Hadits: Hajar Aswad Itu Batu Dari Surga

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan yang penuh keberkahan ini, marilah kita merenungi sebuah hadits yang sangat agung, yang berkaitan dengan salah satu bagian dari rumah Allah, yakni Hajar Aswad. Hadits ini mengandung hikmah besar dan mengajarkan kepada kita bagaimana seorang muslim menyikapi simbol-simbol ibadah dengan pemahaman yang benar.

🌿 Latar Belakang Permasalahan di Masyarakat

Di tengah masyarakat, sering kita jumpai berbagai pemahaman yang kurang tepat tentang Hajar Aswad. Banyak orang yang menganggapnya memiliki kekuatan ghaib, bisa membawa berkah dengan sendirinya, bahkan ada yang berlebihan dalam mengagungkannya hingga jatuh dalam keyakinan yang keliru. Tidak jarang, sebagian orang rela berdesakan dan bertengkar hanya demi bisa menyentuh atau mencium Hajar Aswad, padahal dalam syariat Islam, yang lebih penting adalah mengikuti sunnah dengan adab dan pemahaman yang benar.

Di sisi lain, ada pula yang menganggap bahwa menghormati Hajar Aswad tidak ada gunanya, karena ia hanyalah batu biasa. Pemahaman ini juga tidak tepat, karena Rasulullah ﷺ sendiri menyentuh dan menciumnya, bahkan mengajarkan umatnya untuk melakukan hal yang sama dalam rangka mengikuti sunnah, bukan karena percaya bahwa batu itu bisa memberi manfaat atau mudarat.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami hadits tentang Hajar Aswad ini, agar kita dapat meneladani Rasulullah ﷺ dengan benar, memahami makna ibadah yang hakiki, dan tidak terjebak dalam kesalahpahaman yang sering terjadi di tengah masyarakat.

📖 Urgensi Mempelajari Hadits Ini

Hadits ini bukan hanya berbicara tentang Hajar Aswad sebagai sebuah batu, tetapi juga mengajarkan konsep ibadah yang benar, sikap terhadap benda-benda yang memiliki nilai sejarah dalam Islam, serta bagaimana dosa dapat mempengaruhi kehidupan kita.

Maka, dengan memahami hadits ini, kita bisa menata kembali niat dan cara kita dalam beribadah, menjadikan haji dan umrah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan pemahaman yang benar, serta tidak terjebak dalam pemikiran yang keliru tentang benda-benda yang memiliki nilai historis dalam Islam.

Semoga kajian ini menjadi wasilah bagi kita semua untuk semakin mengenal agama ini dengan pemahaman yang lurus, mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ, dan menjauhi segala bentuk kesalahpahaman yang dapat menyesatkan kita dari jalan yang benar. 


Hadits dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ، وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ، حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ

Hajar Aswad berasal dari surga, dan ia lebih putih daripada salju, hingga menjadi hitam karena dosa-dosa orang-orang musyrik.

HR Tirmidzi (877), An-Nasa'i (2935), Ahmad (2796), dan Ibnu Khuzaimah (2733)

 


Arti dan Penjelasan Per Kalimat


الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ

"Hajar Aswad berasal dari surga."

الحَجَرُ الأَسْوَدُ   → "Hajar Aswad" (batu hitam), yaitu batu yang terletak di sudut timur Ka'bah dan merupakan salah satu bagian penting dalam ritual thawaf.

مِنَ الجَنَّةِ  → "Berasal dari surga," menunjukkan bahwa batu ini bukan berasal dari bumi, tetapi Allah menurunkannya dari surga, sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah .


وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضًا مِنَ الثَّلْجِ

"Dan dahulu lebih putih daripada salju."

وَكَانَ  → "Dan dahulu," menunjukkan keadaan Hajar Aswad sebelum mengalami perubahan warna.

أَشَدَّ بَيَاضًا  → "Lebih putih," menunjukkan bahwa batu ini memiliki warna yang sangat bersih dan cemerlang.

مِنَ الثَّلْجِ  → "Daripada salju," sebagai perbandingan bahwa warnanya lebih putih dari benda paling putih yang dikenal manusia.

Hadits ini menegaskan bahwa Hajar Aswad awalnya adalah batu yang sangat putih bersih, berbeda dengan keadaannya sekarang yang berwarna hitam.


حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ

"Hingga dosa-dosa orang-orang musyrik membuatnya menjadi hitam."

حَتَّى  → "Hingga," menunjukkan sebab akibat, yaitu perubahan warna batu ini karena suatu hal.

سَوَّدَتْهُ  → "Membuatnya menjadi hitam," berasal dari kata سَوَّدَ (menghitamkan), yang berarti mengalami perubahan warna menjadi gelap.

خَطَايَا  → "Dosa-dosa," menunjukkan bahwa perubahan warna ini bukan karena faktor alami, tetapi disebabkan oleh kesalahan manusia.

أَهْلِ الشِّرْكِ  → "Orang-orang musyrik," yaitu mereka yang menyekutukan Allah .

 


Syarah Hadits


الحَجَرُ الأَسْوَدُ حَجَرٌ كَرِيمٌ

Hajar Aswad adalah batu yang mulia.

أَنْزَلَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنَ الجَنَّةِ

Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkannya dari surga.

فَقَبَّلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Maka Nabi menciumnya.

وَاتِّبَاعًا لِهَدْيِهِ نُقَبِّلُهُ وَنَسْتَلِمُهُ وَنُشِيرُ إِلَيْهِ

Dan dalam rangka mengikuti petunjuknya, kita menciumnya, menyentuhnya, dan memberi isyarat kepadanya.

وَإِنْ كَانَ حَجَرًا لَا يَضُرُّ وَلَا يَنْفَعُ

Meskipun ia hanyalah batu yang tidak membahayakan dan tidak memberi manfaat..

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ الرَّسُولُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Dalam hadits ini, Rasulullah bersabda.

نَزَلَ الحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الجَنَّةِ

Hajar Aswad turun dari surga.

وَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنَ اللَّبَنِ

Dan ia lebih putih daripada susu.

فَسَوَّدَتْهُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

Lalu dosa-dosa anak cucu Adam menghitamkannya.

وَأَمَّا عَدَمُ بَيَاضِهِ بِالْحَسَنَاتِ بَعْدَ سَوَادِهِ

Adapun mengapa ia tidak kembali putih karena kebaikan setelah menjadi hitam.

فَقِيلَ: السَّوَادُ يَصْبُغُ وَيَطْغَى عَلَى مَا تَجْعَلُهُ عَلَيْهِ، بِعَكْسِ اللَّوْنِ الأَبْيَضِ

Maka dikatakan: warna hitam cenderung mendominasi dan mengalahkan apa yang menempel padanya, berbeda dengan warna putih.

وَقِيلَ: ظَلَّ هَكَذَا لِجَعْلِهِ عِبْرَةً لِبَنِي آدَمَ يَتَذَكَّرُونَ بِهَا الذُّنُوبَ وَالْآثَامَ

Dan dikatakan: ia tetap seperti itu agar menjadi pelajaran bagi anak cucu Adam, sehingga mereka mengingat dosa-dosa dan kesalahan.

وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ أَثَرِ خَطَايَا بَنِي آدَمَ

Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang dampak dosa-dosa anak cucu Adam.

Sumber: https://dorar.net/hadith/sharh/113779


Pelajaran dari Hadits ini


1. Hajar Aswad adalah batu dari surga

Hadits ini menegaskan bahwa Hajar Aswad berasal dari surga dan diturunkan ke bumi oleh Allah ﷻ. Ini menunjukkan bahwa ada benda-benda tertentu di dunia ini yang memiliki keberkahan khusus karena asal-usulnya yang suci.

  • Keistimewaan Hajar Aswad bukan karena zatnya sendiri, tetapi karena Allah ﷻ menjadikannya sebagai bagian dari ibadah haji dan umrah.

  • Menghormati sesuatu karena perintah Allah ﷻ adalah bentuk ketaatan, bukan karena benda itu memiliki kekuatan sendiri.


2. Mengikuti Sunnah Nabi ﷺ dalam beribadah

Nabi ﷺ mencium Hajar Aswad, menyentuhnya (istilam), dan memberi isyarat kepadanya saat tidak bisa menyentuhnya langsung. Umat Islam melakukan hal yang sama bukan karena Hajar Aswad memiliki kekuatan gaib, tetapi semata-mata mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.

  • Dalam ibadah, kita harus mengikuti contoh yang diajarkan Rasulullah ﷺ, tanpa menambah atau mengurangi.

  • Menghormati Hajar Aswad adalah bentuk keteladanan terhadap Nabi ﷺ, bukan penyembahan terhadap batu.

  • Jika kita tidak bisa menyentuh atau mencium Hajar Aswad, cukup dengan memberi isyarat (tanpa berlebihan).


3. Hajar Aswad awalnya putih dan menjadi hitam karena dosa manusia

Ketika pertama kali diturunkan, Hajar Aswad lebih putih dari susu. Namun, karena dosa-dosa manusia, warnanya berubah menjadi hitam.

  • Dosa memiliki dampak nyata. Bukan hanya berpengaruh terhadap jiwa manusia, tetapi juga terhadap alam sekitar.

  • Kesucian bisa ternoda oleh dosa. Sebagaimana batu dari surga bisa berubah warna karena dosa, hati manusia pun bisa menghitam akibat maksiat jika tidak segera bertaubat.

  • Hajar Aswad menjadi pengingat akan bahaya dosa, mendorong kita untuk selalu memohon ampun kepada Allah ﷻ.


4. Dosa lebih mudah mengotori daripada kebaikan memutihkan

Setelah menjadi hitam, Hajar Aswad tidak kembali putih meskipun disentuh oleh banyak orang saleh dan para nabi. Hal ini menunjukkan bahwa dosa lebih mudah menyebar dan berpengaruh daripada kebaikan.

  • Maksiat lebih mudah merusak daripada kebaikan memperbaiki. Oleh karena itu, kita harus lebih berhati-hati dalam menjaga diri dari dosa.

  • Hati manusia juga bisa mengalami hal yang sama. Jika terus-menerus berbuat dosa tanpa taubat, hati akan mengeras dan sulit kembali bersih.

  • Kita harus menjaga kebersihan hati sejak awal, agar tidak tertutup oleh noda maksiat yang sulit dihapus.


5. Hajar Aswad sebagai pengingat tentang dosa dan taubat

Sebagian ulama mengatakan bahwa Allah ﷻ membiarkan Hajar Aswad tetap hitam sebagai pelajaran bagi umat manusia, agar mereka selalu ingat bahwa dosa membawa konsekuensi besar dan mereka harus selalu kembali kepada Allah dengan istighfar dan taubat.

  • Hajar Aswad bukan hanya simbol ibadah, tetapi juga simbol peringatan terhadap akibat dosa.

  • Mengajarkan kita untuk selalu introspeksi diri. Jika sebuah batu bisa berubah karena dosa, bagaimana dengan hati manusia?

  • Kita harus selalu mendekatkan diri kepada Allah, menjaga kebersihan hati, dan memperbanyak kebaikan agar tidak tertutup oleh noda maksiat.

 


Penutup Kajian


Hadirin yang dirahmati Allah,

Setelah kita membahas hadits yang agung tentang Hajar Aswad, kita dapat mengambil beberapa pelajaran penting yang dapat menjadi bekal dalam kehidupan kita:

📖 Faedah Hadits tentang Hajar Aswad

  1. Hajar Aswad adalah batu dari surga, yang Allah turunkan sebagai bagian dari syariat-Nya. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa Islam memiliki simbol-simbol ibadah yang datang dari Allah, bukan sekadar tradisi buatan manusia.

  2. Hajar Aswad awalnya berwarna putih bersih, lalu menjadi hitam karena dosa manusia, yang menjadi pelajaran bahwa dosa dapat mengotori hati, lingkungan, bahkan alam di sekitar kita. Oleh karena itu, kita harus selalu bertaubat dan menjauhi maksiat agar hati kita tidak menghitam dan menjadi keras.

  3. Rasulullah ﷺ mencium dan menyentuh Hajar Aswad sebagai bagian dari sunnah, bukan karena batu itu memiliki kekuatan khusus. Ini mengajarkan kepada kita pentingnya mengikuti sunnah tanpa berlebihan atau berkurang, serta menghindari sikap mengultuskan benda-benda tertentu secara berlebihan.

  4. Hajar Aswad tidak dapat memberi manfaat atau mudarat, sebagaimana perkataan Umar bin Khattab رضي الله عنه:

    "Demi Allah, aku tahu bahwa engkau hanyalah batu yang tidak bisa memberi manfaat ataupun mudarat. Jika bukan karena aku melihat Rasulullah ﷺ menciummu, maka aku tidak akan menciummu."
    Pelajaran dari ucapan ini adalah segala bentuk ibadah harus berlandaskan dalil, bukan sekadar tradisi atau emosi.

  5. Syariat Islam selalu mengajarkan keseimbangan antara akidah yang lurus dan penghormatan terhadap syiar agama, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam kesyirikan atau sikap meremehkan bagian dari agama.

🌱 Harapan Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari

Setelah memahami hadits ini, harapan kita adalah agar setiap muslim dapat mengaplikasikan pelajarannya dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya:

Menjaga kemurnian tauhid dengan tidak berlebihan dalam menghormati benda-benda yang memiliki nilai sejarah dalam Islam. Kita mencium atau menyentuh Hajar Aswad bukan karena ia memiliki kekuatan, tetapi karena mengikuti sunnah Rasulullah ﷺ.

Menjaga hati dari noda dosa, sebagaimana Hajar Aswad yang awalnya putih bersih namun menjadi hitam karena dosa manusia. Kita harus selalu bertaubat, memperbanyak istighfar, dan menjauhi kemaksiatan agar hati kita tetap bersih dan bercahaya.

Menjadikan sunnah Rasulullah ﷺ sebagai pedoman utama dalam beribadah, bukan hanya mengikuti kebiasaan atau tradisi yang tidak berdasar dalil.

Menyebarkan pemahaman yang benar kepada masyarakat, agar tidak ada lagi kesalahpahaman tentang Hajar Aswad, dan agar umat Islam memahami bahwa yang utama dalam ibadah adalah mengikuti petunjuk Rasulullah ﷺ dengan penuh ilmu dan keyakinan.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang selalu mengamalkan sunnah Nabi ﷺ dengan pemahaman yang benar. Semoga hati kita selalu bersih dari dosa, dan semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk melihat, menyentuh, dan mencium Hajar Aswad dalam keadaan iman yang kokoh dan amalan yang diterima. 

اللَّهُمَّ ارْزُقْنَا حَجًّا مَبْرُورًا، وَسَعْيًا مَشْكُورًا، وَذَنْبًا مَغْفُورًا، وَتِجَارَةً لَنْ تَبُورَ، يَا غَفُورُ يَا شَكُورُ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami haji yang mabrur, sa'i yang diterima, dosa yang diampuni, dan perdagangan yang tidak merugi. Wahai Dzat Yang Maha Pengampun, Wahai Dzat Yang Maha Mensyukuri.

Kita tutup dengan doa kafaratul majelis 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci