Hadits: Dua Hari Raya Dalam Islam - Idul Fitri dan Idul Adha

 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin yang dirahmati Allah, hari ini kita akan membahas sebuah hadits yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai umat Islam, yaitu hadits tentang hari raya dalam Islam. Sebuah hadits yang tidak hanya membahas tentang dua hari raya kita, Idul Fitri dan Idul Adha, tetapi juga mengajarkan kepada kita identitas dan kebanggaan sebagai seorang Muslim.

Namun, jika kita melihat realitas yang terjadi di tengah masyarakat saat ini, kita menemukan fenomena yang cukup mengkhawatirkan. Banyak dari saudara-saudara kita kaum Muslimin yang justru lebih antusias dalam merayakan hari-hari besar agama lain dibandingkan merayakan hari raya Islam. Perayaan-perayaan seperti Natal, Tahun Baru, atau bahkan festival-festival keagamaan non-Muslim lainnya justru diikuti dengan penuh semangat, sementara ketika datang hari raya Idul Fitri atau Idul Adha, tidak sedikit yang merayakannya dengan biasa saja, bahkan tanpa semangat kebersamaan dan kemeriahan sebagaimana mestinya.

Lebih dari itu, sebagian umat Islam merasa bahwa hari raya mereka tidak sepenting perayaan-perayaan lain yang diadopsi dari budaya luar. Ada yang lebih sibuk dengan liburan dan diskon belanja dibandingkan dengan merayakan Idul Fitri atau Idul Adha dengan penuh syiar dan ibadah. Padahal, Islam telah memberikan kepada kita dua hari raya yang tidak hanya menjadi simbol kebersamaan, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang dalam.

Karena itu, memahami hadits ini menjadi sangat penting. Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa Idul Fitri dan Idul Adha bukan sekadar tradisi tahunan, tetapi merupakan bagian dari syiar Islam yang membedakan kita dari umat lainnya. Rasulullah ﷺ sendiri telah menegaskan bahwa Allah telah menggantikan hari-hari perayaan jahiliyah dengan dua hari raya yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Ini bukan sekadar keputusan manusia, tetapi ketetapan dari Allah yang mengandung hikmah besar.

Maka dari itu, dalam kajian ini, kita akan membahas bagaimana hadits ini memberikan pemahaman kepada kita tentang makna hari raya dalam Islam, bagaimana seharusnya seorang Muslim merayakannya, serta bagaimana kita bisa menjaga identitas dan kebanggaan kita sebagai umat Islam di tengah arus globalisasi yang begitu deras. Semoga dengan kajian ini, kita semakin memahami urgensi merayakan hari raya Islam dengan penuh kesadaran dan kesyukuran, serta menjadikannya sebagai momentum untuk memperkuat keimanan dan ukhuwah Islamiyah.

Semoga Allah memberikan kita taufik dan hidayah-Nya. Aamiin. 


عن أنسٍ قالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا، فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟ قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ.

Dari Anas, ia berkata: Rasulullah datang ke Madinah, dan penduduknya memiliki dua hari yang mereka gunakan untuk bermain. Maka beliau bertanya, "Hari apakah dua hari ini?" Mereka menjawab, "Kami biasa bermain pada hari-hari ini di masa jahiliah." Maka Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri."

. HR Abu Dawud (1134), an-Nasa'i (1556), dan Ahmad (12006).


Arti Per Kalimat


قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ
Rasulullah datang ke Madinah.

Ini merujuk pada kedatangan Nabi ke Madinah dalam peristiwa hijrah dari Makkah.


وَلَهُمْ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا
Dan mereka memiliki dua hari yang mereka gunakan untuk bermain.

Penduduk Madinah memiliki tradisi merayakan dua hari tertentu dengan bermain dan bersenang-senang sejak zaman jahiliah.


فَقَالَ: مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟
Maka beliau bertanya, "Hari apakah dua hari ini?"

Nabi ingin mengetahui asal-usul dan makna dari dua hari yang dirayakan oleh penduduk Madinah.


قَالُوا: كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ
Mereka menjawab, "Kami biasa bermain pada hari-hari ini di masa jahiliah."

Penduduk Madinah menjelaskan bahwa mereka memiliki kebiasaan bermain dan bersenang-senang pada hari-hari tersebut sebelum Islam datang.


فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Maka Rasulullah bersabda.

Ini menunjukkan bahwa Nabi akan memberikan penjelasan atau perintah terkait kebiasaan tersebut.


إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا
Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari keduanya.

Nabi menjelaskan bahwa dalam Islam, ada dua hari raya yang lebih baik daripada dua hari yang dirayakan pada masa jahiliah.


يَوْمَ الْأَضْحَى وَيَوْمَ الْفِطْرِ
(Yaitu) Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Idul Fitri.

Dua hari raya dalam Islam, yaitu Idul Fitri (1 Syawal) yang dirayakan setelah Ramadan, dan Idul Adha (10 Dzulhijjah) yang berhubungan dengan ibadah haji dan penyembelihan hewan kurban.

 


Syarah Hadits


الأَعْيَادُ مِنَ الشَّعَائِرِ الدِّينِيَّةِ الَّتِي تَخْتَصُّ بِهَا كُلُّ أُمَّةٍ عَنْ غَيْرِهَا
Hari raya termasuk syiar agama yang menjadi ciri khas setiap umat dibandingkan dengan yang lainnya.

وَقَدْ أَعْطَى اللَّهُ تَعَالَى لِأُمَّةِ الْإِسْلَامِ عِيدَ الْفِطْرِ وَعِيدَ الْأَضْحَى
Dan Allah Ta’ala telah memberikan kepada umat Islam hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

لِيُمَيِّزَهَا عَنْ غَيْرِهَا، وَيُبْدِلَهَا بِهِمَا عَمَّا دُونَهُمَا مِنَ الأَعْيَادِ
Agar membedakan mereka dari umat lainnya, dan menggantikan dengan keduanya dari selainnya di antara hari raya lainnya.


وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يَقُولُ أَنَسٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: "قَدِمَ"، أَيْ: أَتَى
Dalam hadis ini, Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: "Qadima" yang berarti "datang".

"رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، وَلَهُمْ يَوْمَانِ"
Rasulullah tiba di Madinah, dan mereka memiliki dua hari.

أَيْ: يَوْمَا عِيدٍ وَاحْتِفَالٍ
Yaitu dua hari raya dan perayaan.

وَقِيلَ: كَانَا يُسَمَّيَانِ بِـ(النَّيْرُوزِ وَالْمِهْرَجَانِ)، يَلْعَبُونَ فِيهِمَا
Dan dikatakan bahwa keduanya disebut Nayruz dan Mihrajan, di mana mereka bermain pada hari tersebut.

فَاسْتَفْسَرَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟"
Maka Nabi bertanya, "Apakah dua hari ini?"

فَأَجَابُوهُ، فَقَالُوا: "كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ"
Mereka menjawab, "Kami dahulu bermain pada hari tersebut di masa jahiliah."

1أَيْ: قَبْلَ دُخُولِ الْإِسْلَامِ إِلَى الْمَدِينَةِ
Yakni sebelum Islam masuk ke Madinah.

فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ"
Maka Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya Allah telah menggantikan keduanya dengan yang lebih baik, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri."

أَيْ: إِنَّ احْتِفَالَكُمْ مِنَ الْيَوْمِ بِالْفِطْرِ وَالْأَضْحَى، وَاتْرُكُوا مَا دُونَ ذَلِكَ
Yakni, mulai hari ini, perayaan kalian adalah Idul Fitri dan Idul Adha, dan tinggalkan selainnya.

فَهُمَا خَيْرٌ لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ الْجَاهِلِيَّةِ
Karena keduanya lebih baik bagi kalian daripada syiar-syiar jahiliah.

وَهَذَا كَأَنَّهُ نَهْيٌ عَنْ الِاحْتِفَالِ بِالْأَعْيَادِ الْجَاهِلِيَّةِ، وَتَوْجِيهٌ لِلْمُسْلِمِينَ إِلَى شَعَائِرِ الْإِسْلَامِ
Seakan-akan ini adalah larangan untuk merayakan hari raya jahiliah dan pengarahan bagi kaum Muslimin kepada syiar Islam.


وَقَدْ أَبَاحَ الشَّرْعُ اللَّعِبَ فِيهِمَا
Dan syariat telah membolehkan bermain pada kedua hari tersebut.

وَهَذَا دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ فِي الدِّينِ فُسْحَةً لِلنَّاسِ
Ini adalah bukti bahwa dalam agama terdapat keluasan bagi manusia.

وَلَكِنَّهُ لَعِبٌ لَا يُغْضِبُ اللَّهَ
Namun, permainan tersebut tidak boleh membuat Allah murka.

وَمَعَ ذَلِكَ يَظْهَرُ فِي الْعِيدَيْنِ تَكْبِيرُ اللَّهِ تَعَالَى وَتَحْمِيدُهُ وَتَوْحِيدُهُ ظُهُورًا شَائِعًا يَغِيظُ الْمُشْرِكِينَ
Selain itu, dalam dua hari raya tersebut, takbir, tahmid, dan tauhid kepada Allah tampak nyata hingga membuat kaum musyrik geram.

وَقِيلَ: إِنَّهُمَا يَقَعَانِ شُكْرًا لِلَّهِ عَلَى مَا أَنْعَمَ بِهِ مِنْ أَدَاءِ الْعِبَادَاتِ الَّتِي وَقَّتَهَا
Dan dikatakan bahwa keduanya terjadi sebagai bentuk syukur kepada Allah atas nikmat-Nya dalam pelaksanaan ibadah yang telah ditetapkan waktunya.

فَعِيدُ الْفِطْرِ يَقَعُ شُكْرًا لِلَّهِ عَلَى إِتْمَامِ صَوْمِ رَمَضَانَ
Idul Fitri terjadi sebagai bentuk syukur kepada Allah atas selesainya puasa Ramadan.

وَعِيدُ الْأَضْحَى يَقَعُ شُكْرًا لِلَّهِ تَعَالَى عَلَى الْعِبَادَاتِ الْوَاقِعَةِ فِي الْعَشْرِ، وَأَعْظَمُهَا إِقَامَةُ شَعِيرَةِ الْحَجِّ
Dan Idul Adha terjadi sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta’ala atas ibadah yang dilakukan pada sepuluh hari pertama Dzulhijjah, dan yang paling agung di antaranya adalah pelaksanaan ibadah haji.

Maraji: https://dorar.net/hadith/sharh/84171


Pelajaran dari Hadits ini


Hadis ini mengajarkan prinsip penting dalam Islam terkait dengan perayaan dan hari raya:

  1. Islam menghapus tradisi jahiliah dan menggantinya dengan syariat yang lebih baik.

  2. Umat Islam harus menjauhi perayaan non-Islami yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

  3. Idul Fitri dan Idul Adha adalah hari raya yang ditetapkan oleh Allah dan memiliki nilai spiritual yang tinggi.

  4. Bermain dan bergembira diperbolehkan dalam Islam, selama dalam batasan yang halal.

  5. Hari raya adalah kesempatan untuk bersyukur dan mengagungkan Allah.

  6. Menghidupkan syiar Islam lebih utama daripada meniru perayaan kaum lain.

Hadis ini memberikan pedoman bagi umat Islam agar tetap teguh pada ajaran agama dan tidak terpengaruh oleh budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Berikut ini adalah beberapa pelajaran yang dapat diambil secara rinci:


1. Islam Mengganti Tradisi Jahiliah dengan Syariat yang Lebih Baik

Dalil: Rasulullah ﷺ bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dua hari yang lebih baik dari keduanya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri."

📌 Penjelasan:

  • Sebelum kedatangan Islam, masyarakat Madinah merayakan dua hari besar yang bersumber dari tradisi jahiliah (disebut Nayruz dan Mihrajan).

  • Islam tidak serta-merta menghilangkan kegembiraan dan perayaan, tetapi menggantinya dengan dua hari raya yang memiliki nilai ibadah dan spiritual.

  • Idul Fitri adalah bentuk syukur setelah menyelesaikan ibadah puasa Ramadan.

  • Idul Adha terkait dengan ketaatan Nabi Ibrahim ‘alayhis salam dan ibadah haji.

  • Ini menunjukkan bahwa perayaan dalam Islam tidak sekadar hiburan, tetapi juga memiliki makna religius yang tinggi.


2. Larangan Merayakan Perayaan Non-Islami

Dalil: Rasulullah ﷺ bertanya:
"Apa dua hari ini?"
Kemudian beliau bersabda:
"Tinggalkan perayaan tersebut, karena Allah telah menggantikan dengan yang lebih baik."

📌 Penjelasan:

  • Perayaan dalam Islam harus memiliki dasar syariat dan tidak boleh berasal dari tradisi yang bertentangan dengan ajaran tauhid.

  • Umat Islam dilarang untuk merayakan hari-hari besar yang berasal dari budaya atau agama lain.

  • Hal ini termasuk perayaan-perayaan yang mengandung unsur syirik, tasyabbuh (menyerupai) kaum kafir, atau maksiat.

  • Misalnya, merayakan Tahun Baru Masehi, Halloween, atau Valentine’s Day tanpa menyadari akar sejarah dan dampaknya terhadap akidah.


3. Keutamaan Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Dalil:
"Allah telah menggantikan dengan yang lebih baik: Idul Adha dan Idul Fitri."

📌 Penjelasan:

  • Idul Fitri menandai berakhirnya bulan Ramadan dan sebagai bentuk syukur atas keberhasilan menjalankan ibadah puasa.

  • Idul Adha berhubungan dengan ibadah haji dan penyembelihan kurban, sebagai bentuk ketakwaan kepada Allah.

  • Keduanya adalah syiar Islam yang harus dijaga dan diagungkan oleh umat Islam.


4. Islam Memberikan Ruang untuk Kegembiraan yang Halal

Dalil:
"Allah tidak melarang bermain pada hari raya, tetapi menggantinya dengan yang lebih baik."

📌 Penjelasan:

  • Islam tidak melarang seseorang untuk bergembira dan bersuka cita, selama dalam batasan syariat.

  • Bermain, bergembira, dan merayakan hari raya diperbolehkan, asalkan tidak mengandung unsur maksiat.

  • Di zaman Rasulullah ﷺ, anak-anak kecil bahkan diperbolehkan bermain rebana pada hari raya.

  • Ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama yang kaku, tetapi memberikan keseimbangan antara ibadah dan hiburan.


5. Kewajiban Mengagungkan Syiar Islam

Dalil:
"Pada dua hari raya ini, hendaklah kalian bertakbir dan mengingat Allah dengan banyak."

📌 Penjelasan:

  • Hari raya dalam Islam bukan sekadar perayaan, tetapi juga momentum untuk memperbanyak ibadah seperti shalat Id, takbir, dan bersedekah.

  • Islam mengajarkan bahwa dalam kegembiraan sekalipun, seorang Muslim harus tetap mengingat Allah.

  • Syiar Islam seperti shalat Id, takbiran, dan penyembelihan hewan kurban harus dijaga dan dilaksanakan dengan penuh semangat.


6. Perayaan dalam Islam Harus Mencerminkan Tauhid

Dalil:
"Dan dalam dua hari raya ini, tampak nyata takbir dan tauhid yang menghinakan kaum musyrikin."

📌 Penjelasan:

  • Dalam perayaan Islam, tauhid harus tetap menjadi landasan utama.

  • Hal ini berbeda dengan perayaan-perayaan non-Islami yang sering kali berisi kemaksiatan, pesta pora, atau bahkan unsur syirik.

  • Umat Islam harus bangga dengan identitasnya dan tidak perlu meniru perayaan agama lain.


7. Hari Raya sebagai Momen Rasa Syukur kepada Allah

Dalil:
"Idul Fitri adalah bentuk syukur setelah menyelesaikan ibadah Ramadan, dan Idul Adha adalah bentuk syukur atas penyempurnaan ibadah haji."

📌 Penjelasan:

  • Hari raya dalam Islam bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen untuk meningkatkan ketakwaan dan bersyukur kepada Allah.

  • Idul Fitri adalah wujud rasa syukur setelah berhasil menunaikan ibadah puasa sebulan penuh.

  • Idul Adha adalah bentuk syukur atas kesempatan melaksanakan ibadah haji dan kurban.

  • Seorang Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah di hari raya, seperti shalat, sedekah, dan bertakbir.

 


Penutup Kajian


Alhamdulillah, kita telah bersama-sama mengkaji hadits yang sangat penting ini, yang mengajarkan kepada kita tentang keutamaan dua hari raya dalam Islam, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Dari hadits ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran berharga yang hendaknya kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, hadits ini menegaskan bahwa hari raya dalam Islam adalah bagian dari syiar agama yang telah Allah tetapkan untuk umat ini. Idul Fitri dan Idul Adha bukan sekadar hari libur atau perayaan biasa, tetapi memiliki nilai ibadah yang tinggi. Idul Fitri adalah ungkapan syukur atas selesainya ibadah puasa Ramadan, sedangkan Idul Adha mengingatkan kita akan pengorbanan Nabi Ibrahim dan kepatuhan total kepada perintah Allah. Maka, hari raya ini seharusnya kita rayakan dengan penuh kesyukuran, takbir, kebersamaan, dan ibadah, bukan sekadar rutinitas tahunan yang kehilangan makna.

Kedua, hadits ini mengajarkan kepada kita tentang identitas sebagai seorang Muslim. Rasulullah ﷺ secara tegas menyebut bahwa Allah telah menggantikan hari-hari perayaan jahiliyah dengan hari raya yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa umat Islam memiliki tradisi dan syiar tersendiri yang harus dijaga, tanpa perlu mengikuti atau menyerupai perayaan dari agama lain. Sayangnya, kita melihat bahwa sebagian umat Islam justru lebih antusias merayakan hari besar agama lain daripada merayakan Idul Fitri dan Idul Adha. Ada yang ikut serta dalam perayaan Natal, Tahun Baru, dan festival keagamaan lainnya tanpa menyadari bahwa hal itu bertentangan dengan prinsip akidah Islam.

Maka, sebagai Muslim, kita harus menanamkan kebanggaan terhadap syiar agama kita sendiri. Jangan sampai kita kehilangan jati diri dengan ikut-ikutan dalam perayaan yang bukan bagian dari ajaran Islam. Ingatlah bahwa mencampuradukkan keyakinan dan budaya yang berbeda dapat melemahkan identitas keislaman kita. Rasulullah ﷺ bersabda:

"Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka." (HR. Abu Dawud)

Hadits ini menjadi pengingat bagi kita untuk menjaga kemurnian akidah dan tidak berbaur dalam perayaan yang bukan berasal dari Islam. Sebaliknya, marilah kita berupaya untuk menghidupkan syiar hari raya Islam dengan penuh kemuliaan—memperbanyak takbir, shalat Id, berbagi kebahagiaan dengan sesama, dan menjadikan hari raya sebagai momen mempererat ukhuwah Islamiyah.

Sebagai penutup, marilah kita jadikan hadits ini sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan kita. Jangan sampai kita lebih bangga dengan budaya luar daripada ajaran Islam sendiri. Mari kita kuatkan rasa cinta terhadap syariat Islam dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan kita. Semoga Allah senantiasa memberikan kita pemahaman yang benar dalam beragama dan meneguhkan hati kita untuk selalu berada di jalan yang diridhai-Nya. 

اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قُلُوبَنَا عَلَى دِينِكَ، وَاهْدِنَا إِلَى صِرَاطِكَ الْمُسْتَقِيمِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يُعَظِّمُونَ شَعَائِرَ اللَّهِ، وَيَحْفَظُونَ هُوِيَّتَهُمُ الْإِسْلَامِيَّةَ.

"Ya Allah, teguhkanlah hati kami di atas agama-Mu, tuntunlah kami ke jalan-Mu yang lurus, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mengagungkan syiar-syiar Allah serta menjaga identitas keislaman mereka."

Kita tutup kajian kita dengan membaca doa kafaratul majelis:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers