Khutbah: Ilmu Yang Tidak Bermanfaat dan Bahayanya
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
KHUTBAH PERTAMA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ
رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُونَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا
عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُونَ.
Kaum Muslimin yang Dirahmati
Allah,
Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, kita disuguhi
banjir informasi dan kemudahan akses terhadap berbagai jenis ilmu.
Sekolah, kampus, kursus daring, hingga media sosial,
semuanya menawarkan pengetahuan yang tak terbatas.
Kita diajarkan sejak dini untuk menuntut ilmu
setinggi-tingginya, mengejar gelar, dan meraih prestasi akademik.
Seolah-olah, semakin banyak ilmu yang dimiliki, semakin
mulia dan berbahagialah kehidupan seseorang.
Namun, di tengah gemerlapnya kemajuan ilmu pengetahuan ini,
kita seringkali menyaksikan fenomena yang membingungkan: Orang-orang yang
berilmu tinggi, justru terjebak dalam perilaku tercela.
Seorang pakar hukum yang mengkhianati keadilan,
seorang ekonom yang terlibat penipuan,
seorang ilmuwan yang menyalahgunakan penemuannya, bahkan
seorang ahli agama yang justru menjadi penyebab perpecahan
umat.
Mereka memiliki "ilmu", tetapi mengapa ilmu itu
tidak menjadi cahaya penuntun, melainkan justru menjerumuskan atau menjadi
beban?
Ini membawa kita pada sebuah pertanyaan fundamental: Apakah
semua ilmu itu bermanfaat?
Pada kesempatan khutbah yang penuh berkah ini, izinkanlah
khatib menyampaikan sebuah uraian yang insya Allah akan menjadi renungan bagi
kita semua, dengan judul "Bahaya Ilmu yang Tak Berkah: Antara
Pengetahuan dan Petaka".
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu.
Namun, ada kata kunci penting yang seringkali terlewatkan: ilmu yang
bermanfaat (ilman nāfi'an).
Doa Rasulullah ﷺ setelah shalat Subuh yang masyhur, yang
berbunyi:
كَانَ يَقُولُ إِذَا
صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا
وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا.
"Beliau (Nabi Muhammad ﷺ) biasa berdoa setelah
shalat Subuh, ketika selesai salam: 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima.'"
Doa ini secara eksplisit meminta ilmu yang bermanfaat.
Ini mengisyaratkan bahwa ada pula ilmu yang tidak bermanfaat, bahkan
bisa menjadi bencana bagi pemiliknya. Ilmu yang tidak bermanfaat adalah ilmu
yang tidak diiringi dengan ketakwaan, tidak mendorong pada amal saleh, tidak
membawa kebaikan bagi diri dan orang lain, dan justru bisa menjerumuskan
pelakunya ke dalam dosa atau kesesatan.
Lalu, seperti apakah gambaran ilmu yang tidak bermanfaat
itu? Mari kita selami lebih jauh.
Apa Ciri-Ciri dan Bahaya Ilmu yang Tidak Bermanfaat?
Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah,
Ilmu yang tidak bermanfaat bukanlah sekadar ilmu yang
salah, tetapi ilmu yang tidak mampu atau tidak digunakan untuk
kebaikan.
Ia adalah ilmu yang hampa dari keberkahan.
Mari kita kenali ciri-cirinya:
Ciri pertama (ilmu tidak
bermanfaat):
Ilmu yang Tidak Mendekatkan
Diri kepada Allah:
Ilmu yang sejatinya adalah alat untuk mengenal Allah dan
keagungan-Nya, tetapi justru membuat pemiliknya sombong, angkuh, merasa
paling benar, atau bahkan mengingkari eksistensi Tuhan. Ilmu ini tidak
menumbuhkan rasa syukur, rendah hati, dan ketaatan.
Allah SWT berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ
الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama (orang-orang yang berilmu)." (QS.
Fatir: 28)
Jika ilmu tidak melahirkan rasa takut kepada Allah, maka ia
tidaklah bermanfaat.
Ciri ke-2 (ilmu tidak
bermanfaat):
Ilmu yang Tidak Mendorong
pada Amal Saleh
Seseorang mungkin memiliki banyak pengetahuan agama, hafal
Al-Qur'an, paham hadis-hadis Nabi, atau menguasai fiqih muamalah.
Namun, ilmunya tidak terwujud dalam perbuatan baiknya.
Ia mungkin tahu tentang pentingnya shalat berjamaah, zakat,
atau berbuat jujur, tetapi tidak mengamalkannya. Rasulullah ﷺ berlindung dari ilmu
yang tidak bermanfaat:
اَللّٰهُمَّ إِنِّيْ
أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ، وَمِنْ
قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu
dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari doa yang tidak didengar, dari hati yang
tidak khusyuk, dan dari nafsu yang tidak pernah kenyang." (HR. Muslim)
Ilmu tanpa amal ibarat pohon tak berbuah.
Ciri ke-3 (ilmu tidak
bermanfaat):
Ilmu yang Hanya Berorientasi
Duniawi Semata
Banyak ilmu pengetahuan yang kita pelajari di sekolah dan
kampus, seperti ilmu ekonomi, teknik, kedokteran, atau komunikasi.
Ilmu-ilmu ini menjadi tidak bermanfaat jika hanya
digunakan untuk mengejar kekayaan, jabatan, popularitas, dan pengakuan manusia
semata, tanpa ada sedikitpun niat untuk memberikan kemaslahatan umat,
beribadah kepada Allah, atau menjadi bekal di akhirat.
Contohnya adalah seorang pakar ekonomi syariah yang lihai
dalam teori, namun mengabaikan keadilan sosial atau bahkan terlibat skema
tipu-tipu berkedok syariah demi keuntungan pribadi.
Atau seorang ahli IT yang menggunakan kemampuannya untuk
melakukan kejahatan siber.
Ilmu ini menjadi alat untuk mencapai target duniawi yang
fana, bukan alat untuk meraih ridha Ilahi.
Ciri ke-4 (ilmu tidak
bermanfaat):
Ilmu yang Digunakan untuk Kerusakan dan Kejahatan
Ini adalah jenis ilmu yang paling berbahaya. Ilmu yang
seharusnya membawa manfaat, justru digunakan untuk merugikan orang lain,
menyebarkan fitnah, kebohongan, atau bahkan tindakan kriminal.
Seorang jaksa atau hakim yang memanipulasi hukum demi
keuntungan pribadi, seorang pengacara yang membela kezaliman, atau seorang
pakar komunikasi yang menyebarkan hoaks.
Ilmu yang digunakan untuk memutarbalikkan fakta, mencari
celah kejahatan, atau membenarkan kebatilan, adalah ilmu yang akan menjadi
laknat bagi pemiliknya.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Kita telah memahami betapa berbahayanya ilmu yang tidak
bermanfaat. Ilmu yang semestinya menjadi penerang jalan, justru bisa menjadi
bara api yang membakar pemiliknya jika tidak dilandasi dengan niat yang benar
dan pengamalan yang tulus.
Lalu, bagaimana cara kita memastikan ilmu yang kita miliki
menjadi ilmu yang berkah dan bermanfaat?
Cara pertama untuk memastikan ilmu kita
bermanfaat yaitu
Luruskan Niat dalam Menuntut
Ilmu.
Niatkanlah menuntut ilmu semata-mata karena Allah, untuk
mengenal-Nya, beribadah kepada-Nya, dan memberikan manfaat bagi umat. Jauhkan
niat untuk mencari popularitas, kekayaan, atau pujian manusia. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ
وَجْهَ اللهِ تَعَالَى ، لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ
الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ . يَعْنِي رِيحَهَا
" Barangsiapa mempelajari suatu ilmu yang
seharusnya dicari (dipelajari) karena mengharap wajah Allah Ta'ala, namun ia
tidak mempelajarinya melainkan untuk mendapatkan sebagian dari kenikmatan
dunia, ia tidak akan mendapatkan 'arf (aroma) Surga pada hari Kiamat."
(Maksudnya: baunya)."
Abu Dawud (3664), Ibnu Majah (252), dan Ahmad (8457)
Cara ke-2 untuk
memastikan ilmu kita bermanfaat yaitu:
Amalkan Ilmu yang Telah
Dimiliki.
Ilmu ibarat pohon, dan amal adalah buahnya.
Banyak dari kita fokus menimbun pengetahuan, mengejar
gelar, atau sekadar tahu banyak hal.
Namun, jika ilmu itu tidak pernah diamalkan, ia tak ubahnya
pohon rindang yang tak pernah berbuah—indah dipandang, tapi tak memberi manfaat
nyata.
Kemuliaan sejati sebuah ilmu terletak pada bagaimana kita
menerapkannya dalam kehidupan.
Ilmu yang hanya tersimpan di kepala, tanpa terwujud dalam
tindakan, justru bisa menjadi beban di hari perhitungan.
Betapa sering kita tahu tentang kebaikan, namun lalai
melakukannya; atau tahu bahaya maksiat, namun tetap terjerumus.
Maka, mulailah mengamalkan ilmu dari hal-hal kecil, tanpa
perlu menunggu kesempurnaan.
Cara ke-3 untuk
memastikan ilmu kita bermanfaat yaitu:
Ajarkan dan Sebarkan Ilmu
untuk Kebaikan.
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang disebarkan.
Mengajarkan ilmu adalah bentuk syukur atas nikmat ilmu itu sendiri.
Dengan mengajarkannya, ilmu kita akan bertambah berkah dan
pahalanya terus mengalir, bahkan setelah kita meninggal dunia.
Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا مَاتَ
الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
"Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah
amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat,
atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim)
Cara ke-4 untuk
memastikan ilmu kita bermanfaat yaitu:
Teruslah Berdoa Memohon Ilmu yang Bermanfaat.
Sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ, jadikan doa tersebut
sebagai rutinitas kita. Terutama setelah shalat Subuh, di waktu-waktu mustajab,
mintalah kepada Allah ilmu yang akan menuntun kita pada kebaikan dan menjauhkan
kita dari keburukan. Doanya yaitu:
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang
bermanfaat, Dan rezeki yang baik lagi berkah, Serta amal
perbuatan yang Engkau terima.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Maka dari itu, marilah kita senantiasa memohon kepada Allah
ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang membawa kita semakin dekat dengan-Nya,
ilmu yang membimbing kita pada amal saleh,
ilmu yang menjadi cahaya bagi diri dan orang lain, serta
ilmu yang menjadi bekal kita di akhirat kelak.
Ilmu bukan hanya tentang apa yang kita ketahui, tetapi
tentang bagaimana ilmu itu membentuk karakter kita dan apa yang kita lakukan
dengannya.
بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.
Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,
Mari kita introspeksi diri, sudahkah ilmu yang kita kejar
dan miliki saat ini menjadi lentera bagi hati kita?
Sudahkah ia membimbing kita pada akhlak yang mulia?
Atau, justru menjadi tirai yang menutupi kebenaran dan
pendorong pada keserakahan?
Mari kita ubah cara pandang kita terhadap ilmu, dari
sekadar akumulasi informasi menjadi bekal menuju ridha Allah.
Mari kita angkat tangan kita, menengadahkan hati kepada
Allah, memohon dengan kerendahan diri:
اللَّهُمَّ إِنَّا
نَعُوذُ بِكَ مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ، وَمِنْ
نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ. وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ هَؤُلَاءِ
الْأَرْبَعِ.
"Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung
kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk, dari doa yang tidak didengar, dari
nafsu yang tidak pernah puas (kenyang), dan dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Dan kami berlindung kepada-Mu dari empat hal ini." HR Abu Daud (1548)
Ya Allah, ya Rabbana,
Anugerahkanlah kepada kami ilmu yang Engkau ridhai, yang mampu membimbing kami
kepada kebenaran dan menjauhkan kami dari kebatilan.
Berilah kami taufik untuk mengamalkan setiap ilmu yang kami
miliki dan menjadikannya cahaya dalam kegelapan.
Ya Allah, Kami memohon kepada-Mu rezeki yang halal lagi
thayyib, berkahi setiap usaha kami, jauhkan kami dari yang haram dan syubhat.
Jadikanlah rezeki kami sebagai penolong dalam ketaatan
kepada-Mu.
Ya Allah, Terimalah segala amal ibadah kami, puasa kami,
shalat kami, zakat kami, sedekah kami, haji dan umrah kami.
Jadikanlah setiap langkah kami dalam kebaikan sebagai amal
yang Kau ridhai dan Kau balas dengan surga-Mu.
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا،
وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.
Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada jiwa-jiwa kami,
sucikanlah ia karena Engkau sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkaulah
Pelindung dan Penguasanya.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ
Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat,
Mukminin dan Mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab api neraka.
[Penutup]
عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ
اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى
عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.
وَأَقِمِ الصَّلاةَ