Kajian: Adab terhadap Allah Azza wa Jalla (Kitab Minhajul Muslim)

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ، وَهَدَاهُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ، وَأَسْبَغَ عَلَيْهِ نِعَمَهُ ظَاهِرَةً وَبَاطِنَةً، وَجَعَلَ لَهُ فِي كُلِّ أَمْرٍ هِدَايَةً وَسَكِينَةً. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، الَّذِي بَعَثَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ، صَلَوَاتُ رَبِّي وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ.

Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memberinya petunjuk ke jalan yang lurus, melimpahkan kepadanya nikmat-nikmat-Nya, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, serta menjadikan dalam setiap urusannya petunjuk dan ketenangan.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepadanya, kepada keluarganya, serta seluruh sahabatnya.

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,

Kita semua hidup dalam limpahan nikmat dan karunia dari Allah Azza wa Jalla. Sejak kita diciptakan hingga saat ini, tidak ada satu detik pun berlalu tanpa pengawasan dan kasih sayang-Nya. Namun, sudahkah kita menunaikan hak-hak Allah dengan baik? Sudahkah kita menunjukkan adab yang benar terhadap-Nya?

Adab terhadap Allah bukan hanya sekadar bentuk ibadah lahiriah, tetapi juga cerminan hati yang penuh pengagungan, rasa syukur, dan ketundukan kepada-Nya. Menyadari bahwa segala nikmat berasal dari Allah, bahwa segala amal kita diawasi-Nya, dan bahwa hanya kepada-Nya kita bergantung adalah bagian dari adab seorang hamba kepada Rabb-nya.

Dalam kajian ini, kita akan membahas bagaimana seorang Muslim seharusnya beradab kepada Allah, baik dalam keyakinannya, lisannya, maupun amal perbuatannya. Semoga dengan memahami dan mengamalkan adab ini, kita semakin dekat dengan ridha-Nya dan dijauhkan dari kelalaian yang dapat merugikan diri kita di dunia dan akhirat.

Mari kita buka hati dan pikiran kita untuk menyerap pelajaran ini dengan penuh keikhlasan. Semoga Allah memberkahi ilmu yang kita pelajari dan menjadikannya amal yang bermanfaat.

-----

Adab terhadap Allah Azza wa Jalla (dari Kitab Minhajul Muslim)

الْمُسْلِمُ يَنْظُرُ إِلَى مَا لِلَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ مِنْ مَنَنٍ لَا تُحْصَى، وَنِعَمٍ لَا تُعَدُّ، اكْتَنَفَتْهُ مِنْ سَاعَةِ عَلُوقِهِ نُطْفَةً فِي رَحِمِ أُمِّهِ، وَتُسَايرهُ إِلَى أَنْ يَلْقَى رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ،

Seorang muslim memandang segala nikmat dan karunia yang tak terhitung jumlahnya dari Allah Ta'ala yang meliputinya sejak ia masih berupa setetes air mani di rahim ibunya, dan terus menyertainya hingga ia bertemu dengan Rabbnya Azza wa Jalla.

 فَيَشْكُرُ اللَّهَ تَعَالَى عَلَيْهَا بِلِسَانِهِ بِحَمْدِهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ، وَبِجَوَارِحِهِ بِتَسْخِيرِهَا فِي طَاعَتِهِ،

Maka, ia bersyukur kepada Allah Ta'ala dengan lisannya melalui pujian dan sanjungan yang layak bagi-Nya, serta dengan anggota tubuhnya dengan menggunakannya dalam ketaatan kepada-Nya.

 فَيَكُونُ هَذَا أَدَبًا مِنْهُ مَعَ اللَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى؛ إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ فِي شَيْءٍ كُفْرَانُ النِّعَمِ، وَجُحُودُ فَضْلِ الْمُنْعِمِ، وَالتَّنَكُّرُ لَهُ وَلِإِحْسَانِهِ وَإِنْعَامِهِ،

Ini merupakan bentuk adabnya terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena tidak termasuk adab sedikit pun mengingkari nikmat, menolak karunia Sang Pemberi Nikmat, serta mengabaikan kebaikan dan kemurahan-Nya.

وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ يَقُولُ: {وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: ٥٣]

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). (QS. An-Nahl: 53).

وَيَقُولُ سُبْحَانَهُ: {وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا} ]النحل: ١٨[

Dan Dia berfirman: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. (QS. An-Nahl: 18).

وَيَقُولُ عَزَّ وَجَلَّ: {فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ} ]البقرة: ١٥٢[

Dan Dia berfirman: Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS. Al-Baqarah: 152).



وَيَنْظُرُ الْمُسْلِمُ إِلَى عِلْمِهِ تَعَالَى بِهِ وَاطِّلَاعِهِ عَلَى جَمِيعِ أَحْوَالِهِ، فَيَمْتَلِئُ قَلْبُهُ مِنْهُ مَهَابَةً، وَنَفْسُهُ لَهُ وَقَارًا وَتَعْظِيمًا،

Seorang muslim juga memandang ilmu Allah Ta'ala tentang dirinya dan pengawasan-Nya terhadap segala keadaannya, sehingga hatinya dipenuhi rasa takut, dan jiwanya dipenuhi ketenangan dan pengagungan terhadap-Nya.

 فَيَخْجَلُ مِنْ مَعْصِيَتِهِ، وَيَسْتَحِي مِنْ مُخَالَفَتِهِ، وَالْخُرُوجِ عَنْ طَاعَتِهِ

Ia merasa malu untuk berbuat maksiat, dan merasa malu untuk menentang-Nya, atau keluar dari ketaatan kepada-Nya.

. فَيَكُونُ هَذَا أَدَبًا مِنْهُ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى، إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ فِي شَيْءٍ أَنْ يُجَاهِرَ الْعَبْدُ سَيِّدَهُ بِالْمَعَاصِي، أَوْ يُقَابِلَهُ بِالْقَبَائِحِ وَالرَّذَائِلِ وَهُوَ يَشْهَدُهُ وَيَنْظُرُ إِلَيْهِ

Ini merupakan bentuk adabnya terhadap Allah Ta'ala, karena tidak termasuk adab sedikit pun jika seorang hamba terang-terangan berbuat maksiat di hadapan Tuhannya, atau melakukan perbuatan buruk dan keji sementara Dia menyaksikan dan melihatnya.

. قَالَ تَعَالَى: {مَا لَكُمْ لَا تَرْجُونَ لِلَّهِ وَقَارًا (١٣) وَقَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا}

Allah Ta'ala berfirman: Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan. (QS. Nuh: 13-14).

وَقَالَ: {يَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ} ]النحل: ١٩[

Dan Dia berfirman: Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu nyatakan. (QS. An-Nahl: 19).

وَقَالَ: {وَمَا تَكُونُ فِي شَأْنٍ وَمَا تَتْلُو مِنْهُ مِنْ قُرْآنٍ وَلَا تَعْمَلُونَ مِنْ عَمَلٍ إِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُودًا إِذْ تُفِيضُونَ فِيهِ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَبِّكَ مِنْ مِثْقَالِ ذَرَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ} [يونس: ٦١].

Dan Dia berfirman: Tidaklah kamu berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al-Qur'an serta tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu ketika kamu melakukannya. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit dari Rabbmu, meskipun seberat zarrah. (QS. Yunus: 61).


وَيَنْظُرُ الْمُسْلِمُ إِلَيْهِ تَعَالَى وَقَدْ قَدَرَ عَلَيْهِ، وَأَخَذَ بِنَاصِيَتِهِ، وَأَنَّهُ لَا مَفَرَّ لَهُ وَلَا مَهْرَبَ، وَلَا مَنْجَا وَلَا مَلْجَأَ مِنْهُ إِلَّا إِلَيْهِ،

Seorang muslim juga memandang bahwa Allah Ta'ala telah menguasainya, memegang ubun-ubunnya, dan bahwa tidak ada tempat berlari, menghindar, atau menyelamatkan diri dari-Nya kecuali kembali kepada-Nya.

فَيَفِرُّ إِلَيْهِ تَعَالَى وَيَطَّرَحُ بَيْنَ يَدَيْهِ، وَيُفَوِّضُ أَمْرَهُ إِلَيْهِ، وَيَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ،

Maka, ia berlari kepada-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, menyerahkan urusannya kepada-Nya, dan bertawakal kepada-Nya.

 فَيَكُونُ هَذَا أَدَبًا مَعَ رَبِّهِ وَخَالِقِهِ. إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ فِي شَيْءٍ الْفِرَارُ مِمَّنْ لَا مَفَرَّ مِنْهُ، وَلَا الِاعْتِمَادُ عَلَى مَنْ لَا قُدْرَةَ لَهُ، وَلَا الِاتِّكَالُ عَلَى مَنْ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ لَهُ.

Ini merupakan bentuk adabnya terhadap Rabb dan Penciptanya, karena tidak termasuk adab sedikit pun lari dari yang tidak mungkin dihindari, dan tidak (termasuk adab juga yaitu) bergantung pada yang tidak memiliki kekuatan, dan tidak (termasuk adab juga yaitu) bersandar pada yang tidak memiliki daya dan upaya.

قَالَ تَعَالَى: {مَا مِنْ دَابَّةٍ إِلَّا هُوَ آخِذٌ بِنَاصِيَتِهَا إِنَّ رَبِّي عَلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ} ]هود: ٥٦[

Allah Ta'ala berfirman: Tidak ada suatu makhluk melata pun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Rabbku di atas jalan yang lurus. (QS. Hud: 56).

وَقَالَ عَزَّ وَجَلَّ: {فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ} ]الذاريات: ٥٠[

Dan Dia berfirman: Maka larilah kepada Allah. Sesungguhnya aku pemberi peringatan yang nyata dari-Nya untukmu. (QS. Adz-Dzariyat: 50).

وَقَالَ: {وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ} [المائدة: ٢٣].

Dan Dia berfirman: Dan bertawakallah kepada Allah jika kamu benar-benar beriman. (QS. Al-Maidah: 23).


وَيَنْظُرُ الْمُسْلِمُ إِلَى إِلْطَافِ اللَّهِ تَعَالَى بِهِ فِي جَمِيعِ أُمُورِهِ، وَإِلَى رَحْمَتِهِ لَهُ وَلِسَائِرِ خَلْقِهِ،

Seorang muslim juga memandang kelembutan Allah Ta'ala dalam segala urusannya, serta rahmat-Nya yang meliputi dirinya dan seluruh makhluk-Nya.

 فَيَطْمَعُ فِي الْمَزِيدِ مِنْ ذَلِكَ، فَيَتَضَرَّعُ لَهُ بِخَالِصِ الضَّرَاعَةِ وَالدُّعَاءِ، وَيَتَوَسَّلُ إِلَيْهِ بِطَيِّبِ الْقَوْلِ وَصَالِحِ الْعَمَلِ،

Maka, ia berharap untuk mendapatkan lebih dari itu, sehingga ia merendahkan diri dengan doa dan permohonan yang tulus, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan perkataan yang baik dan amal yang shalih.

 فَيَكُونُ هَذَا أَدَبًا مِنْهُ مَعَ اللَّهِ مَوْلَاهُ؛

Ini merupakan bentuk adabnya terhadap Allah,

إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ فِي شَيْءٍ الْيَأْسُ مِنَ الْمَزِيدِ مِنْ رَحْمَةٍ وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ، وَلَا الْقُنُوطُ مِنْ إِحْسَانٍ قَدْ عَمَّ الْبَرَايَا، وَإِلْطَافٍ قَدِ انْتَظَمَتِ الْوُجُودَ

karena tidak termasuk adab sedikit pun berputus asa dari rahmat-Nya yang meliputi segala sesuatu, atau tidak (termasuk adab juga) merasa pesimis dari kebaikan-Nya yang telah meliputi seluruh makhluk.

قَالَ تَعَالَى: {وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ} [الأعراف: ١٥٦]. 

Allah Ta'ala berfirman: Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (QS. Al-A'raf: 156).

وَقَالَ: {اللَّهُ لَطِيفٌ بِعِبَادِهِ} [الشورى: ١٩]. 

Dan Dia berfirman: Allah Maha Lembut terhadap hamba-hamba-Nya. (QS. Asy-Syura: 19).

وَقَالَ: {وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ} [يوسف: ٨٧].

Dan Dia berfirman: Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Yusuf: 87).

وَقَالَ: {لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ} [الزمر: ٥٣] 

Dan Dia berfirman: Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. (QS. Az-Zumar: 53).


وَيَنْظُرُ الْمُسْلِمُ إِلَى شِدَّةِ بَطْشِ رَبِّهِ، وَإِلَى قُوَّةِ انْتِقَامِهِ، وَإِلَى سُرْعَةِ حِسَابِهِ، فَيَتَّقِيهِ بِطَاعَتِهِ، وَيَتَوَقَّاهُ بِعَدَمِ مَعْصِيَتِهِ،

Seorang muslim juga memandang kerasnya siksa Allah, kekuatan balasan-Nya, dan cepatnya perhitungan-Nya. Maka, ia bertakwa kepada-Nya dengan ketaatan dan menjauhi maksiat kepada-Nya.

 فَيَكُونُ هَذَا أَدَبًا مِنْهُ مَعَ اللَّهِ؛

Ini merupakan bentuk adabnya terhadap Allah,

 إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ عِنْدَ ذَوِي الْأَلْبَابِ أَنْ يَتَعَرَّضَ بِالْمَعْصِيَةِ وَالظُّلْمِ الْعَبْدُ الضَّعِيفُ الْعَاجِزُ لِلرَّبِّ الْعَزِيزِ الْقَادِرِ، وَالْقَوِيِّ الْقَاهِرِ،

karena tidak termasuk adab bagi orang yang berakal jika seorang hamba yang lemah dan tak berdaya berani melakukan maksiat dan kezaliman di hadapan Rabb Yang Maha Perkasa, Maha Kuasa, Maha Kuat dan Maha Perkasa.

 وَهُوَ يَقُولُ: {وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ} [الرعد: ١١]. 

Allah Ta'ala berfirman: Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (QS. Ar-Ra'd: 11).

وَيَقُولُ: {إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيدٌ} [البروج: ١٢]. 

Dan Dia berfirman: Sesungguhnya siksa Rabbmu sangat keras. (QS. Al-Buruj: 12).

وَيَقُولُ: {وَاللَّهُ عَزِيزٌ ذُو انْتِقَامٍ} [آل عمران: ٤].

Dan Dia berfirman: Dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan yang setimpal. (QS. Ali Imran: 4).


وَيَنْظُرُ الْمُسْلِمُ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَ مَعْصِيَتِهِ، وَالْخُرُوجِ عَنْ طَاعَتِهِ، وَكَأَنَّ وَعِيدَهُ قَدْ تَنَاوَلَهُ، وَعَذَابَهُ قَدْ نَزَلَ بِهِ، وَعِقَابَهُ قَدْ حَلَّ بِسَاحَتِهِ،

Seorang muslim juga memandang Allah Azza wa Jalla ketika ia berbuat maksiat dan keluar dari ketaatan kepada-Nya, seakan-akan ancaman-Nya telah menimpanya, azab-Nya telah turun kepadanya, dan hukuman-Nya telah menimpa dirinya.

 كَمَا يَنْظُرُ إِلَيْهِ تَعَالَى عِنْدَ طَاعَتِهِ، وَاتِّبَاعِ شَرِيعَتِهِ، وَكَأَنَّ وَعْدَهُ قَدْ صَدَقَهُ لَهُ، وَكَأَنَّ حُلَّةَ رِضَاهُ قَدْ خَلَعَهَا عَلَيْهِ،

Sebagaimana ia memandang-Nya ketika ia taat dan mengikuti syariat-Nya, seakan-akan janji-Nya telah terpenuhi untuknya, dan pakaian keridhaan-Nya telah dikenakan padanya.

فَيَكُونُ هَذَا مِنَ الْمُسْلِمِ حُسْنَ ظَنٍّ بِاللَّهِ، وَمِنَ الْأَدَبِ حُسْنُ الظَّنِّ بِاللَّهِ،

Ini merupakan bentuk husnuzhan (prasangka baik) seorang muslim terhadap Allah, dan husnuzhan termasuk adab terhadap-Nya.

 إِذْ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ أَنْ يُسِيءَ الْمَرْءُ الظَّنَّ بِاللَّهِ فَيَعْصِيَهُ وَيَخْرُجَ عَنْ طَاعَتِهِ، وَيَظُنَّ أَنَّهُ غَيْرُ مُطَّلِعٍ عَلَيْهِ، وَلَا مُؤَاخِذٍ لَهُ عَلَى ذَنْبِهِ،

Karena tidak termasuk adab jika seseorang berburuk sangka kepada Allah sehingga ia bermaksiat dan keluar dari ketaatan kepada-Nya, serta mengira bahwa Allah tidak mengawasinya atau tidak akan menghukumnya atas dosanya.

وَهُوَ يَقُولُ: {وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (٢٢) وَذَلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ} [فصلت: ٢٢ - ٢٣]. 


Allah Ta'ala berfirman: Tetapi kamu menyangka bahwa Allah tidak mengetahui banyak dari apa yang kamu kerjakan. Itulah prasangkamu yang telah membinasakan dirimu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Fu

كَمَا أَنَّهُ لَيْسَ مِنَ الْأَدَبِ مَعَ اللَّهِ أَنْ يَتَّقِيَهُ الْمَرْءُ وَيُطِيعَهُ وَيَظُنَّ أَنَّهُ غَيْرُ مُجَازِيهِ بِحُسْنِ عَمَلِهِ، وَلَا هُوَ قَابِلٌ مِنْهُ طَاعَتَهُ وَعِبَادَتَهُ،

Sebagaimana juga tidak termasuk adab terhadap Allah jika seseorang bertakwa dan taat kepada-Nya, tetapi mengira bahwa Allah tidak akan membalas amal baiknya atau menerima ketaatan dan ibadahnya.

 وَهُوَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ: {وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ} [النور: ٥٢]. 

Allah Ta'ala berfirman: Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An-Nur: 52).

وَيَقُولُ تَعَالَى: {مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ} [الأنعام: ١٦٠]. 

Dan Dia berfirman: Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa membawa amal yang buruk, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya. (QS. Al-An'am: 160)

وَيَقُولُ سُبْحَانَهُ: {مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ} [النحل: ٩٧].

Dan Dia berfirman: Barangsiapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl: 97).


Penutup Kajian


وَخُلَاصَةُ الْقَوْلِ:

أَنَّ شُكْرَ الْمُسْلِمِ رَبَّهُ عَلَى نِعَمِهِ، وَحَيَاءَهُ مِنْهُ تَعَالَى عِنْدَ الْمَيْلِ إِلَى مَعْصِيَتِهِ، وَصِدْقَ الْإِنَابَةِ إِلَيْهِ، وَالتَّوَكُّلَ عَلَيْهِ، وَرَجَاءَ رَحْمَتِهِ، وَالْخَوْفَ مِنْ نِقْمَتِهِ، وَحُسْنَ الظَّنِّ بِهِ فِي إِنْجَازِ وَعْدِهِ، وَإِنْفَاذِ وَعِيدِهِ فِيمَنْ شَاءَ مِنْ عِبَادِهِ، هُوَ أَدَبُهُ مَعَ اللَّهِ،

Kesimpulan:
Bahwa syukurnya seorang muslim kepada Rabbnya atas nikmat-nikmat-Nya, rasa malunya kepada-Nya ketika cenderung kepada maksiat, ketulusannya dalam kembali kepada-Nya, ketawakalannya kepada-Nya, harapannya akan rahmat-Nya, rasa takutnya akan siksa-Nya, serta husnuzhannya terhadap-Nya dalam pemenuhan janji dan ancaman-Nya terhadap siapa pun yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, semua itu merupakan adabnya terhadap Allah.

 وَبِقَدْرِ تَمَسُّكِهِ بِهِ وَمُحَافَظَتِهِ عَلَيْهِ تَعْلُو دَرَجَتُهُ، وَيَرْتَفِعُ مَقَامُهُ، وَتَسْمُو مَكَانَتُهُ، وَتَعْظُمُ كَرَامَتُهُ، فَيَصْبِحُ مِنْ أَهْلِ وِلَايَةِ اللَّهِ وَرِعَايَتِهِ، وَمَحَطَّ رَحْمَتِهِ وَمَنْزِلَ نِعْمَتِهِ.

Dan semakin ia berpegang teguh dan menjaga adab tersebut, semakin tinggi derajatnya, mulia kedudukannya, dan agung kemuliaannya. Maka, ia menjadi termasuk orang yang mendapatkan perlindungan dan perhatian Allah, serta tempat turunnya rahmat dan nikmat-Nya.

وَهَذَا أَقْصَى مَا يَطْلُبُهُ الْمُسْلِمُ وَيَتَمَنَّاهُ طُولَ الْحَيَاةِ. 

Inilah puncak yang diinginkan dan diharapkan oleh seorang muslim sepanjang hidupnya.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا وِلَايَتَكَ، وَلَا تَحْرِمْنَا رِعَايَتَكَ، وَاجْعَلْنَا لَدَيْكَ مِنَ الْمُقَرَّبِينَ، يَا اللَّهُ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ.

Ya Allah, berikanlah kami perlindungan-Mu, janganlah Engkau jauhkan kami dari perhatian-Mu, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang dekat di sisi-Mu, wahai Allah, Rabb semesta alam.


 


Pelajaran Penting dari Kajian


Kajian "Al-Adab Ma'a Allah 'Azza wa Jalla" ini mengajarkan beberapa pelajaran penting terkait adab seorang hamba terhadap Allah SWT. Berikut adalah beberapa poin utama yang dapat diambil dari kajian ini:

1. Mensyukuri Nikmat Allah

Seorang Muslim harus menyadari bahwa seluruh nikmat yang ia peroleh berasal dari Allah SWT. Rasa syukur ditunjukkan dengan:

  • Lisan: Memuji Allah dengan ucapan hamdalah dan dzikir.
  • Anggota tubuh: Menggunakan nikmat Allah dalam ketaatan dan amal shalih.
  • Hati: Mengakui bahwa segala nikmat adalah karunia Allah dan bukan hasil usaha pribadi semata.

Allah SWT berfirman:
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalian, maka itu berasal dari Allah.” (QS. An-Nahl: 53)

2. Menjauhi Sikap Kufur Nikmat

Tidak bersyukur atas nikmat Allah atau menganggap nikmat itu sebagai hasil usaha sendiri merupakan bentuk kufur nikmat, yang berlawanan dengan adab terhadap Allah.

Allah SWT berfirman:
“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya.” (QS. An-Nahl: 18)

3. Rasa Takut dan Rasa Malu kepada Allah

Seorang Muslim harus memiliki rasa takut (khauf) dan malu (haya') kepada Allah karena Dia mengetahui segala perbuatan kita, baik yang tersembunyi maupun yang tampak.

Allah SWT berfirman:
“Dia mengetahui apa yang kalian rahasiakan dan apa yang kalian tampakkan.” (QS. An-Nahl: 19)

Oleh karena itu, seorang Muslim tidak boleh terang-terangan berbuat maksiat atau menyepelekan larangan-Nya.

4. Tawakal dan Kembali kepada Allah

Seorang Muslim harus menyadari bahwa segala sesuatu berada dalam genggaman Allah. Oleh karena itu, tidak ada tempat berlindung selain kepada-Nya.

  • Bertawakal kepada Allah dalam setiap urusan.
  • Berserah diri dan memohon pertolongan hanya kepada-Nya.

Allah SWT berfirman:
“Maka berlarilah kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata dari-Nya.” (QS. Adz-Dzariyat: 50)

5. Berharap Rahmat Allah dan Tidak Berputus Asa

Seorang Muslim harus yakin akan keluasan rahmat Allah dan tidak boleh berputus asa dari kasih sayang-Nya.

  • Tidak menyerah dalam berdoa dan beribadah.
  • Senantiasa optimis bahwa Allah akan memberi jalan keluar.

Allah SWT berfirman:
“Janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah.” (QS. Az-Zumar: 53)

6. Takut akan Siksa Allah dan Tidak Menantang-Nya

Allah memiliki kekuasaan mutlak atas hamba-Nya. Oleh karena itu, seorang Muslim harus:

  • Menghindari maksiat yang dapat mendatangkan murka-Nya.
  • Tidak meremehkan ancaman siksa-Nya.

Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya azab Tuhanmu benar-benar sangat keras.” (QS. Al-Buruj: 12)

7. Husnuzhan kepada Allah

Seorang Muslim harus selalu berbaik sangka kepada Allah:

  • Jika melakukan kebaikan, ia yakin bahwa Allah akan membalasnya dengan kebaikan yang lebih besar.
  • Jika mengalami musibah, ia yakin bahwa Allah mengujinya untuk kebaikan dirinya.

Allah SWT berfirman:
“Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku terhadap-Ku.” (HR. Bukhari & Muslim)


Kesimpulan

Kajian ini menegaskan bahwa adab terhadap Allah mencakup rasa syukur, takut, harapan, tawakal, malu, serta baik sangka kepada-Nya. Dengan menerapkan adab ini, seorang Muslim akan semakin dekat dengan Allah dan hidup dalam ketenangan serta keberkahan. 


 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers