Khutbah: Akhlak Mulia Adalah Pemberat Timbangan Amal di Hari Kiamat

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ


KHUTBAH PERTAMA


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللّٰهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Dalam kehidupan modern yang serba cepat dan penuh dinamika ini, kita seringkali menyaksikan berbagai realitas sosial yang memprihatinkan. Kemajuan teknologi informasi, yang seharusnya mendekatkan dan memudahkan, terkadang justru menjadi sarana tersebarnya ujaran kebencian, fitnah, dan perpecahan.

Di tengah hiruk pikuk media sosial, kita tak jarang menemukan lidah-lidah yang mudah mencela, jemari-jemari yang ringan menuduh, dan hati-hati yang cepat berprasangka.

Sikap saling menghormati dan bertutur kata yang baik seolah kian menipis, digantikan oleh budaya caci maki dan bahasa yang kasar.

Kita menyaksikan bagaimana konflik dan ketegangan seringkali berawal dari kata-kata yang tidak terjaga, ucapan yang menyakitkan, atau tingkah laku yang kurang adab.

Fenomena ini tidak hanya terjadi di ruang publik, tetapi juga merambah ke dalam interaksi sehari-hari, bahkan di lingkungan terdekat kita.

Maka, pada kesempatan khutbah yang penuh berkah ini, perkenankanlah saya untuk menyampaikan sebuah khutbah yang berjudul "Akhlak Mulia: Pemberat Timbangan Amal di Hari Kiamat".

Judul ini saya pilih karena sangat relevan dengan kondisi umat saat ini, yang sangat membutuhkan bimbingan dan pengingat akan pentingnya akhlak yang mulia.

Urgensi akhlak yang baik ini tidak hanya sekadar norma sosial semata, namun merupakan fondasi keberhasilan seorang mukmin di dunia dan akhirat.

Ia adalah cerminan keimanan, buah dari ketaqwaan, dan kunci menuju kebahagiaan sejati. Hadits yang akan kita bahas pada khutbah ini akan menguraikan dengan gamblang betapa agungnya kedudukan akhlak yang baik dalam pandangan Islam dan di sisi Allah SWT.


Pembacaan Hadits


Untuk itu, mari kita renungkan bersama sebuah hadits mulia dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh sahabat mulia Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu:

مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ

"Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat selain akhlak yang baik. Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan berkata kasar."

(HR Abu Daud (4799), Ahmad (27517), dan At-Tirmidzi (2002)).


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Marilah kita selami makna hadits agung ini, memetik hikmah dari setiap perkataan yang terucap dari lisan mulia Nabi , agar kita mendapatkan pencerahan.


Setiap perkataan Nabi adalah mutiara hikmah yang sarat makna, petunjuk bagi kehidupan, dan bekal menuju akhirat. Marilah kita selami makna dari setiap frasa dalam hadits yang agung ini:


مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin pada hari kiamat,

Frasa ini membuka hadits dengan sebuah penegasan yang sangat kuat, menarik perhatian kita pada realitas Hari Kiamat, hari perhitungan amal.

Disebutkan "timbangan" yang mengindikasikan bahwa setiap perbuatan, baik kecil maupun besar, akan dipertimbangkan dengan seksama.

Penekanan pada "seorang mukmin" menunjukkan bahwa ini adalah konteks bagi mereka yang beriman, yang amal-amal mereka akan ditimbang. Kalimat ini menggugah kesadaran kita tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk hari tersebut, hari di mana hanya amal saleh yang akan menjadi penolong.

Ia mengisyaratkan adanya prioritas dalam beramal, bahwa ada sesuatu yang memiliki bobot luar biasa di sisi Allah, yang melebihi segala amal kebaikan lainnya.


مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ

selain akhlak yang baik.

Inilah puncaknya, inti dari kalimat sebelumnya.

Setelah penegasan tentang beratnya timbangan di Hari Kiamat, hadits ini secara lugas menyatakan bahwa yang paling berat, yang paling bernilai, adalah akhlak yang baik.

Frasa ini seolah menegaskan bahwa meskipun ibadah ritual seperti shalat, puasa, zakat, dan haji adalah pilar-pilar agama, namun ketika tiba hari perhitungan, akhlak mulia memiliki bobot yang sangat istimewa, bahkan disebutkan sebagai yang "lebih berat" dari segalanya.

Ini adalah panggilan untuk tidak hanya fokus pada kuantitas ibadah ritual, tetapi juga pada kualitas interaksi sosial dan kemuliaan karakter.

Akhlak yang baik bukan hanya tentang tidak berbuat buruk, tetapi lebih dari itu, ia adalah tentang berbuat baik, berlemah lembut, jujur, sabar, murah hati, dan berbagai sifat terpuji lainnya dalam setiap aspek kehidupan.


وَإِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ

Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan berkata kasar.

Bagian kedua dari hadits ini adalah sebuah penegasan dan peringatan keras yang melengkapi makna bagian pertama.

Setelah menjelaskan tentang keutamaan akhlak yang baik, hadits ini kemudian menyebutkan kebalikannya: sifat-sifat yang dibenci oleh Allah SWT. "Al-Fahisy" merujuk pada orang yang keji, melakukan perbuatan nista, melampaui batas dalam perkataan maupun perbuatan, serta tidak memiliki rasa malu.

Sedangkan "Al-Bazi'" adalah orang yang kotor lisannya, berkata kasar, jorok, tidak senonoh, mencela, dan melaknat.

Gabungan dua sifat ini menunjukkan betapa Allah membenci segala bentuk ketidak-adaban, baik dalam perbuatan maupun ucapan.

Ini adalah peringatan bagi kita semua untuk menjaga lisan dan perbuatan, karena apa yang keluar dari diri kita akan menjadi cerminan iman dan akhlak kita di mata Allah.

Kebencian Allah terhadap sifat-sifat ini menegaskan bahwa akhlak yang buruk bukan hanya berdampak negatif pada sesama manusia, tetapi juga secara langsung mendatangkan murka Allah.


Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Betapa indah dan lengkapnya petunjuk Nabi kita ini. Beliau tidak hanya menunjukkan jalan kebaikan, tetapi juga memperingatkan kita dari jurang keburukan. Setelah kita memahami makna dari setiap frasa, kini saatnya kita menelusuri pelajaran-pelajaran berharga yang terkandung di dalamnya.


Faedah Hadits Berdasarkan Urutan Perkataan


Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Setelah memahami makna harfiah dari setiap frasa dalam hadits, marilah kita telaah lebih dalam pelajaran-pelajaran berharga yang dapat kita petik dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.


Pelajaran pertama:

Akhlak Mulia: Investasi Terbesar di Hari Perhitungan

Pelajaran pertama yang paling menonjol dari hadits ini adalah penegasan bahwa tidak ada amal yang lebih berat dalam timbangan kebaikan seorang mukmin di Hari Kiamat selain akhlak yang baik (min khuluqin hasanin).

Ini adalah sebuah revolusi dalam cara pandang kita terhadap amal.

Seringkali kita terlalu fokus pada ibadah ritual semata, melupakan bahwa interaksi kita dengan sesama manusia, cara kita berbicara, bersikap, dan bertindak, memiliki bobot yang sangat besar di sisi Allah.

 

Hadits ini mengajarkan kita bahwa ibadah ritual yang kita lakukan, seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, adalah pilar-pilar agama yang wajib ditunaikan.

Namun, ibadah-ibadah tersebut akan semakin sempurna dan bernilai tinggi jika diiringi dengan akhlak yang mulia.

Bukankah shalat yang khusyuk akan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?

Bukankah puasa melatih kita untuk menahan diri dari perkataan kotor dan perbuatan sia-sia?

Ini menunjukkan bahwa akhlak adalah ruh dari setiap ibadah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

"Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama mukmin, yang merupakan manifestasi dari akhlak mulia.

Maka, marilah kita senantiasa introspeksi diri, apakah akhlak kita sudah sejalan dengan tuntunan agama?

Apakah kita sudah menjadi pribadi yang ramah, santun, jujur, amanah, dan peduli terhadap sesama?

Ingatlah, bahwa setiap senyuman, setiap kata baik, setiap uluran tangan, dan setiap kesabaran kita dalam menghadapi ujian, akan menjadi pemberat timbangan kebaikan kita kelak.


Pelajaran ke-2:

Menjauhi Kekejian dan Kekasaran Lisan: Jalan Menuju Ridha Allah

Bagian kedua dari hadits ini, "Dan sesungguhnya Allah membenci orang yang keji dan berkata kasar" (وَإِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيءَ) adalah peringatan keras sekaligus penegas betapa buruknya akhlak yang tercela di mata Allah.

Allah tidak hanya tidak menyukai, tetapi "membenci" (yubghidhu) orang yang memiliki sifat الْفَاحِشَ  (keji) dan الْبَذِيءَ  (berkata kasar).

Kaum Muslimin Sekalian,

Sifat الْفَاحِشَ  mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang melampaui batas syariat, tidak senonoh, dan merusak moral. Ini bisa berupa perbuatan zina, ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), hingga menyebarkan berita bohong.

Sementara sifat الْبَذِيءَ secara khusus merujuk pada kekasaran lisan, seperti mencaci maki, melaknat, mengucapkan kata-kata kotor, atau menghina orang lain.

Dalam era digital saat ini, kekasaran lisan (bazi') menjadi tantangan besar.

Jemari kita begitu mudah mengetikkan kata-kata pedas di media sosial, lisan kita begitu ringan mengucapkan sumpah serapah dalam perdebatan, tanpa menyadari bahwa setiap kata yang terucap atau tertulis akan dipertanggungjawabkan.

Rasulullah bersabda:

 مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini adalah panduan emas bagi kita.

Jika kita tidak mampu berkata yang baik, maka diam adalah pilihan terbaik.

Karena setiap kata yang keluar dari lisan kita memiliki kekuatan untuk membangun atau merusak, untuk mendekatkan atau menjauhkan, untuk mendatangkan pahala atau dosa.

Mari kita jaga lisan kita, karena lisan yang terjaga adalah tanda keimanan yang kokoh dan akhlak yang mulia.


Pelajaran ke-3:

Lisan yang Baik, Cermin Iman yang Sempurna

Pelajaran tambahan yang relevan dengan hadits ini adalah bahwa kualitas lisan seseorang merupakan cerminan langsung dari kualitas imannya.

Ketika Allah membenci orang yang berkata kasar, itu berarti menjaga lisan adalah bagian integral dari kesempurnaan iman.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Lisan adalah anugerah besar dari Allah, yang dengannya kita bisa berzikir, membaca Al-Qur'an, menyampaikan kebenaran, dan berinteraksi dengan sesama.

Namun, lisan juga bisa menjadi pedang yang melukai, api yang membakar, dan racun yang mematikan jika tidak digunakan dengan bijak.

Orang yang beriman sejati akan senantiasa menjaga lisannya dari perkataan kotor, dusta, ghibah, fitnah, dan segala bentuk ucapan yang menyakiti hati orang lain.

Rasulullah bersabda:

 الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Seorang Muslim adalah orang yang Muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menegaskan bahwa salah satu ciri fundamental seorang Muslim sejati adalah kemampuannya untuk tidak menyakiti orang lain, baik dengan lisan maupun perbuatannya.

Ini adalah standar minimal akhlak seorang Muslim.

Maka, marilah kita jadikan lisan kita sebagai sarana untuk menyebarkan kebaikan, kedamaian, dan kasih sayang, bukan sebaliknya.


Pelajaran ke-4:

Akhlak Baik: Fondasi Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Pelajaran penting lainnya yang dapat diambil adalah bahwa akhlak yang baik bukan hanya bermanfaat di Hari Kiamat, tetapi juga merupakan fondasi kebahagiaan dan keberkahan dalam kehidupan di dunia ini.

Masyarakat yang menjunjung tinggi akhlak mulia akan hidup dalam kedamaian, kerukunan, dan saling tolong-menolong.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Ketika seseorang memiliki akhlak yang baik, ia akan dicintai oleh Allah, dicintai oleh Rasul-Nya, dan dicintai oleh sesama manusia.

Ia akan mudah mendapatkan kepercayaan, persahabatan, dan dukungan.

Kehidupan rumah tangganya akan harmonis, pekerjaannya akan berkah, dan interaksinya di masyarakat akan membawa manfaat.

Sebaliknya, orang yang berakhlak buruk akan dijauhi, dibenci, dan hidup dalam kesendirian, meskipun ia memiliki harta dan kedudukan.

Rasulullah bersabda:

 إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya." (HR. At-Tirmidzi)

Hadits ini memberikan motivasi yang sangat besar bagi kita untuk senantiasa memperbaiki akhlak.

Bayangkan, betapa mulianya posisi seseorang yang dekat dengan Rasulullah di Hari Kiamat, dan itu diraih dengan akhlak yang baik.

Ini adalah tujuan tertinggi yang harus kita kejar.

Mari kita jadikan setiap interaksi kita sebagai ladang untuk menumbuhkan akhlak mulia, karena di sanalah terletak kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat.


Penutup Khutbah Pertama


Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Secara keseluruhan, hadits agung dari Abu Darda' Radhiyallahu ‘anhu ini adalah sebuah mercusuar penerang jalan bagi setiap mukmin.

Ia menegaskan dengan sangat gamblang bahwa akhlak yang baik (khuluqin hasanin) bukanlah sekadar pelengkap atau hiasan, melainkan inti dari keberislaman yang sempurna, penentu utama beratnya timbangan kebaikan kita di Hari Kiamat.

Sebaliknya, hadits ini juga menjadi peringatan keras akan bahaya lisan yang kotor dan perbuatan keji, yang dibenci oleh Allah SWT.

Ini adalah pengingat bahwa keimanan sejati tercermin dalam tutur kata yang santun, perilaku yang mulia, dan hati yang bersih.

Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk tidak hanya memahami ilmu ini, tetapi juga menyebarkannya, mengajarkan, dan yang terpenting, mengamalkannya dalam setiap detik kehidupan.


بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


KHUTBAH KEDUA


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Hadits mulia yang telah kita bahas bersama, tentang keutamaan akhlak yang baik, bukanlah sekadar teori atau pelajaran di bangku madrasah.

Ia adalah peta jalan praktis yang harus kita terjemahkan dalam setiap hembusan napas kehidupan kita.

Faedah hadits ini untuk kehidupan umat sangatlah fundamental.

Bayangkan jika setiap individu Muslim, setiap keluarga, setiap komunitas, menjadikan akhlak mulia sebagai landasan utama. Niscaya, kedamaian akan merajai, persatuan akan menguat, dan keberkahan akan melimpah ruah.

Maka, marilah kita ubah cara pandang kita terhadap ilmu. Ilmu bukan hanya tentang menghafal ayat dan hadits, tetapi lebih dari itu, ia adalah tentang mengamalkan dan menjadikan petunjuk-petunjuk itu sebagai karakter diri.

Hadits ini mengajak kita untuk serius dalam memperbaiki diri. Mulailah dari lisan kita.

Sebelum berbicara, pikirkanlah: apakah perkataan ini baik?

Apakah akan menyakiti?

Apakah akan membawa manfaat?

Jika tidak, maka tahanlah. Kemudian, perbaiki sikap kita. Jadilah pribadi yang mudah memaafkan, lapang dada, ramah senyum, dan suka menolong.

Kesabaran, kejujuran, amanah, dan rasa malu adalah perhiasan yang harus kita kenakan setiap saat.

Ingatlah, kebaikan sekecil apapun, bahkan sekadar menyingkirkan duri di jalan, akan bernilai di sisi Allah jika dilakukan dengan niat ikhlas dan akhlak yang mulia.

Dan keburukan sekecil apapun, termasuk lisan yang kotor, dapat menjadi penghalang rahmat dan mendatangkan murka-Nya.

Mari kita bermuhasabah setiap hari, evaluasi diri, dan bertekad kuat untuk senantiasa meneladani akhlak Rasulullah yang merupakan teladan terbaik sepanjang masa.

Kaum Muslimin yang Dirahmati Allah,

Pada hari yang mulia ini, mari kita panjukkan doa ke hadirat Allah SWT, memohon agar kita senantiasa dianugerahi akhlak yang mulia.

اللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي

Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan penciptaanku, maka baguskanlah pula akhlakku.

Ya Allah, jadikanlah kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa menjaga lisan kami dari perkataan kotor dan keji, serta perbuatan nista. Karuniakanlah kepada kami hati yang bersih, jiwa yang mulia, dan perilaku yang terpuji, agar timbangan kebaikan kami memberat di Hari Kiamat kelak.

Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa seluruh kaum Muslimin dan Muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.

Ya Allah, berikanlah taufik dan hidayah-Mu kepada para ulama kami, para penuntut ilmu, dan seluruh pengemban dakwah, agar mereka senantiasa istiqamah dalam menyebarkan kebenaran, membimbing umat kepada jalan yang lurus, dan menjadi teladan dalam akhlak yang mulia. Lindungilah mereka dari segala fitnah dan godaan, serta berkahilah ilmu dan amal mereka.

اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا.

Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada jiwa-jiwa kami, sucikanlah ia karena Engkau sebaik-baik Dzat yang mensucikannya, Engkaulah Pelindung dan Penguasanya.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kaum Muslimin dan Muslimat, Mukminin dan Mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab api neraka.

 

[Penutup]

عِبَادَ اللّٰهِ، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللّٰهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

وَأَقِمِ الصَّلاةَ

 

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci