Hadits: Panduan Nabi ﷺ dalam Mendidik Anak Menjaga Salat Sejak Usia Dini

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subḥānahu wa Ta‘ālā yang telah mengutus Nabi Muhammad ﷺ sebagai pembawa petunjuk dan cahaya, serta menurunkan syariat yang sempurna untuk mengatur kehidupan manusia dalam semua aspek, termasuk dalam hal mendidik anak. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti beliau hingga hari kiamat.

Hadirin yang dimuliakan Allah,

Di tengah masyarakat kita hari ini, ada fenomena yang sangat mengkhawatirkan: generasi muda yang jauh dari salat, bahkan ada yang tidak tahu tata cara salat yang benar, dan lebih miris lagi—ada yang merasa tidak berdosa ketika meninggalkannya. Di sisi lain, banyak orang tua yang lalai atau bahkan bingung bagaimana mendidik anak agar cinta kepada salat. Tak sedikit dari mereka yang baru menyuruh anak salat ketika sudah remaja, bahkan setelah anak itu mulai membangkang. Semua ini menunjukkan bahwa ada masalah serius dalam pondasi pendidikan agama di rumah-rumah kaum Muslimin.

Padahal, salat adalah tiang agama. Jika tiangnya roboh, bangunan iman pun akan runtuh. Nabi ﷺ tidak hanya mengajarkan pentingnya salat, tapi juga memberikan panduan sangat praktis dan aplikatif bagaimana salat itu ditanamkan pada anak-anak sejak usia dini. Salah satu panduan itu tertuang dalam hadits yang akan kita kaji bersama hari ini.

Hadits ini bukan hanya perintah normatif, tapi mengandung strategi pendidikan bertahap yang sangat relevan dengan psikologi anak. Inilah yang akan kita gali bersama: bagaimana Islam secara bijak dan terstruktur mengajarkan cara mendidik anak agar tumbuh menjadi hamba Allah yang mengenal kewajibannya dan menjaga kehormatan dirinya sejak kecil.

Maka, mempelajari hadits ini bukan hanya penting—ia mendesak, karena menyentuh akar dari problem generasi yang lemah iman dan adab. Kita tidak bisa mengharapkan perubahan besar di masyarakat tanpa memperbaiki rumah tangga dan mendidik anak-anak dengan benar, sesuai petunjuk Rasulullah ﷺ.

Semoga kajian ini menjadi cahaya bagi keluarga kita, dan menjadi langkah awal dalam membangun generasi salih yang diridhai Allah.


Dari ʿAmr bin Shuʿaib dari ayahnya dari kakeknya, radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah bersabda:

مُروا أَوْلادَكُمْ بالصَّلاةِ وهُمْ أَبْناءُ سَبْعِ سِنِينَ، واضْرِبُوهُمْ علَيْها وهُمْ أَبْناءُ عَشْرٍ، وفَرِّقُوا بيْنَهُمْ في المَضاجِعِ

"Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak melaksanakannya) ketika mereka berusia sepuluh tahun, serta pisahkan tempat tidur mereka."

HR. Abu Dawud (495), Ahmad (2/180), dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (1/197)

mendengarkan mp3 hadits ini: https://t.me/mp3qhn/1141


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ
Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat.

Perkataan ini menunjukkan adanya kewajiban moral bagi orang tua untuk secara aktif mendidik anak-anak mereka dalam hal ibadah sejak usia dini.

Islam tidak membiarkan anak-anak tumbuh tanpa pengarahan, tetapi justru menekankan pentingnya penanaman kebiasaan ibadah sejak usia masih muda.

Perintah ini bukan sekadar ajakan, melainkan arahan serius yang harus dijalankan oleh setiap wali, terutama orang tua.

Dengan memberi perintah, orang tua menunjukkan otoritas yang dibenarkan secara syariat untuk mengarahkan anak dalam perkara agama.

Ini juga menjadi dasar awal pembentukan karakter taat pada perintah Allah sebelum anak-anak mencapai usia taklif (dibebani hukum).


وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
Ketika mereka berusia tujuh tahun.

Perkataan ini menetapkan usia yang tepat untuk memulai pelatihan ibadah secara konsisten, yaitu pada usia tujuh tahun.

Usia ini secara psikologis merupakan masa anak sudah mampu membedakan dan memahami instruksi, meskipun belum sepenuhnya dewasa secara mental.

Ini adalah fase usia tamyiz (kemampuan membedakan), di mana anak mulai menyerap nilai dan membentuk kebiasaan yang bertahan lama.
Dengan memulai pada usia ini, anak diberi ruang tujuh tahun ke depan untuk membiasakan salat tanpa tekanan hukuman, sehingga tumbuh kesadaran dari dalam dirinya.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam memperhatikan kesiapan psikologis dan perkembangan bertahap dalam pendidikan agama.


وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا
Dan pukullah mereka karena salat.

Perkataan ini menjelaskan bentuk tindakan korektif yang dibenarkan ketika anak berusia lebih besar namun masih lalai salat.

Pukulan dalam konteks ini bukanlah kekerasan fisik, melainkan bentuk edukasi dan teguran yang mendidik serta tidak menyakitkan.

Hal ini mengajarkan bahwa pendidikan dalam Islam memiliki fase toleransi dan fase ketegasan secara bertahap.

Orang tua tidak boleh langsung menghukum tanpa terlebih dahulu melalui proses perintah dan pembiasaan.

Pukulan ini merupakan simbol keseriusan dalam memperlakukan ibadah sebagai hal yang tidak bisa diabaikan.


وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
Ketika mereka berusia sepuluh tahun.

Perkataan ini menetapkan usia akhir dari masa pembiasaan dan dimulainya fase kedisiplinan dalam ibadah.

Usia sepuluh tahun dianggap masa akhir dari tahap tamyiz dan awal kesiapan menuju taklif, di mana tanggung jawab keagamaan mulai ditekankan.

Anak pada usia ini telah memahami akibat dari kelalaian dan mulai dapat diajak berpikir konsekuensial.

Oleh karena itu, bila mereka masih meninggalkan salat, maka perlu bentuk peringatan yang lebih kuat sebagai bentuk tanggung jawab orang tua.

Ini juga menjadi masa evaluasi, apakah pendidikan tujuh tahun sebelumnya berhasil atau perlu ditinjau kembali metodenya.


وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Dan pisahkan tempat tidur mereka.

Perkataan ini mengandung prinsip pendidikan tentang kesopanan, batasan aurat, dan kesadaran akan perbedaan jenis kelamin sejak dini.

Islam tidak hanya memperhatikan pendidikan ibadah, tetapi juga membangun kesadaran moral dan adab dalam kehidupan sehari-hari.

Pemisahan tempat tidur sejak usia sepuluh tahun bertujuan untuk menghindari fitnah, menjaga kehormatan, dan membentuk rasa malu yang sehat.

Ini merupakan bentuk penjagaan dari kebiasaan negatif dan pencegahan dari penyimpangan seksual sejak masa perkembangan.

Dengan kebijakan ini, anak-anak dilatih untuk mengenali ruang privasi dan menghormati tubuh sendiri maupun orang lain.


Syarah Hadits


شَرَائِعُ الدِّينِ
Hukum-hukum agama

يَنْبَغِي أَنْ يَتَعَلَّمَهَا الْأَوْلَادُ بِالتَّدَرُّجِ وَالتَّسَلْسُلِ
Sebaiknya anak-anak belajar secara bertahap dan berurutan

حَتَّى تَكُونَ سَهْلَةً عَلَيْهِمْ
supaya menjadi mudah bagi mereka

وَيُبْدَأُ مَعَهُمْ فِي تَعْلِيمِهَا قَبْلَ وَقْتِ وُجُوبِهَا عَلَيْهِمْ
dan diajarkan kepada mereka sebelum waktu kewajibannya tiba

فَالطِّفْلُ يُولَدُ لَا يَعْقِلُ شَيْئًا
Anak dilahirkan tanpa bisa memahami apa-apa

ثُمَّ يَكْتَسِبُ مَعَارِفَهُ مِنَ الْمُلَاحَظَةِ وَالتَّعَلُّمِ مِنَ الآخَرِينَ وَخَاصَّةً الْوَالِدَيْنِ
Kemudian ia memperoleh pengetahuan melalui pengamatan dan pembelajaran dari orang lain, terutama dari orang tua

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Dalam hadits ini Nabi bersabda:

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ
Suruhlah anak-anak kalian salat ketika mereka berumur tujuh tahun

أَيِ: اطْلُبُوا مِنْهُمْ وَوَجِّهُوا لَهُمْ الْأَمْرَ بِالصَّلَاةِ
Artinya: mintalah dan arahkan mereka untuk salat

وَتَعَلُّمِ كَيْفِيَّتِهَا وَآدَابِهَا
dan belajar tata cara dan adabnya

وَمَا يَسْتَدْعِيهِ ذَلِكَ مِنْ حِفْظِ بَعْضِ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ وَهُمْ فِي سِنِّ سَبْعِ سَنَوَاتٍ
dan apa yang diperlukan dari menghafal sebagian Al-Qur'an ketika mereka berumur tujuh tahun

وَهَذَا سِنُّ السَّمَاحِ وَالتَّجَاوُزِ وَالتَّعَلُّمِ
Dan ini adalah masa yang penuh kelonggaran, toleransi, dan pembelajaran

وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ
Pukullah mereka karena meninggalkan salat ketika mereka berumur sepuluh tahun

أَيِ: إِذَا بَلَغَ الطِّفْلُ عَشْرَ سِنِينَ أُلْزِمَ بِالصَّلَاةِ الَّتِي ظَلَّ ثَلَاثَ سَنَوَاتٍ يَتَدَرَّبُ عَلَيْهَا
Artinya: ketika anak mencapai umur sepuluh tahun, ia wajib melaksanakan salat yang selama tiga tahun sebelumnya ia latih

فَإِذَا قَصَّرَ فِي الصَّلَاةِ بَعْدَ هَذِهِ السِّنِّ ضُرِبَ وَعُوقِبَ حَتَّى يَعْتَادَ عَلَى أَدَائِهَا
Jika ia lalai dalam salat setelah usia ini, maka dipukul dan diberi hukuman agar terbiasa menjalankannya

فَإِذَا مَا دَخَلَ وَقْتُ التَّكْلِيفِ يَكُونُونَ قَدِ اعْتَادُوا عَلَيْهَا دُونَ أَدْنَى تَفْرِيطٍ مِنْهُمْ فِي تِلْكَ الْعِبَادَةِ
Saat tiba waktu kewajiban, mereka sudah terbiasa melaksanakan ibadah itu tanpa kelalaian sedikit pun

وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
Pisahkanlah mereka di tempat tidur

أَيِ: إِذَا بَلَغُوا سِنَّ الْعَاشِرَةِ يُفَرَّقُ بَيْنَ الْأَوْلَادِ بِصِفَةٍ عَامَّةٍ
Artinya: ketika mereka mencapai umur sepuluh tahun, anak-anak dipisahkan secara umum

وَبَيْنَ الذُّكُورِ وَالْإِنَاثِ بِصِفَةٍ خَاصَّةٍ فِي النَّوْمِ بِجَانِبِ بَعْضِهِمُ الْبَعْضِ
Dan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan secara khusus saat tidur berdampingan

وَيُفْصَلُ بَيْنَهُمْ
Dan mereka dipisahkan

لِأَنَّ هَذَا الْعُمْرَ بَدَايَةُ الدُّخُولِ فِي مَرْحَلَةِ الْبُلُوغِ وَمَعْرِفَةِ الشَّهْوَةِ
Karena usia ini adalah awal masuk masa pubertas dan mengenal syahwat

حَتَّى إِذَا وَصَلُوا إِلَى سِنِّ الْبُلُوغِ وَالشَّهْوَةِ يَكُونُونَ قَدِ اعْتَادُوا عَلَى هَذَا الْفَصْلِ
Supaya ketika mereka sampai usia pubertas dan syahwat, mereka sudah terbiasa dengan pemisahan ini

وَالْمُرَادُ بِالْمَضَاجِعِ: أَمَاكِنُ النَّوْمِ
Yang dimaksud dengan tempat tidur adalah tempat tidur

وَفِي الْحَدِيثِ: بَيَانُ عِظَمِ قَدْرِ الصَّلَاةِ وَالاهْتِمَامِ بِهَا
Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang besarnya kedudukan salat dan pentingnya memperhatikannya

وَمَشْرُوعِيَّةُ ضَرْبِ الْأَبْنَاءِ عَلَى التَّقْصِيرِ فِي الصَّلَاةِ عِنْدَ بُلُوغِهِمْ سِنَّ الْعَاشِرَةِ
Dan keabsahan memukul anak karena lalai salat ketika mencapai usia sepuluh tahun

وَفِيهِ: الْحَثُّ عَلَى تَعْلِيمِ الْأَوْلَادِ مَا يَنْفَعُهُمْ وَيُصْلِحُهُمْ
Dan dalam hadits ini terdapat dorongan untuk mengajarkan anak hal yang bermanfaat dan memperbaiki mereka

وَالْحَثُّ عَلَى سَدِّ كُلِّ ذَرَائِعِ الْفِتْنَةِ بَيْنَ الذُّكُورِ وَالْإِنَاثِ
Dan dorongan untuk menutup segala sebab fitnah antara laki-laki dan perempuan

 

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/66400


Pelajaran dari Hadits ini



1. Kewajiban Orang Tua dalam Pendidikan Ibadah

Perkataan مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ (Perintahkanlah anak-anak kalian untuk salat) mengajarkan bahwa tanggung jawab mendidik anak dalam agama, terutama salat, berada di tangan orang tua. Ini adalah bentuk cinta yang sejati—bukan hanya memberi makan dan pakaian, tapi juga membimbing mereka mengenal Allah sejak kecil. Memerintahkan salat artinya orang tua harus menjadi teladan, bukan hanya menyuruh tapi juga memperlihatkan kedisiplinan dalam salat. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman kepada Nabi-Nya:

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ 

(Surah Taha: 132)
("Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan bersabarlah dalam mengerjakannya")
Ini menunjukkan bahwa mengajak keluarga salat adalah bentuk ketaatan yang membutuhkan kesabaran dan keteguhan.


2. Memulai Pendidikan Agama Sejak Usia Dini

Perkataan وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ (Ketika mereka berusia tujuh tahun) memberi penekanan bahwa masa kanak-kanak adalah waktu emas untuk membangun karakter ibadah. Di usia ini, anak mulai bisa membedakan benar dan salah, bisa diajak bicara, dan menerima arahan. Maka pendidikan salat bukan ditunda sampai balig, tapi justru dimulai jauh sebelum itu agar mereka siap secara mental dan rohani. Nabi ﷺ juga bersabda:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ

("Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah") – HR. Bukhari dan Muslim.
Fitrah itu harus dijaga dan diarahkan, dimulai dengan salat sebagai tiang agama.


3. Disiplin dengan Teguran yang Mendidik

Perkataan وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا (Dan pukullah mereka karena salat) menegaskan pentingnya ketegasan dalam pendidikan setelah masa pembiasaan. Ini bukan pembenaran untuk kekerasan, tapi bentuk peringatan bahwa salat adalah perkara besar yang tidak boleh dianggap remeh. Pukulan di sini adalah bentuk koreksi ringan, tanpa melukai fisik maupun jiwa anak. Islam mengajarkan bahwa kasih sayang dan kedisiplinan harus berjalan seimbang. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا 

(Surah At-Tahrim: 6)
("Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka")
Teguran dengan pukulan ringan bisa menjadi jalan untuk menyelamatkan anak dari kelalaian yang membinasakan.


4. Batas Usia untuk Penegakan Disiplin

Perkataan وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ (Ketika mereka berusia sepuluh tahun) menandai akhir dari masa pembiasaan dan awal dari penegakan disiplin serius. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, pendidikan anak dilakukan bertahap: pertama dibiasakan, lalu ditegur jika masih lalai. Sepuluh tahun adalah usia di mana anak mulai bertanggung jawab atas tindakannya dan lebih siap menerima konsekuensi. Nabi ﷺ tidak langsung menyuruh memukul sejak kecil, tapi memberi rentang waktu tiga tahun agar salat tumbuh sebagai kebiasaan. Ini mengajarkan kesabaran dan strategi dalam mendidik, bukan sekadar ketegasan yang membabi buta.


5. Membangun Kesadaran Batasan Aurat dan Privasi

Perkataan وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ (Dan pisahkan tempat tidur mereka) mengajarkan pentingnya pendidikan kesopanan dan privasi sejak usia dini. Islam mendorong orang tua untuk memperkenalkan batasan aurat, menjaga kehormatan diri, dan mencegah potensi fitnah antara anak-anak. Pemisahan tempat tidur adalah bagian dari pendidikan adab dalam keluarga, bukan sekadar aturan teknis. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ 

(Surah An-Nur: 58)
("Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah budak-budakmu dan anak-anakmu yang belum balig meminta izin kepadamu dalam tiga waktu")
Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan adab ruang pribadi sebagai bagian dari akhlak mulia.


6. Pentingnya Keteladanan Orang Tua

Meskipun tidak disebutkan langsung dalam perkataan hadits, namun sangat jelas bahwa orang tua tidak cukup hanya memerintah dan menegur, tapi harus menjadi contoh dalam salat. Anak-anak belajar lebih banyak dari apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Jika orang tua rajin salat, anak akan lebih mudah mengikuti. Sebaliknya, jika orang tua lalai, perintah mereka tidak akan punya kekuatan. Dalam Al-Qur’an, Allah mengutuk orang yang menyuruh kebaikan tapi tidak melakukannya:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ (Surah Al-Baqarah: 44)
("Mengapa kamu menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri?")
Maka keteladanan adalah fondasi dari pendidikan salat.


7. Pendidikan Salat sebagai Pondasi Keimanan

Hadits ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa salat adalah tiang agama dan fondasi utama dalam membangun iman anak. Pendidikan salat sejak dini akan mengakar dalam jiwa anak dan membentuk hubungan mereka dengan Allah sepanjang hidup. Dalam hadis disebutkan:

رَأْسُ الْأَمْرِ الإِسْلاَمُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ – HR. Tirmidzi

("Pokok perkara adalah Islam, dan tiangnya adalah salat")
Maka salat bukan hanya ibadah ritual, tetapi penentu kualitas keislaman seseorang. Membiasakannya pada anak adalah investasi akhirat yang besar.


Secara keseluruhan, hadits ini adalah panduan lengkap bagi orang tua untuk mendidik anak dengan kasih sayang, strategi, dan keteladanan dalam perkara salat dan adab. Islam mengatur pendidikan sejak dini, dari usia tujuh hingga sepuluh tahun, dengan pendekatan bertahap. Pesan pentingnya adalah membentuk kepribadian anak yang mencintai salat dan menjaga kehormatan diri, sebagai bekal hidup dunia dan akhirat.


Penutup Kajian


 Hadirin yang dirahmati Allah,

Setelah kita bersama-sama mengkaji hadits agung Nabi ﷺ tentang perintah mengajarkan salat kepada anak sejak usia tujuh tahun, memukul mereka jika lalai di usia sepuluh tahun, dan memisahkan tempat tidur mereka, kita semakin menyadari betapa Islam adalah agama yang sangat memperhatikan pendidikan sejak dini. Hadits ini bukan hanya perintah, tetapi merupakan panduan mendidik dengan cinta, kesabaran, dan disiplin yang membentuk karakter anak agar tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab di hadapan Allah.

Faedah hadits ini amat luas. Ia mengajarkan kepada kita pentingnya pendidikan bertahap, komunikasi yang tegas namun penuh kasih, serta penanaman nilai-nilai akidah dan akhlak sejak usia dini. Hadits ini juga memberi pelajaran bahwa orang tua bukan hanya penafkah, tetapi juga pendidik utama yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah anak. Rasulullah ﷺ telah menyiapkan kita dengan metode pendidikan yang selaras dengan fitrah anak: memberi perintah dengan sabar, memberi sanksi dengan bijak, dan menjaga adab sejak usia kecil agar mereka terbiasa hidup dalam nilai-nilai Islam.

Maka harapan kita semua, semoga para orang tua yang mengikuti kajian ini, baik yang sudah memiliki anak maupun yang masih mempersiapkan diri, bisa mengamalkan hadits ini dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dari rumah, dari anak-anak kita sendiri. Jadikan rumah kita sebagai tempat tumbuhnya cinta kepada Allah dan salat. Ajari mereka dengan sabar, doakan mereka dengan tulus, dan jadilah teladan terbaik dalam menjaga salat. Karena kelak, di hari kiamat, bukan hanya anak yang ditanya tentang salatnya, tetapi kita pun akan ditanya: apakah kita telah menunaikan tanggung jawab mendidik mereka untuk mengenal salat sejak kecil?

Semoga Allah memudahkan kita menjadi orang tua yang mendidik sesuai petunjuk Rasulullah ﷺ dan memberikan keberkahan pada keturunan kita agar menjadi generasi yang menjaga agama dan menegakkan salat sepanjang hidupnya.

وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْـحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ



Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci