Hadits: Tanda Husnul Khatimah adalah Wafat dengan Kening Berkeringat

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Jama’ah yang dirahmati Allah,
Salah satu kenyataan yang pasti dan tidak bisa dihindari oleh siapa pun di muka bumi ini adalah kematian. Setiap jiwa akan merasakannya. Namun, sering kali kita lebih banyak sibuk memikirkan bagaimana hidup enak, bukan bagaimana mati dengan baik. Padahal, dalam Islam, cara kita meninggal dunia bisa menjadi tanda apakah kita termasuk orang yang dimuliakan atau justru dicabut nyawanya dalam keadaan hina.

Di tengah masyarakat kita, kematian masih sering dipandang sebagai hal yang menakutkan, gelap, dan penuh ketidakpastian. Tidak sedikit orang yang takut mati, tetapi tidak bersiap untuk menghadapinya. Lebih parah lagi, ada yang mengira bahwa semua kematian itu sama, padahal Rasulullah ﷺ telah menyampaikan bahwa cara wafat seorang mukmin itu berbeda. Kematian mereka penuh dengan isyarat kasih sayang Allah. Salah satunya adalah hadits yang kita bahas hari ini. 

Hadits ini penting untuk kita pelajari karena mengandung kabar gembira sekaligus peringatan. Bagi yang beriman dan senantiasa menjaga amal, ada harapan besar untuk mendapatkan husnul khatimah, dan salah satu tandanya adalah kening yang berkeringat saat wafat. Ini bukan sekadar fenomena medis, tapi tanda spiritual yang diajarkan oleh Nabi ﷺ.

Kajian ini hadir agar kita tidak lagi memandang kematian sebagai sekadar takdir yang datang begitu saja, tapi sebagai bagian dari perjalanan iman kita yang harus disiapkan dengan sungguh-sungguh. Hadits ini menjadi penuntun agar kita berusaha menjalani hidup sebagai mukmin sejati dan mati dalam keadaan yang diridhai Allah. Maka marilah kita buka hati dan pikiran untuk menyimak dan menggali pelajaran dari sabda mulia Nabi ﷺ ini, agar hidup kita benar, dan kematian kita mulia. 


Dari Buraidah bin al-Hushaib al-Aslami radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

ٱلۡمُؤۡمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ ٱلۡجَبِينِ

“Orang mukmin meninggal dalam keadaan keningnya berkeringat.”

HR. At-Tirmidzi (982), an-Nasa’i (1829), Ibnu Māajah (1452), dan Aḥmad bin Ḥanbal dalam Musnad (23097).


Arti dan Penjelasan Per Perkataan


 

ٱلۡمُؤۡمِنُ
Orang mukmin

Perkataan ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini adalah seseorang yang memiliki iman kepada Allah, Rasul-Nya, dan seluruh ajaran Islam.

Iman bukan hanya di lisan atau pengakuan, tetapi mencakup keyakinan dalam hati, perkataan, dan amal perbuatan.

Sebutan "المؤمن" merupakan pujian sekaligus penanda bahwa seseorang tersebut berada dalam naungan petunjuk dan kebaikan.

Hadits ini mengarahkan pandangan kita bahwa ada keistimewaan tersendiri dalam cara kematian seorang mukmin dibanding selainnya.

Maka, sebutan ini memberikan kehormatan atas akhir kehidupan seorang yang beriman.


يَمُوتُ
Meninggal dunia

Perkataan ini menunjukkan bahwa yang dibicarakan adalah kondisi seseorang ketika menghadapi ajal.

Kematian adalah ketetapan dari Allah yang tidak bisa dielakkan, dan setiap jiwa pasti akan merasakannya.

Dalam konteks ini, kematian seorang mukmin bukan hanya peristiwa biologis, tetapi juga momentum spiritual yang penuh makna.

Kematian seorang mukmin menjadi penutup dari amalnya dan pembuka bagi kehidupan akhirat yang kekal.

Oleh karena itu, kalimat ini mengisyaratkan pentingnya kesiapan ruhani dan amal sebelum datangnya ajal.


بِعَرَقِ ٱلۡجَبِينِ
Dalam keadaan keningnya berkeringat

Perkataan ini memberikan gambaran fisik tentang kondisi wafatnya seorang mukmin, yaitu dengan keluarnya keringat dari kening.

Ini adalah isyarat akan kematian yang lembut dan penuh rahmat, karena dalam banyak riwayat disebutkan bahwa keluarnya keringat di dahi merupakan tanda dari husnul khatimah (akhir hidup yang baik).

Keringat di dahi juga menandakan bahwa ruh keluar dengan tenang dan tidak disertai penderitaan berat.

Dalam aspek lain, ini juga bisa menunjukkan bahwa seorang mukmin sampai akhir hayatnya tetap berada dalam keadaan serius, tidak lalai, dan bersungguh-sungguh—bahkan ketika menghadapi sakaratul maut.

 Maka, ini adalah isyarat bahwa Allah memberikan kemuliaan bagi mukmin dalam detik-detik terakhir hidupnya.

 


Syarah Hadits


شِدَّةُ الْمَوْتِ وَسَكَرَاتِهِ
Kerasnya kematian dan sakaratul mautnya

لَيْسَتْ بِالضَّرُورَةِ دَلِيلًا عَلَى الْعَذَابِ أَوْ سُوءِ الْخَاتِمَةِ
Tidak selalu menjadi tanda azab atau buruknya akhir kehidupan

يُوَضِّحُ هَذَا مَا فِي الْحَدِيثِ
Hal ini dijelaskan dalam hadits

حَيْثُ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Ketika Nabi bersabda

"ٱلْمُؤْمِنُ يَمُوتُ بِعَرَقِ ٱلْجَبِينِ"
"Orang mukmin meninggal dalam keadaan keningnya berkeringat"

قِيلَ: هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ شِدَّةِ الْمَوْتِ حَتَّى يَعْرَقَ جَبِينُهُ لِتَمْحِيصِ ذُنُوبِهِ
Dikatakan: Itu merupakan ungkapan tentang kerasnya kematian hingga keningnya berkeringat untuk menghapus dosa-dosanya

أَوْ لِزِيَادَةِ دَرَجَتِهِ
Atau untuk menambah derajatnya

وَقِيلَ: هُوَ عَلَامَةُ الْخَيْرِ عِندَ الْمَوْتِ
Dan dikatakan: Itu adalah tanda kebaikan saat meninggal dunia

وَقِيلَ: هُوَ كِنَايَةٌ عَنْ كَدِّ الْمُؤْمِنِ فِي طَلَبِ الْحَلَالِ
Dan dikatakan: Itu adalah kiasan tentang usaha keras seorang mukmin dalam mencari yang halal

وَتَضْيِيقِهِ عَلَى نَفْسِهِ بِالصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ تَعَالَى
Dan menyempitkan atas dirinya dengan puasa dan shalat sampai ia bertemu Allah Ta‘ala

وَقِيلَ: يَعْرَقُ جَبِينُهُ حَيَاءً بِمَا جَاءَهُ مِنَ الْبُشْرَى بِهِ عِندَ مَوْتِهِ
Dan dikatakan: Keningnya berkeringat karena malu atas kabar gembira yang datang kepadanya saat wafat

وَالْجَبِينُ: الْجَبْهَةُ وَمُقَدَّمُ الرَّأْسِ
Dan al-jabīn adalah dahi dan bagian depan kepala

وَقَدْ رَوَى أَحْمَدُ وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَغَيْرُهُمْ
Dan telah meriwayatkan Ahmad, Ibnu Mājah, at-Tirmiżī, dan yang lainnya

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
Dari Sa‘d bin Abī Waqqāṣ radhiyallāhu ‘anhu

قَالَ: "سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟
Beliau berkata: “Nabi ditanya: Siapakah manusia yang paling berat ujiannya?”

قَالَ: الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ
Beliau bersabda: “Para nabi, kemudian yang terbaik lalu yang berikutnya”

يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
Seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya

فَإِنْ كَانَ صُلْبًا فِي دِينِهِ اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ
Jika dia kuat dalam agamanya maka ujiannya pun berat

وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ هُوِّنَ عَلَيْهِ
Dan jika dalam agamanya ada kelemahan maka diringankan baginya”


Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/2685


Pelajaran dari Hadits ini


1. Keistimewaan Seorang Mukmin

Dalam perkataan ٱلۡمُؤۡمِنُ (orang mukmin), hadits ini membuka dengan menunjukkan bahwa kemuliaan dalam kematian ini khusus diberikan kepada orang yang beriman. Seorang mukmin adalah orang yang hatinya percaya kepada Allah, lisannya mengucapkan kebenaran, dan anggota tubuhnya tunduk kepada perintah agama. Kematian dengan cara yang mulia adalah balasan atas hidup yang dijalani dengan penuh keimanan dan ketakwaan. Allah berfirman dalam QS. Fussilat: 30:


إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَـٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ
(Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka tetap istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): “Janganlah kamu takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”)

Hadits ini sekaligus menyiratkan bahwa tidak semua orang mendapatkan kemuliaan dalam kematiannya, hanya mereka yang benar-benar mukmin sejati.


2. Waktu Kematian Adalah Penentu Nilai Hidup

Perkataan يَمُوتُ (meninggal dunia) mengingatkan kita bahwa hidup ini hanyalah sementara dan kematian adalah akhir dari perjalanan dunia. Namun, bukan sekadar mati yang biasa, hadits ini memberi isyarat bahwa kondisi meninggalnya seorang mukmin itu istimewa. Kematian seorang mukmin bukan penyesalan, tetapi pertemuan dengan Rabb-nya. Nabi ﷺ bersabda:


مَن أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ

(Barang siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun mencintai perjumpaan dengannya.) – HR. al-Bukhari (6507).
Maka dari itu, kematian bukan hal yang menakutkan bagi orang beriman, melainkan pintu menuju kehidupan yang kekal. Kematian menjadi penutup amal dan penentu nasib akhirat, maka hadits ini mengajarkan agar kita menyiapkan akhir hidup sebaik mungkin.


3. Tanda Husnul Khatimah
Perkataan بِعَرَقِ ٱلۡجَبِينِ (dalam keadaan keningnya berkeringat) menjelaskan tanda yang tampak pada fisik orang mukmin ketika meninggal. Dalam banyak riwayat, keluarnya keringat dari dahi disebut sebagai tanda baik (husnul khatimah), yaitu bahwa ruh seorang mukmin keluar dengan tenang, tanpa jeritan, tanpa kekerasan, dan dengan rahmat Allah. Tanda ini menunjukkan bahwa Allah memudahkan sakaratul mautnya. Dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَوْتُ الْمُؤْمِنِ بِعَرَقِ الْجَبِينِ
(Kematian orang mukmin itu ditandai dengan keluarnya keringat di dahi.) – HR. an-Nasā’ī (1828).
Keringat ini juga bisa ditafsirkan sebagai bentuk penghabisan tenaga dalam menghadapi kematian, namun tetap dalam ketenangan dan keberkahan. Ini mengisyaratkan bahwa kematian seorang mukmin penuh dengan kemuliaan dan penjagaan dari Allah.


4. Kematian yang Lembut Adalah Karunia

Hadits ini juga memberikan pemahaman bahwa kematian yang tenang dan tidak disertai kesakitan hebat adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Banyak orang wafat dengan keadaan menakutkan, tetapi seorang mukmin dimuliakan dengan kondisi yang menunjukkan kelembutan. Allah berfirman dalam QS. al-Nazi’at: 2:
وَٱلنَّـٰزِعَـٰتِ غَرْقًۭا ١ وَٱلنَّـٰشِطَـٰتِ نَشْطًۭا
(Demi (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras, dan (malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan lemah-lembut.)

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa ada dua jenis pencabutan ruh: dengan keras untuk orang kafir dan dengan lembut untuk orang beriman. Maka, keluarnya keringat di dahi adalah salah satu pertanda pencabutan ruh yang lembut dan penuh rahmat.


5. Pahala Sampai Akhir Nafas

Keringat yang keluar saat kematian bisa juga diartikan sebagai tanda usaha terakhir seorang mukmin dalam beramal hingga ajal menjemput. Ini menandakan bahwa seorang mukmin tetap dalam keadaan berjuang, tidak lalai, dan tidak menyerah dalam kebaikan hingga ruhnya dicabut. Rasulullah ﷺ bersabda:


إِذَا مَاتَ ٱبْنُ آدَمَ ٱنْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ
(Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga perkara...) – HR. Muslim (1631).

Hadits ini mendorong kita agar tidak berhenti dalam berbuat baik, sebab waktu kita sangat terbatas. Bahkan sampai detik terakhir, seorang mukmin masih dalam keadaan beramal atau bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan dirinya.


6. Menghormati Jenazah Orang Mukmin

Dari hadits ini juga bisa diambil pelajaran bahwa jenazah seorang mukmin harus diperlakukan dengan penuh hormat karena ia wafat dalam keadaan dimuliakan oleh Allah. Tanda-tanda yang terlihat pada tubuhnya menjadi bukti penghormatan itu. Dalam Islam, kita diperintahkan untuk menyegerakan pengurusan jenazah dan mendoakannya dengan tulus. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ
(Jika kalian menshalati jenazah, maka ikhlaskanlah doa untuknya.) – HR. Abu Dawud (3199).
Maka hadits ini menanamkan sikap adab terhadap orang-orang yang wafat dalam keadaan beriman.


7. Kematian Sebagai Nasihat Terbesar

Hadits ini juga menjadi pengingat bagi yang masih hidup bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan tidak selalu disertai tanda yang dramatis. Bahkan, bisa saja datang dengan tenang seperti keluarnya keringat di dahi. Ini seharusnya membuat kita lebih sadar dan bersiap. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَكْثِرُوا مِنْ ذِكْرِ هَادِمِ اللَّذَّاتِ
(Perbanyaklah mengingat penghancur segala kenikmatan, yaitu kematian.) – HR. at-Tirmidzi (2307).
Kematian bukan hanya akhir, tetapi titik tolak dari kehidupan abadi. Maka, hadits ini adalah ajakan untuk mengisi kehidupan dengan keimanan dan amal.


8. Keutamaan Mendoakan Husnul Khatimah
Hadits ini mengajarkan kita untuk senantiasa memohon kepada Allah agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah. Sebab tidak semua orang mendapatkannya, meskipun tampaknya saleh di mata manusia. Doa yang diajarkan Nabi ﷺ:
اللَّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
(Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan husnul khatimah.)
Kita harus takut akan su’ul khatimah, dan terus berdoa serta menjaga amal sampai akhir hayat.


Kesimpulan: Secara keseluruhan, hadits ini menggambarkan kemuliaan akhir hidup orang mukmin dengan tanda kening yang berkeringat saat wafat. Ini menunjukkan husnul khatimah, ketenangan saat sakaratul maut, dan penghormatan dari Allah. Kematian seperti ini adalah hasil dari keimanan, amal saleh, dan kesungguhan hidup. Hadits ini mengajak kita untuk hidup dalam iman, dan bersiap menghadapi kematian yang pasti, dengan terus beramal hingga nafas terakhir. 


Penutup Kajian


Alhamdulillah, setelah bersama-sama kita menyimak sabda Rasulullah ﷺ dan menggali makna dari hadits tentang wafatnya seorang mukmin dengan keringat di kening, semoga hati kita semakin terbuka akan pentingnya menjalani hidup dengan keimanan yang sungguh-sungguh.

Hadits ini bukan hanya menggambarkan kondisi fisik menjelang kematian, tapi lebih dalam lagi, ia menunjukkan bagaimana Allah memuliakan hamba-Nya yang beriman dengan kematian yang tenang dan penuh rahmat. Keringat di kening bukan sekadar tetesan air, tapi pertanda husnul khatimah—akhir hidup yang baik.

Faedah besar dari hadits ini adalah bahwa kehidupan seorang mukmin tidak akan sia-sia. Jika ia menjaga imannya, beramal dengan ikhlas, dan terus istiqamah hingga akhir hayat, maka Allah akan memberikan akhir yang indah. Hadits ini juga menjadi pengingat agar kita tidak pernah merasa aman dari buruknya akhir, dan karena itu kita harus terus memperbaiki diri setiap hari.

Kami berharap, selepas kajian ini, setiap dari kita semakin semangat dalam beribadah, semakin takut kepada su’ul khatimah, dan semakin berharap agar diwafatkan dalam keadaan husnul khatimah sebagaimana digambarkan dalam hadits ini. Semoga setiap amal kecil kita menjadi sebab Allah memberikan akhir hidup yang mulia. Mari kita iringi sisa umur kita dengan doa, amal, dan tekad untuk menjadi mukmin sejati—yang hidupnya penuh manfaat dan kematiannya penuh berkah.

وَاللَّهُ الْمُوَفِّقُ إِلَى سَوَاءِ السَّبِيلِ.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci