Hadits: Kebaikan Dalam Islam Dilipatgandakan Sepuluh Hingga Tujuh Ratus Kali Lipat
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad ﷺ, yang telah membawa ajaran Islam yang penuh rahmat dan kemudahan bagi umat manusia.
Jama’ah rahimakumullāh,
Di zaman sekarang ini, kita hidup dalam masyarakat yang serba cepat dan sibuk. Banyak orang berlari mengejar dunia, sibuk dengan pekerjaan, pendidikan, urusan keluarga, bahkan kegiatan sosial. Namun sayangnya, di tengah kesibukan itu, banyak yang mulai abai terhadap amalan-amalan kecil dalam agama, meremehkan dosa-dosa ringan, atau merasa tidak perlu memperbaiki kualitas keislaman mereka. Tak sedikit pula yang beranggapan bahwa amal baiknya belum cukup berarti karena hanya sedikit dan tidak seberapa.
Di sisi lain, ada juga yang merasa pesimis karena merasa terlalu banyak dosa, hingga mengira bahwa amal kebaikan mereka tidak akan berguna di sisi Allah. Ada yang malas berbuat baik karena mengira itu tidak akan membawa pengaruh besar, dan ada pula yang terus menunda taubat karena menganggap dosanya masih kecil.
Padahal, dalam Islam, sekecil apa pun amal tidak akan pernah sia-sia. Dan sebesar apa pun dosa, selama masih hidup, pintu taubat selalu terbuka. Karena itulah, hadits yang akan kita bahas hari ini sangat penting untuk kita pahami dan renungi bersama. Hadits ini memberikan gambaran tentang kemurahan dan keadilan Allah dalam menilai amal hamba-Nya. Hadits ini juga menyadarkan kita tentang pentingnya memperbaiki kualitas keislaman kita, karena di situlah letak kunci pelipatgandaan pahala dan penghapusan dosa.
Dengan memahami hadits ini, insyaAllah kita akan lebih semangat dalam berbuat baik, tidak meremehkan amal sekecil apa pun, dan lebih waspada terhadap dosa, sekecil apa pun itu. Maka dari itu, mari kita bersama-sama menyimak dan menghayati makna dari sabda Rasulullah ﷺ berikut ini, agar hidup kita lebih terarah, lebih bernilai di sisi Allah, dan lebih bermakna untuk akhirat kelak.
Mari kita membacakan haditsnya:
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ
فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ
مِائَةِ ضِعْفٍ وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا.
Apabila seorang dari kalian memperbaiki keIslamannya maka
dari setiap kebaikan yang dikerjakannya akan ditulis baginya sepuluh kebaikan
yang serupa hingga tujuh ratus kelipatan, dan setiap satu keburukan yang
dikerjakannya akan ditulis satu keburukan saja yang serupa dengannya.
HR Al Bukhori (40)
Arti dan Penjelasan Per Kalimat
إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ
Jika salah seorang dari kalian membaguskan keislamannya
Kalimat ini membuka hadits dengan syarat utama agar seseorang meraih pahala yang berlipat ganda, yaitu dengan memperbaiki dan menyempurnakan keislamannya.
Islam bukan sekadar identitas atau pernyataan lisan, tetapi harus diiringi dengan keyakinan yang benar, ibadah yang ikhlas, akhlak yang baik, dan konsistensi dalam amal saleh.
Membaguskan keislaman mencakup peningkatan kualitas iman, penghindaran dari syirik dan maksiat, serta menjalani hidup dalam bimbingan syariat.
Ini menandakan bahwa nilai seorang muslim di hadapan Allah tidak ditentukan oleh formalitas keislamannya semata, tetapi oleh seberapa dalam dan serius ia mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupannya sehari-hari.
فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ
Maka setiap kebaikan yang ia kerjakan akan dicatat untuknya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat
Kalimat ini menjelaskan ganjaran yang Allah berikan kepada orang yang membaguskan keislamannya.
Allah tidak hanya membalas kebaikan dengan satu balasan, tetapi melipatgandakannya dengan kelipatan minimal sepuluh hingga maksimal tujuh ratus kali lipat, bahkan lebih dalam kondisi tertentu.
Penggandaan ini tidak bersifat matematis semata, tetapi bergantung pada keikhlasan, ketulusan, kesungguhan, dan kondisi amal tersebut.
Ini menunjukkan kemurahan, keadilan, dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas dan istiqamah dalam kebaikan.
Kalimat ini juga menjadi motivasi spiritual untuk memperbanyak amal saleh dalam hidup.
وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا
Dan setiap keburukan yang ia kerjakan dicatat untuknya dengan semisalnya
Kalimat ini menunjukkan sisi keadilan Allah dalam memperlakukan hamba-Nya.
Berbeda dengan kebaikan yang dilipatgandakan, keburukan hanya dicatat satu kali sesuai kadar dosanya.
Bahkan dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa keburukan tidak langsung dicatat, dan malaikat pencatat dosa menunggu beberapa saat jika pelaku hendak bertaubat.
Ini menegaskan bahwa rahmat Allah lebih luas daripada murka-Nya.
Kalimat ini juga menjadi peringatan bahwa setiap dosa akan tetap dicatat dan tidak bisa dihapus kecuali dengan taubat yang sungguh-sungguh.
Maka seorang muslim dituntut untuk senantiasa mengintrospeksi diri dan menjaga diri dari maksiat.
Syarah Hadits
الدُّخُولُ فِي الإِسْلَامِ هُوَ نَجَاةُ
العَبْدِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Masuk ke dalam Islam adalah
keselamatan seorang hamba di dunia dan akhirat.
فَهُوَ دِينُ التَّوْحِيدِ لِلَّهِ
سُبْحَانَهُ وَعَدَمِ الإِشْرَاكِ بِهِ
Karena Islam
itu adalah agama tauhid kepada Allah, Mahasuci Dia, dan tidak menyekutukan-Nya.
وَهُوَ مَا جَاءَتْ بِهِ جَمِيعُ الرُّسُلِ
وَالأَنْبِيَاءِ
Dan Islam itulah
yang dibawa oleh semua rasul dan nabi.
وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُخْبِرُ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dan di hadis
ini, Nabi ﷺ memberitakan.
أَنَّ الكَافِرَ إِذَا أَسْلَمَ وَحَسُنَ
إِسْلَامُهُ
Bahwa seorang kafir jika masuk Islam
dan Islamnya menjadi baik.
فَأَسْلَمَ إِسْلَامًا مُحَقَّقًا بَرِيئًا
مِنَ الشُّكُوكِ
Maka ia masuk Islam dengan Islam
yang benar, bebas dari keraguan.
مُؤْمِنًا ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Beriman secara lahir dan batin.
فَإِنَّ اللَّهَ يُكَفِّرُ عَنْهُ
سَيِّئَاتِهِ الَّتِي زَلَفَهَا
Maka Allah menghapuskan darinya
dosa-dosa yang telah dilakukannya.
أَي: قَدَّمَهَا وَعَمِلَهَا قَبْلَ
إِسْلَامِهِ
Yaitu dosa yang dia perbuat sebelum
keislamannya.
مِنَ الصَّغَائِرِ أَوِ الكَبَائِرِ
Baik dari dosa kecil maupun dosa
besar.
تَفَضُّلًا مِنْهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
Sebagai anugerah dari-Nya, Mahasuci
Dia dan Maha Tinggi.
ثُمَّ يُعَامَلُ بَعْدَ إِسْلَامِهِ
بِالقِصَاصِ
Kemudian dia diperlakukan setelah
keislamannya dengan pembalasan setimpal.
وَذَلِكَ بِمُقَابَلَةِ كُلِّ عَمَلٍ مِنْ
أَعْمَالِهِ بِمِثْلِهِ
Yaitu dengan membalas setiap amalnya
dengan yang setimpal.
خَيْرًا كَانَ أَوْ شَرًّا
Baik itu amal kebaikan atau
keburukan.
فَيُجَازَى عَلَى الحَسَنَةِ بِالمَثُوبَةِ
Maka dia diberi balasan atas
kebaikannya dengan ganjaran.
وَعَلَى السَّيِّئَةِ بِالعُقُوبَةِ
Dan atas keburukan dengan hukuman.
فَيُثَابُ عَلَى الحَسَنَةِ بِعَشْرِ
أَضْعَافِهَا
Dia diberi ganjaran atas kebaikannya
dengan sepuluh kali lipat.
وَقَدْ تَتَضَاعَفُ المَثُوبَةُ إِلَى سَبْعِ
مِئَةِ ضِعْفٍ
Dan ganjarannya bisa dilipatgandakan
hingga tujuh ratus kali lipat.
أَمَّا السَّيِّئَةُ فَلَا يُجَازَى إِلَّا
بِمِثْلِهَا
Sedangkan keburukan, tidak dibalas
kecuali setimpal dengannya.
وَقَدْ يَعْفُو اللَّهُ عَنْهَا بِفَضْلِهِ
وَكَرَمِهِ
Dan bisa jadi Allah memaafkannya
dengan anugerah dan kemuliaan-Nya.
وَمَنِّهِ وَإِحْسَانِهِ
Dan kemurahan serta kebaikan-Nya.
فَلَا يُعَاقَبُ عَلَيْهَا فَاعِلُهَا
Maka pelakunya tidak dihukum atasnya.
وَفِي الحَدِيثِ: أَنَّ الإِسْلَامَ يَهْدِمُ
مَا قَبْلَهُ مِنَ الذُّنُوبِ وَالآثَامِ
Dan dalam hadis ini disebutkan bahwa
Islam menghapuskan dosa dan kesalahan sebelumnya.
Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/2685
Pelajaran dari Hadits ini
1. Kesungguhan dalam Memperbaiki Diri
Perkataan إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلَامَهُ (Jika salah seorang dari kalian membaguskan keislamannya) mengajarkan bahwa Islam bukan hanya diucapkan dengan lisan, tapi perlu dijaga dan disempurnakan sepanjang hidup. Membaguskan Islam berarti menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran bahwa setiap aspek hidup harus tunduk pada aturan Allah. Kita diperintahkan untuk belajar ilmu agama, memperbaiki akhlak, dan meninggalkan dosa-dosa, demi mencapai kualitas Islam yang baik. Ini selaras dengan firman Allah:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً
(Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan) (QS. Al-Baqarah: 208)
2. Allah Maha Pemurah dalam Memberi Balasan
Perkataan فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ (Maka setiap kebaikan yang ia kerjakan akan dicatat untuknya dengan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat) menunjukkan betapa luas dan murahnya pemberian Allah kepada hamba-Nya. Satu amal kecil, seperti senyum atau memberi minum, bisa dibalas berkali lipat jika dikerjakan dengan ikhlas. Bahkan dalam kondisi tertentu, bisa lebih dari tujuh ratus kali lipat. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:مَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
(Artinya: Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui) (QS. Al-Baqarah: 261)
3. Allah Tidak Zalim dalam Menilai Dosa
Perkataan وَكُلُّ سَيِّئَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِمِثْلِهَا (Dan setiap keburukan yang ia kerjakan dicatat untuknya dengan semisalnya) menunjukkan keadilan Allah. Setiap keburukan dicatat satu kali saja, tidak dilipatgandakan seperti pahala kebaikan. Bahkan, dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa malaikat tidak langsung mencatat dosa, tetapi menunggu selama enam jam jika pelaku ingin bertaubat. Ini adalah kasih sayang dan keadilan yang luar biasa dari Allah.4. Keikhlasan Menjadi Penentu Nilai Amal
Meskipun pahala kebaikan dilipatgandakan, hal itu bergantung pada kualitas amal, terutama keikhlasan. Jika seseorang beramal karena riya atau untuk mencari pujian, maka amalnya bisa tertolak. Ini mengingatkan kita agar selalu meluruskan niat dalam setiap perbuatan, karena Allah tidak melihat rupa atau bentuk amal, tetapi hati dan niatnya. Nabi ﷺ bersabda:إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ
(Artinya: Sesungguhnya amal-amal itu bergantung pada niatnya) (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menghindari Dosa Sekecil Apa pun
Karena setiap dosa dicatat meski hanya satu, maka kita harus berhati-hati, bahkan terhadap dosa-dosa kecil. Dosa kecil yang sering diulang atau diremehkan bisa menjadi besar di sisi Allah. Banyak orang meremehkan dosa kecil, padahal ia seperti bara yang jika terkumpul bisa membakar habis. Nabi ﷺ mengingatkan:إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ، فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
(Artinya: Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil yang diremehkan, karena ia bisa terkumpul pada seseorang hingga membinasakannya) (HR. Ahmad)
6. Semangat dalam Beramal, Jangan Menyepelekan
Karena satu kebaikan bisa bernilai sepuluh bahkan tujuh ratus kali lipat, maka jangan pernah menyepelekan amal kecil. Sekadar memberi senyum, menyingkirkan duri di jalan, atau memberi air minum, bisa bernilai besar di sisi Allah. Semua itu tergantung pada keikhlasan dan keberkahan amal tersebut. Rasulullah ﷺ bersabda:لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
(Artinya: Jangan sekali-kali meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meskipun engkau hanya bertemu saudaramu dengan wajah ceria) (HR. Muslim)
7. Bersegera dalam Taubat
Mengingat setiap dosa akan dicatat jika tidak segera ditinggalkan, maka penting bagi seorang muslim untuk segera bertaubat. Jangan menunda-nunda, karena kita tidak tahu kapan ajal datang. Allah membuka pintu taubat selama hayat masih dikandung badan, dan Dia sangat mencintai hamba yang kembali kepada-Nya. Firman Allah:وَاللَّهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ
(Artinya: Dan Allah menghendaki untuk menerima taubat kalian) (QS. An-Nisa: 27)
8. Menjaga Konsistensi Iman dan Amal
Hadits ini mengajarkan bahwa keislaman yang baik bukan hanya saat awal masuk Islam, tapi harus dijaga terus menerus. Konsistensi dalam iman dan amal menjadi kunci keberhasilan dunia dan akhirat. Jangan sampai amal hanya semangat di awal lalu futur (lemah) di tengah jalan. Rasulullah ﷺ bersabda:أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
(Artinya: Amal yang paling dicintai Allah adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit) (HR. Bukhari dan Muslim)
9. Penilaian Akhir di Sisi Allah Bukan Berdasarkan Kuantitas Semata
Dari hadits ini juga kita bisa mengambil pelajaran bahwa balasan dari Allah tidak bergantung pada jumlah amal semata, tetapi pada kualitas dan penerimaannya. Banyak orang yang tampak banyak amalnya tapi tidak diterima karena tercampur dengan kesombongan, ujub, atau riya. Maka penting untuk menjaga hati dalam setiap amal yang dilakukan, bukan hanya kuantitas gerakan lahiriah.10. Hadits Ini Membangun Harapan Sekaligus Rasa Takut
Di satu sisi, hadits ini membangun harapan besar bagi pelaku kebaikan bahwa amalnya tidak akan sia-sia dan akan diberi ganjaran besar. Di sisi lain, ia menumbuhkan rasa takut agar tidak meremehkan dosa, karena semuanya akan dicatat. Harapan dan rasa takut ini penting untuk menjaga keseimbangan iman agar tidak terlalu optimis lalu lengah, atau terlalu takut lalu putus asa.
Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan bahwa Islam bukan hanya status, tetapi harus dibuktikan dengan perbaikan diri dan konsistensi amal. Allah sangat pemurah dalam memberi pahala, namun juga adil dalam menghitung dosa. Kita dituntut untuk semangat dalam kebaikan, berhati-hati dari keburukan, dan terus memperbaiki kualitas keislaman agar setiap amal diterima dan diberi balasan terbaik oleh Allah.
Penutup
Kajian
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memudahkan kita untuk bersama-sama mempelajari salah satu sabda Nabi kita ﷺ yang penuh hikmah dan pelajaran. Hadits yang telah kita bahas tadi memberikan gambaran yang sangat jelas tentang keadilan dan kemurahan Allah dalam menilai amal perbuatan manusia. Ia menyadarkan kita bahwa setiap kebaikan, sekecil apa pun, tidak akan pernah sia-sia. Bahkan satu kebaikan bisa dibalas sepuluh hingga tujuh ratus kali lipat, tergantung niat dan kualitas amalnya.
Sebaliknya, hadits ini juga memperingatkan kita agar tidak meremehkan dosa, meskipun hanya satu, karena semuanya dicatat dan diperhitungkan. Namun, dalam keadilan-Nya, Allah tidak melipatgandakan dosa seperti Dia melipatgandakan pahala. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah, agar kita tidak merasa berat dalam menjalani agama ini, namun tetap berhati-hati.
Jama'ah sekalian,
Hadits ini mengajarkan kita untuk terus memperbaiki keislaman kita, karena itulah yang menjadi sebab utama diterimanya amal dan dilipatgandakannya pahala. Ia juga mendorong kita untuk semangat beramal walau kecil, tidak menunda-nunda taubat, dan selalu berharap rahmat Allah namun tetap takut akan hisab-Nya.
Maka, harapan kita setelah kajian ini adalah agar setiap dari kita keluar dari majelis ini dengan tekad baru:
Untuk menjaga dan membaguskan keislaman,
Untuk memperbanyak amal walau sederhana,
Untuk menjauhi dosa walau tampak ringan,
Dan untuk selalu mengisi hari-hari dengan kebaikan, karena semua akan dicatat, dan tidak ada yang luput dari pengawasan Allah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang diperhitungkan amal baiknya dan dimaafkan kesalahannya, serta diterima keislamannya dengan baik, sehingga kelak kita termasuk orang yang beruntung di dunia dan akhirat.
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
(Ya Rabb kami, terimalah dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang).
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ
وَصَلَّى اللَّهُ
عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ
Belajar
membaca dan menerjemahkan syarah hadits tanpa harakat
الدخول في الإسلام هو نجاة العبد في الدنيا والآخرة؛
فهو دين التوحيد لله سبحانه وعدم الإشراك به، وهو ما جاءت به جميع الرسل
والأنبياء.وفي هذا الحديث يخبر النبي صلى الله عليه وسلم أن الكافر إذا أسلم وحسن
إسلامه، فأسلم إسلاما محققا بريئا من الشكوك، مؤمنا ظاهرا وباطنا، فإن الله يكفر
عنه سيئاته التي زلفها، أي: قدمها وعملها قبل إسلامه؛ من الصغائر أو الكبائر،
تفضلا منه سبحانه وتعالى، ثم يعامل بعد إسلامه بالقصاص وذلك بمقابلة كل عمل من
أعماله بمثله، خيرا كان أو شرا؛ فيجازى على الحسنة بالمثوبة، وعلى السيئة
بالعقوبة؛ فيثاب على الحسنة بعشر أضعافها، وقد تتضاعف المثوبة إلى سبع مئة ضعف،
أما السيئة فلا يجازى إلا بمثلها، وقد يعفو الله عنها بفضله وكرمه، ومنه وإحسانه،
فلا يعاقب عليها فاعلها. وفي الحديث: أن الإسلام يهدم ما قبله من الذنوب والآثام.