Khutbah: Shalat Gerhana Bulan Tanggal 07-08 September 2025
الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالقَمَرَ
نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالحِسَابَ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الَّذِي بَلَّغَ الرِّسَالَةَ، وَأَدَّى الأَمَانَةَ، وَنَصَحَ لِلأُمَّةِ، وَجَاهَدَ فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ، وَتَرَكَنَا عَلَى المَحَجَّةِ البَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيغُ عَنْهَا إِلَّا هَالِكٌ.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَّا بَعْدُ،
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah
membentangkan langit dan menghiasi malam dengan rembulan. Shalawat serta salam
semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad ﷺ,
yang cahaya wajahnya lebih terang dari bulan purnama, pembawa risalah
kebenaran, dan penuntun jalan ke surga.
Saudaraku seiman, kita berkumpul di sini, di bawah naungan malam yang dihiasi fenomena langit yang agung.
Bulan, yang biasanya menjadi pelita di kegelapan, kini
perlahan ditelan bayangan. Ia menjadi pertanda bahwa semua yang ada di alam
semesta ini tunduk pada kehendak-Nya.
Fenomena ini bukan sekadar peristiwa alam biasa, melainkan
teguran dan pengingat dari Yang Maha Kuasa.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Sungguh, betapa mulia hati-hati yang digerakkan oleh
panggilan iman di malam yang pekat ini.
Di saat banyak mata terpejam dalam mimpi, dan tubuh-tubuh
terlelap dalam kelelahan, kita justru bangkit. Kita melangkahkan kaki,
menggerakkan raga, untuk sujud dan ruku' di hadapan-Nya.
Di tengah keheningan yang mencekam, kita memilih untuk
membasahi bibir dengan tasbih, melafalkan takbir, dan mengalirkan doa.
Gerakan-gerakan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan pengisi catatan mizan kebaikan yang tak ternilai, sebuah investasi amal di saat banyak orang lalai.
Rasa lelah yang kita rasakan, dinginnya embun yang
menyentuh, dan perjuangan melawan kantuk adalah saksi bisu dari ketulusan kita.
Ini adalah bukti cinta kita kepada Allah, Rabb yang telah
menganugerahkan begitu banyak nikmat.
Malam ini, kita merespons isyarat-Nya dengan shalat gerhana,
sebagai wujud pengakuan bahwa hanya Dialah yang berhak atas segala puja dan
puji, dan hanya kepada-Nya kita kembali.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Shalat yang kita tunaikan ini adalah perintah
langsung dari Rasulullah ﷺ. Beliau memberikan
kita panduan yang jelas saat menghadapi fenomena alam yang menakjubkan ini.
Mari kita renungkan dalil al-Quran dan hadits Nabi ﷺ tentang gerhana.
Allah berfirman dalam Surah Fushshilat
ayat 37:
وَمِنْ
آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا
لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ
كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kalian bersujud kepada matahari dan
jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang
menciptakannya, jika memang kalian hanya menyembah kepada-Nya.”
Ayat ini adalah teguran tegas bagi mereka yang menyembah
benda-benda langit. Allah menegaskan bahwa matahari dan bulan hanyalah
ciptaan-Nya.
Maka, ketika keduanya mengalami perubahan, kita seharusnya
tidak panik atau takut, melainkan kembali kepada Sang Pencipta.
Kita tidak bersujud kepada gerhana, melainkan bersujud
kepada Allah yang menguasai seluruh alam semesta.
Dari Al-Mughirah bin Syu'bah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ
فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا، وَادْعُوا اللَّهَ
"Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang. Jika kalian melihatnya, maka shalatlah dan berdoalah kepada Allah.”
Hadits ini meluruskan keyakinan masyarakat pada saat itu
tentang fenomena gerhana matahari. Rasulullah ﷺ
dengan tegas menolak anggapan bahwa gerhana terjadi karena wafat atau lahirnya
seseorang.
Dahulu, di zaman Rasulullah, masyarakat jahiliyah
beranggapan bahwa gerhana terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang.
Kebetulan saat gerhana matahari terjadi, putra Rasulullah
yang masih kecil bernama Ibrahim wafat.
Nabi ﷺ langsung menjelaskan
dengan sabda beliau di atas, bahwa gerhana itu muncul bukan karena sebab
kematian seseorang.
Mitos serupa juga ada di tempat
lain, seperti di Cina yang percaya gerhana terjadi karena naga langit, atau di
tanah Jawa yang menganggapnya karena raksasa jahat Batara Kala. Mereka memukul
kentongan untuk menakut-nakuti Batara Kala.
Islam datang untuk memperbaiki pemahaman yang salah.
Nabi ﷺ mengajarkan kita
untuk tidak panik, melainkan kembali kepada Allah, Sang Pencipta.
Beliau menjelaskan bahwa gerhana adalah salah satu tanda
kebesaran Allah, bukan terkait dengan nasib manusia.
Sebagai respons yang benar, umat Islam diperintahkan untuk
segera shalat dan berdoa, sebagai bentuk pengagungan kepada Allah dan memohon
pertolongan-Nya. Ini juga menjadi bukti pentingnya mengikuti ajaran Nabi dalam
menyikapi fenomena alam.
Saudaraku, fenomena gerhana ini juga mengundang kita untuk
bertafakur tentang keagungan dan kebesaran Allah.
Matahari dan bulan tunduk pada ketentuan yang sudah Allah
tetapkan atas keduanya.
Keduanya beredar pada orbitnya secara teratur.
Allah berfirman dalam Surah Yasin:
وَالشَّمْسُ
تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍ لَهَا ۚ ذَلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dan matahari berjalan di garis edarnya. Demikianlah
ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ
الْقَدِيمِ
Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai
bentuk tandan yang tua.
لَا
الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ
النَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis
edarnya.”
Allah berfirman dalam QS Ar-Rahman ayat 5:
الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
"Matahari dan bulan beredar menurut perhitungan."
Karena matahari dan bulan bergerak secara teratur, maka siklus terjadinya gerhana dapat dihitung. Orang Babilonia kuno, sekitar 2500 tahun lalu, menemukan rumus untuk memprediksi terjadinya gerhana yang dinamakan siklus SAROS.
Satu siklus setelah gerhana, matahari, bumi, dan bulan kembali ke bidang geometri yang relatif sama, dan gerhana yang hampir identik akan terjadi.[i]
Teori tentang gerhana bulan yang
diajarkan di mata pelajaran geografi di bangku sekolah, yaitu bahwa bulan, yang
mana cahayanya merupakan pantulan matahari, terhalang oleh bayang-bayang bumi.
Kini, kita hidup di zaman di
mana fenomena alam dapat diamati dengan ‘ainul yaqin (keyakinan yang
kuat karena melihat dengan mata), Para saintis melakukan riset melalui
pengamatan langsung dari pesawat dengan posisi di atas awan, kejadian gerhana
di-shooting, dianalisis dan hasilnya di-upload di Youtube.
Al-Quran membawa kebenaran yang
mutlak dan Allah menjaganya. Allah berfirman:
الْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ
(147(
Kebenaran itu dari Rabb-mu,
maka janganlah kamu sekali-kali termasuk orang-orang yang ragu terhadap
kebenaran Al-Quran (QS Al-Baqarah: 147)
Adapun sains, kebenarannya
relatif. Teori lama, dengan metodologi penelitian, dapat diganti dengan teori
baru hasil temuan-temuan scientific yang baru.
Para saintis berdasarkan
pengamatan menerangkan bahwa di langit ada benda selestial berbentuk bulat,
yang bergerak dengan siklus teratur di orbitnya sama seperti matahari dan
bulan, dan menurut siklus SAROS, pada hitungan 18 tahun 10 hari dan 8 jam, orbitnya
akan menutupi matahari dan bulan sehingga terjadilah gerhana. Siklus Saros ini
yang juga dipetakan oleh Edmund Halley (1656-1742).
Ternyata siklus Saros juga digunakan oleh
NASA sehingga terjadinya gerhana dapat diprediksi selama 150 tahun, mulai 1901
– 2045[ii].
Dari teori-teori yang
dikemukakan saintis, sebagai muslim kita hanya dapat mengatakan bahwa Allah
Maha Besar, Maha Agung, dan berkuasa atas makluknya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Semoga kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang pandai mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Mari kita jadikan shalat gerhana ini sebagai titik balik
untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, dan senantiasa kembali kepada
Allah dalam setiap keadaan.
Kembali kepada sabda Nabi ﷺ:
إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لَا يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ
أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ
وَكَبِرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوْا
"Matahari dan bulan adalah di antara tanda yang membuktikan kebesaran Allah. Gerhana itu muncul bukan karena sebab kematian seseorang". Jika kalian melihat gerhana maka berdoalah, bertakbirlah, shalatlah dan bersedekahlah.
Semoga kita mendapatkan pencerahan, marilah kita menutup khutbah ini dengan memanjatkan doa.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا
بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَا تَحُولُ بِهِ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَا بِهِ
جَنَّتَكَ، وَمِنَ الْيَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا
، اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا ، وَقُوَّاتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَا ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ
ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا ، وَلَا تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي
دِينِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا،
وَلَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَن لَا يَرْحَمُنَا
اللَّهُمَّ لَا تَدَعْ لَنَا ذَنْباً إِلَّا غَفَرْتَهُ، وَلَا هَمَا
إِلَّا فَرَجْتَهُ، وَلَا دَيْنَا إِلَّا قَضَيْتَهُ، اللَّهُمَّ وَلَا تَجْعَلْ
فِيْنَا ضَالاً إِلَّا هَدَيْتَهُ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَالحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِينَ.