Hadits: Kesempurnaan Shalat dengan Merapikan Shaf

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Bapak, Ibu, serta saudara-saudari sekalian yang dirahmati Allah,
Salah satu ibadah yang paling rutin kita laksanakan bersama adalah shalat berjamaah. Kita datang ke masjid lima kali sehari, berdiri bersama dalam satu barisan, mengikuti imam, dan menghadap kiblat yang sama. Namun, tanpa kita sadari, ada satu perkara yang sering terabaikan dalam ibadah ini—yaitu merapikan dan meluruskan shaf (barisan) saat berjamaah. Kita sering melihat shaf yang renggang, tidak lurus, sebagian orang berdiri lebih maju atau lebih mundur, bahkan kadang tidak peduli apakah barisan di kanan-kirinya sudah rapi atau belum. Padahal, perkara ini bukan hanya soal penampilan luar, tetapi bagian dari kesempurnaan shalat yang sangat ditekankan dalam ajaran Rasulullah ﷺ.

Hadits yang akan kita kaji hari ini memberikan pesan kuat bahwa shaf yang rapi bukan sekadar tata tertib, tetapi mencerminkan kedisiplinan, kebersamaan, dan kualitas ibadah kita kepada Allah.

Urgensi hadits ini untuk dipelajari sangat besar, karena berkaitan langsung dengan amal ibadah utama umat Islam, yaitu shalat. Dengan memahami hadits ini, kita akan lebih sadar bahwa setiap detail dalam ibadah memiliki nilai dan hikmah, dan bahwa kekompakan umat dimulai dari hal-hal kecil yang tampak sederhana namun bernilai besar di sisi Allah. Maka dari itu, mari kita telusuri makna, pelajaran, dan implikasi dari hadits ini agar shalat berjamaah kita tidak hanya sah, tetapi juga sempurna dan diridhai oleh Allah. 


Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

سَوُّوا صُفُوفَكُمْ، فإنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِن إقَامَةِ الصَّلَاةِ

Ratakanlah shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya meratakan shaf adalah bagian dari menegakkan shalat.

HR. Al-Bukhari (723) dan Muslim (433)  


Arti dan Penjelasan Per Perkataan


سَوُّوا صُفُوفَكُمْ
Ratakanlah shaf-shaf kalian.

Perintah ini disampaikan langsung oleh Rasulullah sebagai bentuk arahan dalam pelaksanaan shalat berjamaah.

Perintah meratakan shaf menunjukkan pentingnya keteraturan dan kekompakan dalam ibadah bersama.

Kerapian dalam shaf bukan hanya soal penampilan luar, tetapi mencerminkan kesatuan hati dan semangat kebersamaan umat Islam.

Jika barisan dalam shalat tidak rapi, hal itu dapat memengaruhi kekhusyukan dan ketertiban dalam ibadah.

Kesempurnaan shalat tidak hanya terletak pada bacaan dan gerakan, tetapi juga pada kedisiplinan jamaah dalam membentuk barisan yang lurus dan rapat.

Rasulullah bahkan menegur sahabat-sahabatnya jika melihat shaf yang tidak rata, menandakan bahwa ini perkara yang tidak sepele.


فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ
Karena meratakan shaf-shaf itu...

Bagian ini menjelaskan alasan atau hikmah dari perintah sebelumnya, dengan penekanan menggunakan kata "فَإِنَّ" (karena sesungguhnya).

Ungkapan ini menunjukkan bahwa meratakan shaf bukan semata-mata tindakan lahiriah, tetapi ada nilai dan bobot ibadah di dalamnya.

Perataan shaf bukan hanya etika berjamaah, tetapi bagian dari ajaran Rasulullah yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim.

Dengan menyamakan barisan, tumbuh sikap saling memperhatikan antar jamaah dan menguatkan hubungan sosial di antara mereka.

Shaf yang sejajar menunjukkan bahwa semua jamaah memiliki kedudukan yang sama di hadapan Allah, tanpa memandang status atau latar belakang.


مِن إقَامَةِ الصَّلَاةِ
…termasuk bagian dari menegakkan shalat.

Perkataan ini menunjukkan bahwa kerapian shaf merupakan bagian integral dari iqamat ash-ashalah (menegakkan shalat dengan sempurna).

Menegakkan shalat tidak hanya berarti melaksanakan shalat secara fisik, tetapi juga menegakkannya dengan tata cara yang benar dan sempurna.

Dengan meratakan shaf, berarti seseorang telah menjaga kesempurnaan tata cara shalat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah .

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memperhatikan aspek-aspek kecil dalam ibadah karena semuanya saling melengkapi untuk meraih kesempurnaan.

Dalam konteks sosial, kerapian shaf mendidik umat untuk hidup teratur, saling menghargai, dan menjaga harmoni dalam kebersamaan.

Maka, mengabaikan perataan shaf berarti mengurangi kesempurnaan shalat dan melemahkan semangat persatuan yang dibangun melalui ibadah bersama.


Syarah Hadits


الإِسْلَامُ دِينُ النِّظَامِ وَالْهِمَّةِ الْعَالِيَةِ
Islam adalah agama keteraturan dan semangat yang tinggi

وَهُوَ يَحْرِصُ عَلَى أَنْ يَكُونَ الْمُسْلِمُونَ لُحْمَةً وَاحِدَةً
Dan ia sangat menjaga agar kaum Muslimin menjadi satu kesatuan yang utuh

يُعَاضِدُ وَيُؤَازِرُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا
Sebagian mereka saling membantu dan saling menguatkan

وَيَخْشَى عَلَيْهِمْ مَوَاطِنَ النِّزَاعِ وَالْخِلَافِ
Dan ia khawatir terhadap mereka dari tempat-tempat pertikaian dan perpecahan

وَخَيْرُ مَوَاطِنِ اجْتِمَاعِ الْمُسْلِمِينَ هُوَ حُضُورُهُمْ لِلْجَمَاعَاتِ فِي الْمَسْجِدِ
Dan tempat terbaik berkumpulnya kaum Muslimin adalah kehadiran mereka dalam shalat berjamaah di masjid

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ أَمَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِتَسْوِيَةِ الصُّفُوفِ
Dan dalam hadits ini Nabi memerintahkan untuk meratakan shaf

وَقَدْ عَلَّلَ ذَلِكَ بِقَوْلِهِ: فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنْ إِقَامَةِ الصَّلَاةِ
Dan beliau menjelaskan sebabnya dengan sabdanya: “Sesungguhnya meratakan shaf termasuk bagian dari menegakkan shalat”

بِمَعْنَى: مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ وَكَمَالِهَا
Maksudnya: bagian dari menyempurnakan dan menyelesaikan shalat dengan baik

وَتَسْوِيَةُ الصُّفُوفِ مَعْنَاهَا: اعْتِدَالُ الْقَائِمِينَ بِهَا عَلَى هَيْئَةٍ وَاحِدَةٍ
Dan makna dari meratakan shaf adalah berdirinya para jamaah secara lurus dalam satu bentuk yang sama

وَفِي الصَّحِيحَيْنِ مِنْ حَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَّفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ
Dan dalam Shahihain dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya menegakkan shaf termasuk bagian dari bagusnya shalat”

يَعْنِي: أَنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ أَدْعَى لِحِفْظِ الصَّلَاةِ مِنْ أَنْ يَقَعَ خَلَلٌ فِي وَاجِبَاتِهَا وَمَنْدُوبَاتِهَا
Artinya: meratakan shaf lebih menjaga shalat dari terjadinya kekurangan pada kewajiban maupun sunah-sunahnya

فَهُوَ أَجْرٌ مُتَمِّمٌ لِأَجْرِ الصَّلَاةِ؛ وَذَلِكَ لِمَنْ حَرَصَ عَلَى إِتْمَامِ الصَّفِّ
Maka itu adalah pahala tambahan bagi pahala shalat, yaitu bagi orang yang berusaha menyempurnakan shaf

وَقَدْ ذَكَرَ الْعُلَمَاءُ فِي مَعْنَى تَسْوِيَةِ الصَّفِّ أُمُورًا وَحِكَمًا
Para ulama telah menyebutkan dalam makna meratakan shaf beberapa hal dan hikmah

مِنْهَا: مَا فِي ذَلِكَ مِنْ حُسْنِ الْهَيْئَةِ وَحُسْنِ الصَّلَاةِ
Di antaranya: hal itu menunjukkan keindahan bentuk dan keindahan pelaksanaan shalat

وَأَنَّ حُصُولَ الِاسْتِقَامَةِ وَالِاعْتِدَالِ مَطْلُوبٌ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Dan bahwa tercapainya kerapian dan keselarasan itu dituntut secara lahir maupun batin

وَمِنْهَا: لِئَلَّا يَتَخَلَّلَهُمُ الشَّيْطَانُ فَيُفْسِدَ صَلَاتَهُمْ بِالْوَسْوَسَةِ
Di antaranya juga: agar setan tidak menyusup di antara mereka dan merusak shalat mereka dengan bisikan

وَمِنْهَا: أَنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ تُـمَكِّنُهُمْ مِنْ صَلَاتِهِمْ مَعَ كَثْرَةِ جَمْعِهِمْ
Di antaranya pula: bahwa meratakan shaf memudahkan mereka untuk shalat meskipun jumlah mereka banyak

فَإِذَا تَرَاصُّوا وَسِعَ جَمِيعَهُمُ الْمَسْجِدُ، وَإِذَا لَمْ يَفْعَلُوا ذَلِكَ ضَاقَ عَنْهُمْ
Maka jika mereka rapatkan shaf, masjid akan cukup untuk semua, namun jika tidak, masjid menjadi sempit bagi mereka 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/140718


Pelajaran dari Hadits ini


 

1. Pentingnya Meratakan Shaf dalam Shalat

Dalam perkataan سَوُّوا صُفُوفَكُمْ (Ratakanlah shaf-shaf kalian), Rasulullah ﷺ memerintahkan secara langsung kepada para sahabat agar merapikan barisan ketika shalat berjamaah. Ini menunjukkan bahwa kerapian dan keteraturan dalam barisan bukan hanya soal keindahan lahiriah, tetapi bagian dari kesempurnaan ibadah. 

Dengan barisan yang lurus dan rapat, hati para jamaah akan saling terhubung, tidak ada celah bagi setan untuk menyusup dan memecah kekhusyukan. 

Al-Qur’an juga mengajarkan keteraturan dalam ibadah dan kehidupan melalui ayat:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ (Ash-Shaff: 4)
(Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti bangunan yang tersusun kokoh).

Ayat ini menggambarkan bahwa Allah mencintai keteraturan dalam perjuangan, begitu juga dalam ibadah seperti shalat.


2. Merapikan Shaf Adalah Bagian dari Kesempurnaan Shalat

Perkataan فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصُّفُوفِ (Karena meratakan shaf-shaf itu) menjadi penjelasan dari perintah sebelumnya, bahwa merapikan shaf bukan hanya anjuran, tapi ada alasannya yang kuat. Kalimat ini menunjukkan bahwa perataan shaf memiliki nilai tersendiri dalam pandangan syariat. 

Merapikan shaf juga mengajarkan kita untuk tidak bersikap acuh, tapi peduli terhadap posisi orang lain dalam berjamaah. 

Ini bagian dari rasa hormat terhadap sesama Muslim dan menunjukkan bahwa dalam ibadah, setiap orang saling menyempurnakan. 

Dalam hadits lain Rasulullah ﷺ bersabda:
لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمْ أَوْ لَيُخَالِفَنَّ اللَّهُ بَيْنَ وُجُوهِكُمْ
(Sungguh kalian harus meluruskan shaf kalian, atau Allah akan menyelisihkan wajah-wajah kalian). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa kelalaian dalam merapikan shaf bisa berdampak pada perpecahan hati dan rusaknya ukhuwah.


3. Meratakan Shaf Termasuk Menegakkan Shalat

Perkataan مِن إقَامَةِ الصَّلَاةِ (termasuk bagian dari menegakkan shalat) menunjukkan bahwa merapikan shaf adalah salah satu unsur yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan shalat yang benar. 

Menegakkan shalat tidak cukup hanya dengan membaca dan bergerak secara benar, tetapi juga mencakup bagaimana jamaah berdiri bersama dalam barisan yang rapi. 

Islam mengajarkan bahwa kesempurnaan ibadah tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga sosial. 

Karena itu, memperhatikan shaf adalah bagian dari iqāmat aṣ-ṣalāh sebagaimana disebut dalam banyak ayat Al-Qur’an, seperti:
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (An-Naml: 3)
(Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka yakin akan adanya akhirat).

Menegakkan shalat dalam ayat ini mencakup seluruh unsur kesempurnaan shalat, termasuk tata letak shaf, kekhusyukan hati, dan kepedulian terhadap sesama jamaah.


4. Disiplin dan Kepedulian Sosial dalam Ibadah Jamaah

Hadits ini juga mengajarkan pentingnya kedisiplinan dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar dalam konteks ibadah berjamaah. 

Saat seorang Muslim berdiri dalam shaf, ia dituntut untuk tidak mementingkan posisi dirinya saja, tapi juga memastikan bahwa orang di sebelahnya berada dalam barisan yang lurus. 

Ini melatih jiwa untuk tidak egois, sekaligus memperkuat rasa kebersamaan. Rasulullah ﷺ bersabda:
سَوُّوا صُفُوفَكُمْ، وَلَايَخْتَلِفْ بَيْنَكُمْ قُلُوبُكُمْ
(Ratakanlah shaf kalian, dan jangan sampai hati kalian berselisih). (HR. Muslim)

Dengan kata lain, kekompakan lahir (shaf) berpengaruh langsung terhadap kesatuan batin (hati). Disiplin dalam hal kecil seperti posisi berdiri dalam shalat akan membentuk kebiasaan tertib dalam kehidupan sosial secara lebih luas.


5. Menjaga Persatuan Umat dalam Ibadah

Salah satu pelajaran penting dari hadits ini adalah bahwa ibadah jamaah seperti shalat tidak hanya bentuk penghambaan pribadi kepada Allah, tetapi juga sarana mempererat ukhuwah Islamiyah. 

Ketika umat Islam berdiri bersama dalam barisan yang lurus tanpa membedakan status sosial, suku, atau kekayaan, maka lahir rasa kesetaraan dan kebersamaan. 

Hal ini diperkuat oleh sabda Nabi ﷺ:
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ... فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا... وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلُّوا قُعُودًا أَجْمَعُونَ
(Imam dijadikan untuk diikuti… jika ia bertakbir, maka bertakbirlah… jika ia shalat sambil duduk, maka shalatlah kalian semua sambil duduk). (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kebersamaan dalam gerakan dan barisan ini mencerminkan kebersamaan hati dan visi umat Islam, yang seharusnya menjadi cermin bagi kehidupan sosial mereka di luar shalat.


6. Keteladanan Rasulullah ﷺ dalam Mendidik Umat

Hadits ini juga memperlihatkan metode pendidikan Rasulullah ﷺ yang sangat memperhatikan hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari. 

Beliau tidak hanya memberi perintah secara umum, tapi mencontohkan langsung dan menegur jika terjadi kekeliruan. Dalam riwayat disebutkan bahwa beliau berjalan menyusuri shaf dan membetulkan posisi pundak para sahabat agar lurus. 

Ini menunjukkan bahwa mendidik umat dalam ibadah tidak cukup hanya dengan ceramah, tapi juga dengan teladan dan keterlibatan langsung. 

Cara ini membuat para sahabat merasakan kehangatan dan kesungguhan Nabi ﷺ dalam membimbing mereka.


Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa kerapian dalam shaf adalah cerminan dari kesempurnaan shalat, kedisiplinan, persatuan, dan kepedulian sosial dalam Islam. Merapikan barisan bukanlah hal kecil, melainkan bagian dari menegakkan shalat dengan sempurna sebagaimana diajarkan Rasulullah ﷺ. Dengan memahami dan mengamalkan hadits ini, umat Islam dapat memperkuat ukhuwah, membentuk karakter tertib, dan membangun masyarakat yang harmonis melalui ibadah bersama.


Penutup Kajian


Saudara-saudari sekalian yang dimuliakan Allah,

Dari hadits yang telah kita pelajari bersama, kita memahami bahwa merapikan dan meluruskan shaf dalam shalat berjamaah bukanlah hal remeh atau sekadar urusan teknis. Ia adalah bagian dari menegakkan shalat, ibadah paling agung dalam Islam. Rasulullah ﷺ menjadikan kerapian shaf sebagai tanda kesempurnaan ibadah, kedisiplinan, serta bentuk nyata dari ukhuwah dan kebersamaan umat Islam. Meluruskan shaf adalah ibadah kolektif yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama, ketundukan terhadap sunnah Nabi ﷺ, serta bukti ketaatan dalam mengikuti petunjuk Rasul.

Harapan besar dari kajian ini adalah agar setiap kita mulai memperhatikan shaf ketika shalat berjamaah, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga mengajak orang di kanan dan kiri kita untuk bersama-sama membentuk barisan yang lurus dan rapat. Kita jadikan masjid sebagai tempat belajar keteraturan dan kekompakan, dan dari sana kita bawa semangat itu ke dalam kehidupan sehari-hari: di rumah, di tempat kerja, dan di tengah masyarakat. Semoga dengan memperhatikan sunnah yang tampak sederhana ini, Allah menyempurnakan shalat kita, mempererat hati kita, dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang tertib, rukun, dan bersatu di atas ketaatan. Aamiin.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci