ
وَالسَّلَامُ: (تَعَرَّفْ إِلَى اللَّهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ)
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Kenalilah Allah pada
masa lapang, maka Dia akan mengenalimu pada masa kesulitan."
فَهَلْ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْكَ وَأَنْتَ
مُعَافًى،
Apakah Allah menerima amalmu ketika engkau sehat,
ثُمَّ أَنْتَ مَرِيضٌ يَتَخَلَّى عَنكَ؟
Kemudian saat engkau sakit Dia meninggalkanmu?
لَا وَاللَّهِ! فَهُوَ أَكْرَمُ
الْأَكْرَمِينَ.
Tidak, demi Allah! Dia adalah yang paling mulia di antara yang paling mulia.
"وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ"
"Kekayaanmu sebelum kefakiranmu."
أَي: اغْتَنِمْ قُدْرَتَكَ عَلَى
الْعِبَادَاتِ الْمَالِيَّةِ وَالْخَيْرَاتِ وَالْـمَبَرَّاتِ الْأُخْرَوِيَّةِ
Yaitu, manfaatkan kemampuanmu untuk melakukan ibadah harta, amal kebaikan, dan
sedekah akhirat.
فَاسْتَعْمِلْ مَا أَعْطَاكَ الرَّبُّ مِنَ الْأَمْوَالِ
Maka gunakanlah harta yang telah Allah berikan kepadamu
لِقَضَاءِ حَاجَةِ الْمَسَاكِينِ
وَالْإِنْفَاقِ عَلَى الْأَبْنَاءِ وَالزَّوْجَةِ
untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin dan memberikan
nafkah kepada anak-anak, istri,
وَمَنْ تَجِبُ عَلَيْكَ نَفَقَتُهُمْ
dan orang-orang yang wajib kamu nafkahi"
وَاسْتَعْمِلْهَا فِي الصَّدَقَاتِ وَفِي
أَعْمَالِ الْبِرِّ
Dan gunakanlah harta itu untuk sedekah dan amalan-amalan
kebaikan
بِأَنْ تَبْنِيَ لَكَ مَسْجِدًا وَتَحْفِرَ
بِئْرًا
dengan membangun masjid, menggali sumur,
وَتَشْتَرِيَ مَصَاحِفَ لِمَنْ يَحْتَاجُهَا
إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنَ الْأَعْمَالِ
dan membeli mushaf-mushaf bagi yang membutuhkannya, serta
amalan-amalan lain selain itu
قَبْلَ فَقْدِكَ الْمَالَ فِي حَيَاتِكَ، أَوْ
قَبْلَ الْـمَمَاتِ
Sebelum kehilangan harta dalam kehidupanmu atau sebelum meninggal dunia.
"وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ"
"Waktu luangmu sebelum kesibukanmu."
أَي: عَلَى الْإِنْسَانِ
أَنْ يَسْتَغِلَّ أَوْقَاتَ فَرَاغِهِ وَيَعْمَلَ فِيهَا بِالْخَيْرِ
Yaitu, seseorang hendaknya memanfaatkan waktu luangnya dan melakukan kebaikan
di dalamnya.
قَبْلَ أَنْ تَشْغَلَهُ الشَّوَاغِلُ؛
كَالزَّوَاجِ، وَالْأَوْلَادِ، وَطَلَبِ الرِّزْقِ، وَنَحْوِ ذَلِكَ
Sebelum ia disibukkan oleh kesibukan lain, seperti pernikahan, anak-anak,
mencari rezeki, dan semisalnya.
وَهَذِهِ نَصِيحَةٌ
نُقَدِّمُهَا لِطَلَبَةِ الْعِلْمِ قَبْلَ كُلِّ شَيْءٍ
Dan
ini adalah nasihat yang kami sampaikan kepada para penuntut ilmu sebelum
segalanya
عَلَيْهِ أَنْ
يَنْتَهِزَ فَرَاغَهُ لِلتَّحْصِيلِ قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ مِنَ الدِّرَاسَةِ إِلَى
الْحَيَاةِ
Hendaknya
ia memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar sebelum keluar dari masa studi
menuju kehidupan
وَيُوَاجِهَ
الْمَشَاكِلَ الْعَمَلِيَّةَ
Dan
menghadapi masalah-masalah pekerjaan
فَهُوَ فِي فَتْرَةِ
الدِّرَاسَةِ مُتَفَرِّغٌ لَهَا
Karena
selama masa studi, ia memiliki waktu luang untuk itu
وَبَعْدَ مَا يَتَخَرَّجُ
وَيَأْخُذُ الشَّهَادَةَ وَيَخْرُجُ إِلَى مَيْدَانِ الْحَيَاةِ يُشْغَلُ
Namun
setelah lulus, mendapatkan ijazah, dan keluar ke medan kehidupan, ia akan sibuk
وَأَوَّلُ شَاغِلٍ
يُلْقَاهُ الزَّوْجَةُ وَالْأَوْلَادُ
Dan
hal pertama yang menyibukkannya adalah istri dan anak-anak
وَلِذَا كَانَ بَعْضُ السَّلَفِ يَقُولُ: (ذُبِحَ الْعِلْمُ بَيْنَ أَفْخَاذِ النِّسَاءِ)
Oleh karena itu, sebagian ulama terdahulu berkata: "Ilmu dibunuh di
antara paha-paha wanita".
وَقَدْ تَكُونُ
الزَّوْجَةُ تُعِينُ طَالِبَ الْعِلْمِ عَلَى دِرَاسَتِهِ
Meskipun
istri terkadang dapat membantu penuntut ilmu dalam studinya
وَلَكِنْ مَشَاكِلُ
الْأَوْلَادِ ضَرِيبَةٌ لَا بُدَّ أَنْ تُؤَدِّيَهَا فِي طَرِيقِ الْحَيَاةِ
Namun masalah anak-anak adalah konsekuensi yang harus
dihadapi dalam perjalanan kehidupan
وَيُفْرَضُ عَلَيْكَ
أَنْ تُشْغَلَ بِمَا لَيْسَ مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ
Dan kamu akan dipaksa untuk sibuk dengan hal-hal yang bukan
bagian dari menuntut ilmu
وَقَدْ يَكُونُ
عَمَلُكَ لِطَلَبِ الْعِلْمِ، وَلَكِنْ لَيْسَ كَوَقْتِ التَّفَرُّغِ
Meskipun
usahamu tetap untuk menuntut ilmu, namun tidak seperti waktu luangmu sebelumnya
"وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ"
"Hidupmu sebelum matimu."
أَي: اغْتَنِمِ الْأَعْمَالَ الصَّالِحَةَ فِي
الْحَيَاةِ قَبْلَ أَنْ يَحُولَ بَيْنَكَ وَبَيْنَهَا الْمَوْتُ
Yaitu, manfaatkanlah amal-amal saleh dalam kehidupan sebelum kematian
menghalangimu darinya.
مَا دُمْتَ حَيًّا
Selama kamu masih hidup,
فَاغْتَنِمْ هَذِهِ الْفُرْصَةَ الْعَظِيمَةَ
maka manfaatkanlah kesempatan besar ini,
وَاسْتَغِلَّهَا فِي طَاعَةِ الرَّحْمَنِ
dan gunakanlah untuk menaati Tuhan Yang Maha Pengasih,
وَالْبُعْدِ عَنِ الْعِصْيَانِ
serta menjauhi kemaksiatan,
فَلَا تَدْرِي مَتَى تُكْتَبُ فِي
الْأَمْوَاتِ
karena kamu tidak tahu kapan kamu akan ditulis sebagai bagian dari orang-orang
yang telah mati.
وَلَا يَظُنَّ الظَّانُّ أَنَّهُ لَنْ يَمُوتَ
حَتَّى يَشِيبَ
Janganlah seseorang menyangka bahwa dia tidak akan mati sampai rambutnya
beruban,
فَكَمْ مِنْ طِفْلٍ مَاتَ
karena betapa banyak anak kecil yang meninggal,
وَكَمْ مِنْ شَابٍّ مَاتَ
dan betapa banyak pemuda yang meninggal,
وَهُوَ كَانَ يَظُنُّ أَنَّهُ أَمَامَهُ
عُمُرٌ طَوِيلٌ
sedangkan dia menyangka bahwa dia masih memiliki umur panjang,
بَلْ لَمْ يَخْطُرْ بِبَالِهِ أَنَّهُ سَيَمُوتُ
bahkan tidak terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan mati.
فَالْمَوْتُ يَا إِخْوَةُ يَأْتِي بَغْتَةً
Karena kematian, wahai saudara-saudaraku, datang secara tiba-tiba,
لَا يَسْأَلُكَ وَلَا يُنْذِرُكَ
tidak bertanya kepadamu dan tidak pula memberimu peringatan,
فَبَادِرْ بِالْعَمَلِ مَا دُمْتَ
تَسْتَطِيعُهُ وَتَقْدِرُ عَلَيْهِ
maka segeralah berbuat amal selagi kamu mampu melakukannya.
وَتَذَكَّرْ أَخِي أَنَّهُ سَيَأْتِي عَلَيْكَ
دَهْرٌ وَزَمَانٌ طَوِيلٌ تَحْتَ الْأَرْضِ
Ingatlah, saudaraku, bahwa akan datang masa yang panjang bagimu di bawah tanah,
وَوَقْتَهَا لَا يُمْكِنُكَ أَنْ تَعْبُدَ
الرَّبَّ وَتُطِيعَهُ
dan saat itu kamu tidak bisa lagi menyembah Tuhan dan menaati-Nya,
فَبَادِرْ مَا دُمْتَ بِالدُّنْيَا
maka segeralah beramal selagi kamu masih di dunia,
لَعَلَّ تَنْجُو مِنَ الْعَذَابِ وَالْهَلَاكِ
agar kamu dapat selamat dari azab dan kebinasaan.
وَهَذِهِ الْخَمْسَةُ لَا
يُعْرَفُ قَدْرُهَا إِلَّا بَعْدَ زَوَالِـهَا
Dan lima perkara ini hanya diketahui nilainya setelah ia hilang
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/119789
Pelajaran dari Hadits ini
1. Memanfaatkan Masa Muda dengan Bijak
Dalam perkataan اِغْتَنِمْ شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ (Manfaatkanlah masa mudamu sebelum masa tuamu), Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada kita betapa berharganya masa muda yang penuh kekuatan, semangat, dan idealisme. Masa muda adalah waktu terbaik untuk belajar, beramal, membangun karakter, dan memperbanyak kebaikan. Jika masa muda disia-siakan, maka ketika usia tua datang dengan kelemahan fisik dan pikiran, penyesalan pun tak dapat mengubah keadaan. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Hadid ayat 20:
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ
(Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan, saling berbangga di antara kamu serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan). Hadits juga menyebutkan bahwa di hari kiamat, seseorang tidak akan bergeser kakinya sebelum ditanya tentang umurnya untuk apa dihabiskan dan masa mudanya untuk apa digunakan.
2. Mensyukuri Nikmat Sehat dengan Amal
Perkataan وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ (Sehatmu sebelum sakitmu) mengingatkan kita bahwa kesehatan adalah karunia besar yang sering dilalaikan. Selagi tubuh kuat, kita bisa beribadah, bekerja, membantu orang lain, dan melakukan banyak kebaikan. Namun saat sakit datang, semua itu menjadi terbatas. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Al-Bukhari:
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
(Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalamnya: kesehatan dan waktu luang) HR Al-Bukhari (6412). Karenanya, kita harus memanfaatkan masa sehat dengan memperbanyak amal shalih sebelum sakit menghalangi.
3. Mengelola Kekayaan untuk Amal Kebaikan
Dalam perkataan وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ (Kekayaanmu sebelum kefakiranmu), Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa harta adalah alat, bukan tujuan. Saat berkecukupan, kita diberi kesempatan untuk berbagi, menolong, dan menabung pahala dengan sedekah dan zakat. Jangan menunggu miskin baru merasa menyesal belum banyak berderma. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 267:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ
(Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil usaha baik-baik yang telah kamu peroleh). Harta yang dikeluarkan di jalan Allah menjadi bekal abadi kita kelak di akhirat.
4. Mengisi Waktu Luang dengan Kegiatan Bermanfaat
Perkataan وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ (Waktu lapangmu sebelum kesibukanmu) menekankan betapa berharganya waktu kosong. Saat belum disibukkan oleh pekerjaan, masalah, atau tanggung jawab berat, kita bisa memperbanyak belajar, memperdalam ilmu agama, mendekat kepada Allah, dan mempererat hubungan sosial. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Al-Hakim: اغتنم خمسًا قبل خمسٍ (Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara), menunjukkan bahwa waktu luang harus diisi dengan amal, bukan kesia-siaan. Allah ﷻ pun memerintahkan dalam QS. Al-Insyirah ayat 7-8:
فَإِذَا
فَرَغْتَ فَانصَبْ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
(Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah bekerja keras untuk urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya engkau berharap).
5. Menjadikan Hidup sebagai Ladang Amal
Pada perkataan وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ (Hidupmu sebelum matimu), Rasulullah ﷺ memperingatkan bahwa kehidupan adalah satu-satunya kesempatan untuk beramal. Setelah ruh berpisah dari badan, tak ada lagi kesempatan menambah amal atau memperbaiki dosa. Allah ﷻ berfirman dalam QS. Al-Munafiqun ayat 10:
وَأَنْفِقُوا
مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ
رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ
الصَّالِحِينَ
(Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, "Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih"). Maka, hidup ini adalah kesempatan emas yang harus diisi dengan amal, taubat, dan ketaatan kepada Allah.
6. Bersegera dalam Amal sebelum Terhalang Kesempatan
Hadits ini secara keseluruhan mengajarkan pentingnya sikap bersegera (mubādarah) dalam beramal sebelum datang halangan. Amal yang ditunda bisa jadi tidak sempat dilakukan karena perubahan keadaan yang tidak terduga. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Muslim:
بَادِرُوا
بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ
(Bersegeralah kalian beramal sebelum datang fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita) HR Muslim (118). Oleh karena itu, kita harus menghidupkan budaya cepat dalam kebaikan, jangan menunda-nunda beramal.
7. Menghargai Waktu Sebagai Modal Kehidupan
Salah satu pelajaran tambahan dari hadits ini adalah bahwa waktu adalah modal utama dalam hidup manusia. Waktu tidak akan pernah kembali. Setiap detik yang berlalu adalah kesempatan berharga yang tidak bisa dibeli kembali dengan harta apapun. Allah ﷻ bersumpah dalam QS. Al-‘Asr:
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
(Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran). Maka, menghargai waktu adalah bagian dari keimanan.
8. Bersiap Menghadapi Perubahan dalam Hidup
Pelajaran lain yang tidak kalah penting adalah bahwa hidup ini selalu berubah. Tidak ada satu pun kondisi yang tetap. Muda berganti tua, sehat berganti sakit, kaya bisa menjadi miskin, lapang menjadi sibuk, dan hidup berakhir dengan kematian. Semua perubahan ini mengajarkan kita untuk tidak bergantung kepada kondisi duniawi. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadits riwayat Tirmidzi:
كُنْ
فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ
(Jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asing atau seorang pengembara) HR Al-Bukhori (6416). Maka, kita harus selalu siap menghadapi perubahan dengan amal dan kesiapan rohani.
Hadits ini menekankan kesadaran terhadap waktu dan kesempatan. Lima kondisi yang disebutkan adalah anugerah dari Allah yang harus dioptimalkan untuk kebaikan dunia dan akhirat sebelum hilangnya nikmat tersebut. Seseorang yang bijaksana akan:
- Memanfaatkan waktu mudanya untuk belajar, beribadah, dan bekerja.
- Menggunakan kesehatannya untuk beramal dan berkontribusi.
- Memaksimalkan kekayaannya untuk sedekah dan investasi akhirat.
- Mengisi waktu luangnya dengan aktivitas bermanfaat.
- Memperbanyak amal selama hidup untuk bekal setelah kematian.
Penutup
Kajian
Rasulullah ﷺ berkata: "Manfaatkan lima hal sebelum datangnya lima hal." Di antaranya adalah masa muda sebelum masa tua, kesehatan sebelum sakit, kekayaan sebelum kemiskinan, waktu luang sebelum sibuk, dan hidup sebelum mati. Hadits ini mengajarkan kita pentingnya memanfaatkan setiap momen dalam hidup, karena kesempatan itu sering kali datang hanya sekali, dan waktu yang terlewat tidak akan pernah bisa kembali.
Melalui kajian hadits ini, mari kita refleksikan bersama: apakah kita sudah memanfaatkan waktu yang diberikan Allah dengan sebaik-baiknya? Apakah kita sudah memprioritaskan ibadah, amal kebaikan, dan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita di dunia dan akhirat? Semoga dengan pemahaman yang lebih baik tentang hadits ini, kita bisa menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menggunakan waktu yang ada.
Belajar
membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat