Khutbah: Keutamaan Shalat Berjamaah Atas Shalat Sendirian
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
KHUTBAH
PERTAMA
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ ٱلَّذِي
أَمَرَ بِصِلَةِ ٱلْأَرْحَامِ، وَوَعَدَ ٱلْوَاصِلِينَ بِجَزِيلِ ٱلْإِنْعَامِ،
وَنَهَىٰ عَنِ ٱلْقَطِيعَةِ، وَجَعَلَهَا مِنْ كَبَائِرِ ٱلذُّنُوبِ. أَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ.
أُوصِيكُمْ عِبَادَ ٱللَّهِ وَنَفْسِيَ ٱلْمُقَصِّرَةَ
بِتَقْوَى ٱللَّهِ، فَإِنَّهَا وَصِيَّةُ ٱللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَٱلْآخِرِينَ،
قَالَ ٱللَّهُ تَعَالَىٰ: ﴿ وَلَقَدْ وَصَّيْنَا ٱلَّذِينَ أُوتُوا ٱلْكِتَابَ مِن
قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ ٱتَّقُوا ٱللَّهَ ﴾ [ٱلنِّسَاءُ: ١٣١]
Segala
puji hanyalah milik Allah, Rabb semesta alam, yang telah melimpahkan nikmat-Nya
yang tak terhingga kepada kita semua. Di antara nikmat terbesar-Nya adalah
nikmat iman dan Islam, serta kesempatan untuk berkumpul di rumah-Nya yang mulia
ini dalam rangka menunaikan kewajiban shalat Jumat. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi
wa sallam, beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga
akhir zaman.
Pada
hari ini, kita saksikan bersama, betapa hiruk pikuk kehidupan dunia telah
menyibukkan kita. Manusia berlomba-lomba mengejar materi, tenggelam dalam
kesibukan pekerjaan, dan terkadang, tanpa kita sadari, hal itu membuat kita
lalai dari kewajiban utama kita kepada Allah. Kita melihat fenomena di mana
panggilan azan berkumandang, tetapi masjid-masjid terlihat lengang. Sebagian
dari kita lebih memilih shalat sendirian di rumah, di kantor, atau di
tempat-tempat lain, dengan alasan keterbatasan waktu atau kesibukan yang tak
bisa ditinggalkan.
Padahal,
dalam setiap panggilan azan, ada seruan agung untuk berkumpul, untuk menguatkan
ukhuwah, dan untuk meraih pahala yang berlipat ganda. Fenomena ini, jika terus
berlanjut, akan mengikis semangat kebersamaan dan mengikis kesadaran kita akan
keutamaan-keutamaan besar yang Allah janjikan. Kita seakan lupa, bahwa Allah
tidak pernah meminta waktu yang banyak dari kita, melainkan hanya sedikit waktu
untuk bersimpuh di hadapan-Nya, bersama-sama dengan saudara seiman.
Maka
dari itu, pada kesempatan yang mulia ini, izinkanlah saya, khatib, untuk
menyampaikan khutbah Jumat dengan mengangkat sebuah hadits agung dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang menjelaskan tentang
keutamaan shalat berjamaah. Hadits ini menjadi pengingat yang sangat penting
bagi kita semua, agar kita kembali menyadari betapa besar ganjaran yang menanti
di balik langkah-langkah kaki kita menuju masjid.
Hadits
ini merupakan petunjuk yang jelas dan tegas dari Nabi kita, yang akan saya
uraikan secara bertahap, agar kita dapat mengambil pelajaran yang mendalam
darinya. Hadits yang mulia itu berbunyi:
Teks
Hadits dan Artinya
صَلَاةُ الجَمَاعَةِ تَفْضُلُ صَلَاةَ الفَذِّ
بِسَبْعٍ وعِشْرِينَ دَرَجَةً.
Artinya: Shalat berjamaah lebih utama dari shalat sendirian dengan 27 derajat
Mari kita selami makna hadits ini, kalimat demi kalimat,
agar iman kita semakin kokoh dan langkah kita semakin mantap menuju kebaikan.
Mari
kita bedah hadits ini secara rinci, agar cahaya maknanya menerangi hati kita
satu per satu.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah,
Kita
akan mulai mendalami hadits mulia ini, kalimat demi kalimat, untuk menemukan
mutiara hikmah yang terkandung di dalamnya.
صَلَاةُ الجَمَاعَةِ
Shalat
berjamaah
Shalat
yang dikerjakan secara bersama-sama, minimal dua orang, yang salah satunya
menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum. Ini adalah sebuah ibadah yang bukan
hanya ritual personal, tetapi juga manifestasi nyata dari persatuan dan
kekuatan umat. Ketika shalat berjamaah didirikan, kita sedang membangun fondasi
kokoh di dalam masyarakat. Barisan yang lurus dan rapat mencerminkan persatuan
hati, kesetaraan di hadapan Allah, dan ketaatan yang terorganisir di bawah
kepemimpinan seorang imam.
تَفْضُلُ صَلَاةَ الفَذِّ
Lebih
utama daripada shalat sendirian
Ini
adalah perbandingan yang tegas dan jelas. Kata tafdul menunjukkan adanya
keunggulan, kelebihan, dan keutamaan. Allah tidak hanya menginginkan kita
menunaikan kewajiban, tetapi juga memberikan penghargaan luar biasa bagi mereka
yang melakukannya dengan cara terbaik. Shalat sendirian, meskipun sah, tidak
memiliki nilai yang sama di sisi-Nya. Perbedaan ini bukan sekadar kuantitas,
tetapi kualitas spiritual, sosial, dan keutamaan yang tidak bisa ditandingi
oleh shalat yang dilakukan seorang diri. Ini adalah ajakan untuk meninggalkan
egoisme dan individualisme dalam beribadah.
بِسَبْعٍ وعِشْرِينَ دَرَجَةً
Dengan
dua puluh tujuh derajat
Inilah
poin puncak dari hadits ini. Angka 27 derajat bukanlah sekadar angka biasa,
melainkan sebuah janji pahala yang berlipat ganda, yang mengisyaratkan betapa
besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-Nya yang bergegas menuju masjid.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa kata darajah di sini berarti tingkatan pahala
yang sangat tinggi di sisi Allah, yang hanya bisa dicapai melalui shalat
berjamaah. Pahala yang berlipat ganda ini menjadi motivasi terbesar bagi setiap
Muslim untuk tidak pernah meremehkan seruan azan dan untuk selalu berupaya
meraih keutamaan shalat berjamaah, meskipun dalam kondisi sibuk sekalipun.
Angka ini juga bisa diartikan sebagai perbandingan yang sangat jauh,
menunjukkan bahwa shalat berjamaah memiliki bobot yang tidak bisa dibandingkan
dengan shalat sendirian.
Penjabaran
Pelajaran Berdasarkan Urutan Perkataan
Kaum
Muslimin yang Dirahmati Allah,
Setelah
kita memahami makna setiap frasa dari hadits ini, kini mari kita selami
pelajaran-pelajaran berharga yang bisa kita petik dan terapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
1. Keutamaan Ibadah yang Dilakukan Bersama
Perkataan صَلَاةُ الْجَمَاعَةِ (shalat berjamaah) menunjukkan
bahwa ibadah yang dilakukan bersama-sama memiliki kedudukan istimewa dalam
Islam. Dalam shalat berjamaah, umat Islam dikumpulkan dalam satu
barisan, menghadap ke satu arah, dan mengikuti satu imam sebagai simbol
kesatuan dan persaudaraan. Ibadah ini bukan hanya bernilai pribadi, tetapi juga
bernilai sosial karena memperkuat tali ukhuwah dan membiasakan diri hidup dalam
keteraturan. Allah menyukai hamba-Nya yang membentuk barisan seperti bangunan
yang kokoh. Firman Allah dalam QS. As-Saff ayat 4:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا
كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ
(Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang
teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.)
2.
Nilai Tambahan bagi yang Memilih Berjamaah
Perkataan
تَفْضُلُ صَلَاةَ الْفَذِّ (lebih utama dari shalat sendirian) mengajarkan
bahwa Islam memberikan kelebihan pahala bagi siapa saja yang lebih memilih
berjamaah daripada shalat sendiri. Shalat sendiri tetap sah, namun keutamaannya
jauh lebih rendah. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, pilihan terbaik selalu
dianjurkan untuk diambil. Hadits ini memotivasi kaum Muslimin agar tidak cukup
hanya memenuhi kewajiban, tetapi juga berusaha meraih keutamaan. Rasulullah ﷺ bersabda:
أَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلَاةُ فِي
جَوْفِ اللَّيْلِ
(Shalat
yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam.) –
HR. Muslim.
3.
Allah Memberi Ganjaran yang Besar atas Usaha Berjamaah
Perkataan
بِخَمْسٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً (dengan dua puluh lima derajat) menunjukkan
bahwa pahala shalat berjamaah tidak hanya lebih besar, tetapi dilipatgandakan
hingga dua puluh lima derajat. Ini menjadi bukti kemurahan Allah terhadap
hamba-Nya yang ingin mendekat kepada-Nya dengan usaha lebih. Setiap langkah
menuju masjid menghapus dosa dan mengangkat derajat. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ أَوْ رَاحَ، أَعَدَّ اللَّهُ لَهُ نُزُلًا
فِي الْجَنَّةِ كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ
(Barangsiapa
pergi ke masjid di pagi atau sore hari, maka Allah menyiapkan baginya tempat di
surga setiap kali ia pergi.) – HR. Bukhari dan Muslim.
Ini juga mendidik kita bahwa setiap ibadah yang dilakukan dengan penuh
kesungguhan akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda.
4.
Shalat Berjamaah sebagai Sarana Disiplin dan Kepedulian Sosial
Shalat
berjamaah mengajarkan kita untuk menghargai waktu, keteraturan, dan
kedisiplinan, karena dilakukan dengan aturan dan waktu yang sama. Ia juga
melatih kita untuk mengikuti pemimpin (imam) dengan taat, sebagai bekal
ketaatan dalam kehidupan sosial. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ
(Sesungguhnya
imam dijadikan untuk diikuti.) – HR. Bukhari.
Hal ini membentuk karakter sosial yang taat aturan, tidak egois, dan terbiasa
hidup dalam keteraturan.
5.
Shalat Berjamaah Menumbuhkan Rasa Aman dan Saling Peduli
Ketika
shalat dilakukan bersama, masing-masing individu merasakan dukungan spiritual
dari saudaranya. Ini mengurangi perasaan kesepian dan menguatkan solidaritas.
Masjid sebagai tempat berkumpulnya jamaah menjadi pusat informasi, pertemuan,
dan solusi dari masalah umat. Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 18:
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ
(Sesungguhnya
yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang yang beriman kepada Allah dan
hari akhir.)
Shalat berjamaah bukan sekadar ibadah, tapi juga bagian dari pembangunan
karakter umat.
6.
Dorongan untuk Memakmurkan Masjid
Hadits
ini secara tidak langsung mengajak umat Islam untuk selalu hadir ke masjid
dalam shalat berjamaah. Ini menghidupkan masjid sebagai pusat ibadah dan
peradaban umat. Rasulullah ﷺ menjadikan masjid sebagai tempat bukan
hanya shalat, tapi juga belajar, bermusyawarah, dan pelayanan sosial. Dalam QS.
Al-Baqarah ayat 114 Allah mengecam mereka yang menghalangi makmurnya masjid:
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا
اسْمُهُ
(Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menghalangi nama Allah disebut di
dalam masjid-masjid-Nya.)
Karena itu, hadir berjamaah berarti ikut serta dalam memakmurkan rumah Allah.
7.
Ganjaran Allah Tidak Sama untuk Semua
Perbedaan
derajat pahala menunjukkan bahwa Allah membedakan ganjaran sesuai dengan usaha
hamba-Nya. Ini menegaskan keadilan-Nya sekaligus menunjukkan bahwa Islam tidak
menyamakan orang yang bersungguh-sungguh dengan yang bermalas-malasan. Dalam
QS. Az-Zumar ayat 9 Allah berfirman:
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
(Katakanlah:
Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?)
Demikian pula orang yang memilih berjamaah tidak akan sama dengan yang shalat
sendiri tanpa alasan syar’i.
Penutup
Khutbah Pertama
Secara keseluruhan, hadits ini menegaskan
bahwa shalat berjamaah memiliki keutamaan yang besar dari sisi pahala, manfaat
sosial, dan pembentukan karakter umat. Islam sangat menganjurkan umatnya
untuk hidup dalam kebersamaan, disiplin, dan taat kepada pemimpin yang benar.
Masjid bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat kekuatan umat. Ganjaran besar
bagi orang yang berjamaah menunjukkan bahwa Allah sangat menghargai usaha
hamba-Nya yang mencintai kebersamaan dalam ketaatan.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ ٱللَّهَ
ٱلْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ، فَٱسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ.
KHUTBAH
KEDUA
ٱلْـحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا طَيِّبًا
مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا ٱللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ، صَلَّى ٱللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَسَلَّمَ
تَسْلِيمًا كَثِيرًا. أُوصِيكُمْ عِبَادَ ٱللَّهِ وَنَفْسِيَ ٱلْمُقَصِّرَةَ
بِتَقْوَى ٱللَّهِ، فَهِيَ وَصِيَّةُ ٱللَّهِ لِلْأَوَّلِينَ وَٱلْآخِرِينَ.
Ma’asyiral
Muslimin rahimakumullah,
Dalam
khutbah pertama, kita telah mendengar dan merenungi betapa agungnya nilai
shalat berjamaah. Pahala 27 derajat bukanlah sekadar angka, melainkan simbol
dari cinta dan anugerah Allah yang tiada tara. Maka, faedah terbesar dari
hadits ini adalah mengubah cara pandang kita terhadap ibadah. Jangan lagi kita
melihat shalat sebagai beban, melainkan sebagai sebuah kesempatan emas, sebuah
investasi spiritual yang akan mendatangkan keuntungan yang tak terbayangkan di
akhirat. Jadikanlah setiap langkah menuju masjid sebagai langkah menuju
kemuliaan dan keberkahan.
Mari
kita jadikan shalat berjamaah sebagai budaya harian kita. Ajaklah keluarga,
ajaklah tetangga, dan bergegaslah menuju rumah Allah setiap kali azan
berkumandang. Jangan biarkan kesibukan dunia menawan hati kita, karena
sesungguhnya, kehidupan sejati adalah saat kita berada di sisi Allah.
Ya
Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, perkenankanlah kami menjadi hamba-hamba-Mu yang
senantiasa mencintai shalat berjamaah.
اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
(Ya
Allah, bantulah kami untuk selalu mengingat-Mu, mensyukuri nikmat-Mu, dan
beribadah dengan sebaik-baiknya kepada-Mu.)
Ya
Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan seluruh kaum
muslimin dan muslimat. Khususkanlah rahmat-Mu untuk para ulama, para guru, dan
para penuntut ilmu yang telah berjuang demi menyebarkan cahaya-Mu di muka bumi
ini. Jadikanlah mereka pewaris para Nabi, yang ilmunya bermanfaat, dan amalnya
diterima di sisi-Mu.
اللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِينَا،
وَلِأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا، وَلِأَهْلِينَا وَأَحِبَّائِنَا،
وَلِلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَاتِ، ٱلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَٱلْأَمْوَاتِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عبادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
فَٱذْكُرُوا ٱللَّهَ ٱلْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَٱشْكُرُوهُ عَلَىٰ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ ٱللَّهِ أَكْبَرُ، وَٱللَّهُ يَعْلَمُ مَا
تَصْنَعُونَ.