Hadits: Rezeki Tak Selalu tentang Harta Namun Juga Iman Dan Akhlak

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَمَّا بَعْدُ

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat fenomena yang membingungkan banyak orang. Ada yang berlimpah harta, namun jauh dari ketaatan kepada Allah. Sebaliknya, ada yang hidup dalam kesederhanaan, tetapi sangat dekat dengan ibadah dan akhlak mulia. Hal ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat: "Mengapa orang yang tidak taat justru mendapatkan banyak kemudahan dunia, sedangkan orang yang berusaha taat justru menghadapi berbagai kesulitan?"

Hadits yang akan kita kaji ini memberikan jawaban yang sangat penting atas pertanyaan tersebut. Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah telah membagi rezeki dan akhlak sebagaimana Dia membagi harta. Allah memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai, namun keimanan hanya diberikan kepada mereka yang dicintai-Nya.

Realita ini mengajarkan kita bahwa harta bukanlah ukuran mutlak kemuliaan seseorang di sisi Allah. Justru keimanan adalah nikmat terbesar yang harus kita syukuri. Karena itulah, memahami hadits ini menjadi sangat penting agar kita tidak tertipu oleh kemewahan dunia dan lebih fokus pada menjaga keimanan kita.

Sebagai contoh, kita sering melihat seseorang yang memiliki banyak kekayaan tetapi justru hidup dengan kegelisahan. Sementara itu, ada orang yang hidup sederhana tetapi hatinya penuh ketenangan karena keimanannya yang kuat.

Oleh karena itu, marilah kita memahami hadits ini dengan baik agar kita dapat memandang dunia dan kehidupan dengan sudut pandang yang benar, serta lebih bersemangat dalam menjaga keimanan kita sebagai anugerah yang paling berharga. 

Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:

إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ، وَإِنَّ اللَّهَ يُؤْتِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُؤْتِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ، فَإِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا أَعْطَاهُ الْإِيمَانَ. فَمَنْ ضَنَّ بِالْمَالِ أَنْ يُنْفِقَهُ، وَهَابَ الْعَدُوَّ أَنْ يُجَاهِدَهُ، وَاللَّيْلَ أَنْ يُكَابِدَهُ؛ فَلْيُكْثِرْ مِنْ قَوْلِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ.

"Sesungguhnya Allah telah membagi akhlak kalian sebagaimana Dia telah membagi rezeki kalian. Dan sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai, tetapi Dia tidak memberikan iman kecuali kepada orang yang Dia cintai. Maka jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memberinya iman.

 

Barang siapa yang kikir untuk menginfakkan hartanya, takut menghadapi musuh dalam jihad, dan enggan bersusah payah beribadah di malam hari, maka hendaklah ia memperbanyak mengucapkan:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ  (Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah),
وَاللَّهُ أَكْبَرُ  (Allah Maha Besar),
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ  (Segala puji bagi Allah),
وَسُبْحَانَ اللَّهِ  (Maha Suci Allah)."

HR Shahih At-Taghib (1571).


Arti Per Kalimat


إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَخْلَاقَكُمْ

Sesungguhnya Allah telah membagi akhlak kalian

Allah menetapkan sifat, tabiat, dan karakter setiap manusia sebagaimana Dia membagi rezeki. Ada yang dermawan, pemurah, sabar, atau sebaliknya. Ini menegaskan bahwa akhlak adalah bagian dari takdir Allah.


كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ

Sebagaimana Dia telah membagi rezeki kalian

Sebagaimana Allah membagi rezeki dengan cara yang beragam, demikian pula akhlak manusia berbeda-beda sesuai kehendak-Nya. Ada yang kaya atau miskin, demikian pula ada yang berakhlak baik atau buruk.


وَإِنَّ اللَّهَ يُؤْتِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ

Dan sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai

Harta bukan tanda cinta Allah kepada seseorang. Orang yang beriman maupun kafir bisa saja memiliki kekayaan, sehingga kekayaan bukan ukuran utama kecintaan Allah.


وَلَا يُؤْتِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ

Dan tidaklah Dia memberikan iman kecuali kepada orang yang Dia cintai

Berbeda dengan harta, iman adalah tanda nyata kecintaan Allah. Iman hanya Allah berikan kepada orang yang terpilih di sisi-Nya.


فَإِذَا أَحَبَّ اللَّهُ عَبْدًا أَعْطَاهُ الْإِيمَانَ

Maka jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memberinya iman

Ketika Allah mencintai seseorang, Dia akan menanamkan keimanan dalam hatinya. Inilah karunia terbesar yang tidak dapat diperoleh kecuali dengan kasih sayang Allah.


فَمَنْ ضَنَّ بِالْمَالِ أَنْ يُنْفِقَهُ

Barang siapa yang kikir untuk menginfakkan hartanya

Orang yang enggan bersedekah menunjukkan bahwa dirinya belum memiliki keimanan yang kuat. Kekikiran tersebut merupakan bentuk kelemahan jiwa.


وَوَهَابَ الْعَدُوَّ أَنْ يُجَاهِدَهُ

Dan takut menghadapi musuh dalam jihad

Ketakutan berlebihan menghadapi musuh hingga enggan berjuang menunjukkan lemahnya keimanan dan keberanian yang seharusnya lahir dari keyakinan kepada Allah.


وَاللَّيْلَ أَنْ يُكَابِدَهُ

Dan enggan bersusah payah beribadah di malam hari

Orang yang berat menegakkan ibadah malam juga menunjukkan adanya kekurangan dalam keimanan, karena ibadah malam menuntut kesungguhan dan keikhlasan yang tinggi.


فَلْيُكْثِرْ مِنْ قَوْلِ

Maka hendaklah ia memperbanyak mengucapkan

Ini adalah solusi yang diajarkan Rasulullah untuk menguatkan iman dan keberanian dalam menghadapi kekikiran, ketakutan, atau kemalasan beribadah.


لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ

Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah, Maha Suci Allah

Dzikir ini mengandung keutamaan besar:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ Menanamkan tauhid dalam hati

وَاللَّهُ أَكْبَرُ → Menumbuhkan rasa takut hanya kepada Allah

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ Menumbuhkan rasa syukur dan ridha

وَسُبْحَانَ اللَّهِ Membersihkan hati dari penyakit hati dan waswas

Kalimat-kalimat ini adalah kunci menguatkan iman, menghilangkan rasa kikir, menambah keberanian, dan menumbuhkan semangat ibadah.

 


Syarah Hadits


مِنْ أَرْكَانِ الْإِيمَانِ الْإِيمَانُ بِالْقَدَرِ

Termasuk rukun iman adalah beriman kepada takdir

فَقَدْ قَدَّرَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ

Sesungguhnya Allah telah menetapkan takdir makhluk-makhluk-Nya

قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ

Lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi

كَمَا جَاءَ فِي الْأَحَادِيثِ

Sebagaimana yang datang dalam hadits-hadits

فَكُلُّ شَيْءٍ مُقَدَّرٌ وَمَقْسُومٌ لِلْخَلَائِقِ

Maka segala sesuatu telah ditentukan dan dibagikan kepada makhluk

وَالنَّاسُ جَمِيعًا يَعْمَلُونَ وَفْقَ تَقْدِيرِ اللَّهِ تَعَالَى لَهُمُ السَّابِقِ

Dan semua manusia beramal sesuai dengan ketentuan Allah yang telah ditetapkan sebelumnya

وَمِمَّا قَدَّرَهُ اللَّهُ وَقَضَاهُ

Dan di antara yang telah ditentukan dan diputuskan oleh Allah

أَنْ فَاوَتَ بَيْنَ الْخَلْقِ فِي الرِّزْقِ

Bahwa Allah menjadikan perbedaan di antara makhluk dalam hal rezeki

فَبَعْضُهُمْ وَسَّعَ عَلَيْهِ

Sebagian mereka diluaskan rezekinya

وَبَعْضُهُمْ ضَيَّقَ عَلَيْهِ

Dan sebagian lagi disempitkan rezekinya

لِحِكْمَةٍ بَالِغَةٍ يَعْلَمُهَا سُبْحَانَهُ

Karena hikmah yang mendalam yang hanya Allah Maha Suci yang mengetahuinya

وَكَمَا أَنَّهُ فَاوَتَ بَيْنَهُمْ فِي الْأَخْلَاقِ

Dan sebagaimana Allah membuat mereka berbeda dalam akhlak

فَبَعْضُ النَّاسِ تَكُونُ أَخْلَاقُهُ عَالِيَةً فَاضِلَةً

Sebagian manusia memiliki akhlak yang tinggi dan mulia

وَبَعْضُهُمْ أَخْلَاقُهُ سَيِّئَةٌ قَبِيحَةٌ

Dan sebagian lagi memiliki akhlak yang buruk dan tercela

فَالْأَخْلَاقُ مِنْ إِعْطَاءِ اللَّهِ عِبَادَهُ

Maka akhlak adalah pemberian Allah kepada hamba-hamba-Nya

وَمِنْ ذَلِكَ تَفَاوُتُهُمْ بِالْجُبْنِ وَالشَّجَاعَةِ وَالْبُخْلِ وَالْجُودِ وَنَحْوِ ذَلِكَ

Di antara perbedaan tersebut adalah adanya yang penakut dan pemberani, pelit dan dermawan, serta sifat-sifat lainnya

وَلِهَذَا يَقُولُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ

Oleh karena itu, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata

إِنَّ اللَّهَ قَسَمَ أَخْلَاقَكُمْ كَمَا قَسَمَ بَيْنَكُمْ أَرْزَاقَكُمْ

Sesungguhnya Allah telah membagi akhlak kalian sebagaimana Allah membagi rezeki kalian

وَإِنَّ اللَّهَ يُؤْتِي الْمَالَ مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ

Dan sesungguhnya Allah memberikan harta kepada orang yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai

وَلَا يُؤْتِي الْإِيمَانَ إِلَّا مَنْ أَحَبَّ

Dan Allah tidak memberikan keimanan kecuali kepada orang yang Dia cintai

فَمَنْ ضَنَّ بِالْمَالِ أَنْ يُنْفِقَهُ

Barang siapa yang kikir terhadap hartanya untuk diinfakkan

وَهَابَ الْعَدُوَّ أَنْ يُجَاهِدَهُ

Dan takut kepada musuh untuk berjihad melawannya

وَاللَّيْلَ أَنْ يُكَابِدَهُ

Dan merasa berat untuk melawan kantuk di malam hari untuk beribadah

فَلْيُكْثِرْ مِنْ قَوْلِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ

Maka hendaklah dia memperbanyak ucapan: “La ilaha illallah, Allahu Akbar, Alhamdulillah, Subhanallah”

أَيْ: أَنَّ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ الْأَرْبَعَ

Yaitu, keempat kalimat ini

تَقُومُ مَقَامَ إِنْفَاقِ الْمَالِ وَالْجِهَادِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَقِيَامِ اللَّيْلِ

Dapat menggantikan pahala sedekah, jihad di jalan Allah, dan shalat malam

وَجَاءَ عَنْهُ فِي رِوَايَةٍ أَنَّهُ قَالَ

Dan telah datang riwayat dari beliau bahwa beliau berkata

إِنَّ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ الْأَرْبَعَ هُنَّ الْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ

Sesungguhnya keempat kalimat ini adalah Al-Baqiyat As-Salihat amalan yang kekal dan baik

وَفِي الحَديثِ بَيَانُ تَفَاوُتِ النَّاسِ فِي الأَرْزَاقِ وَالأَخْلَاقِ
Dan dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang perbedaan manusia dalam hal rezeki dan akhlak.

وَفِيهِ أَنَّ اللَّهَ يُعْطِي الدُّنْيَا وَالمَالَ لِمَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ
Dan di dalamnya terdapat keterangan bahwa Allah memberikan dunia dan harta kepada orang yang Dia cintai maupun yang tidak Dia cintai.

وَفِيهِ أَنَّ اللَّهَ اخْتَصَّ الإِيمَانَ بِمَنْ يُحِبُّهُمْ
Dan di dalamnya terdapat keterangan bahwa Allah mengkhususkan iman bagi orang-orang yang Dia cintai.

وَفِيهِ إِثْبَاتُ صِفَةِ الْمَحَبَّةِ لِلَّهِ تَعَالَى كَمَا يَلِيقُ بِجَلَالِهِ وَعَظَمَتِهِ
Dan di dalamnya terdapat penetapan sifat cinta bagi Allah Ta'ala sebagaimana yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.

وَفِيهِ أَنَّ ذِكْرَ اللَّهِ مِنْ أَفْضَلِ الأَعْمَالِ
Dan di dalamnya terdapat keterangan bahwa dzikrullah termasuk amalan yang paling utama.

وَفِيهِ بَيَانُ فَضْلِ قَوْلِ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَسُبْحَانَ اللَّهِ
Dan di dalamnya terdapat penjelasan tentang keutamaan ucapan: "Laa ilaaha illallah, Allahu Akbar, Alhamdulillah, dan Subhanallah."

Maraji
https://dorar.net/hadith/sharh/210112


Pelajaran dari Hadits ini


Hadits ini mengajarkan sikap tawakal kepada Allah, rasa syukur atas nikmat iman, dan semangat untuk memperbanyak zikir sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Seseorang hendaknya tidak tertipu dengan kekayaan duniawi, melainkan berusaha untuk meraih cinta Allah melalui keimanan dan amal saleh. 

Berikut adalah beberapa pelajaran penting yang dapat dipetik:

1. Pentingnya Iman kepada Qadar (Takdir)

  • Hadits ini menegaskan bahwa segala sesuatu telah ditetapkan oleh Allah sejak 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Ini mengajarkan bahwa kita harus percaya bahwa segala kejadian dalam hidup adalah bagian dari rencana Allah yang penuh hikmah.
  • Keyakinan ini melahirkan sikap ridha terhadap ketentuan Allah dan mengurangi rasa gelisah atau putus asa ketika menghadapi musibah.

2. Perbedaan dalam Rezeki adalah Ketentuan Allah

  • Allah membagi rezeki sesuai kehendak-Nya; ada yang diberi kelapangan, ada yang diberi kesempitan. Ini mengajarkan bahwa kekayaan atau kemiskinan bukan semata hasil usaha manusia, melainkan bagian dari ketentuan Allah yang mengandung hikmah tertentu.
  • Orang yang memperoleh rezeki lebih banyak tidak boleh sombong, sedangkan yang mendapat lebih sedikit tidak perlu berkecil hati.

3. Perbedaan dalam Akhlak adalah Ketentuan Allah

  • Seperti halnya rezeki, Allah juga membagi akhlak kepada manusia. Ada yang memiliki akhlak baik seperti keberanian dan kedermawanan, dan ada yang cenderung pada sifat buruk seperti pengecut dan kikir.
  • Namun, ini tidak menafikan tanggung jawab manusia untuk berusaha memperbaiki akhlaknya melalui pendidikan, pembiasaan, dan doa.

4. Harta Bukan Tanda Cinta Allah

  • Allah memberikan harta kepada siapa saja yang Dia kehendaki, baik orang yang dicintai-Nya maupun yang tidak. Oleh karena itu, memiliki banyak harta bukan jaminan bahwa seseorang dicintai Allah.
  • Sebaliknya, Allah hanya memberikan iman kepada orang yang benar-benar Dia cintai. Ini menunjukkan bahwa iman adalah anugerah terbesar yang harus disyukuri.

5. Keutamaan Zikir dalam Menggantikan Ibadah yang Berat

  • Bagi orang yang merasa berat untuk berinfak, berjihad, atau shalat malam, hendaknya memperbanyak kalimat:
    • لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ (La ilaha illallah)
    • اللَّهُ أَكْبَرُ (Allahu Akbar)
    • الْحَمْدُ لِلَّهِ (Alhamdulillah)
    • سُبْحَانَ اللَّهِ (Subhanallah)
  • Zikir ini memiliki bobot besar dalam timbangan amal dan berfungsi sebagai pengganti amalan yang mungkin sulit dilakukan seseorang.

6. Keutamaan “Al-Baqiyat As-Salihat” (Amalan yang Kekal)

  • Empat kalimat tersebut dijelaskan dalam riwayat lain sebagai Al-Baqiyat As-Salihat — amalan yang terus memberikan pahala meskipun seseorang telah meninggal dunia. Ini menunjukkan bahwa zikir tersebut merupakan investasi amal jangka panjang.

7. Penegasan Sifat Mahabbah (Kasih Sayang) Allah

  • Hadits ini menegaskan bahwa Allah memiliki sifat cinta kepada hamba-Nya yang beriman dan saleh, sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Allah dengan makhluk-Nya penuh kasih sayang dan perhatian.

8. Sikap yang Benar terhadap Dunia dan Akhirat

  • Hadits ini mengingatkan bahwa dunia dan kekayaannya adalah hal yang bersifat fana dan bisa diberikan kepada siapa saja, baik orang baik maupun buruk. Sedangkan keimanan adalah harta berharga yang hanya diberikan kepada orang-orang pilihan Allah.

9. Kesempatan Beramal bagi Setiap Orang

  • Hadits ini menunjukkan bahwa bagi mereka yang lemah secara fisik atau finansial, pintu kebaikan tetap terbuka melalui zikir dan amal hati yang mudah dilakukan tetapi berpahala besar.

 


Penutup Kajian


 Sebagai penutup kajian ini, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil dari hadits yang mulia ini.

Pertama, hadits ini mengajarkan kita bahwa rezeki dan harta bukanlah tanda mutlak kecintaan Allah kepada seseorang. Orang yang berlimpah harta belum tentu mulia di sisi Allah, dan orang yang hidup dalam keterbatasan belum tentu hina. Sebaliknya, keimanan adalah anugerah terbesar yang hanya Allah berikan kepada hamba-hamba yang Dia cintai. Oleh karena itu, jika kita telah diberi nikmat iman, maka kita harus bersyukur dan menjaganya dengan sebaik-baiknya.

Kedua, hadits ini mengingatkan kita agar tidak iri atau berburuk sangka ketika melihat orang yang jauh dari ketaatan tetapi hidup dalam kemewahan. Sebab, dunia ini hanyalah ujian yang sementara. Yang jauh lebih berharga adalah bagaimana kita bisa istiqamah dalam iman dan kebaikan.

Ketiga, hadits ini juga memberikan solusi praktis bagi mereka yang merasa berat untuk berinfaq, takut menghadapi tantangan, atau sulit melaksanakan ibadah malam. Rasulullah ﷺ memberikan arahan untuk memperbanyak dzikir dengan kalimat-kalimat thayyibah:

  • Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan selain Allah)
  • Allahu Akbar (Allah Maha Besar)
  • Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah)
  • Subhanallah (Maha Suci Allah)

Dzikir ini bukan sekadar ucapan, tetapi menjadi sumber ketenangan hati, kekuatan iman, dan penghapus dosa. Dengan memperbanyak dzikir ini, kita akan semakin dekat dengan Allah, meskipun kemampuan kita dalam berinfaq, berjihad, atau shalat malam terbatas.

Harapan besar dari kajian ini adalah agar kita semua mampu menanamkan keyakinan bahwa keimanan adalah anugerah yang jauh lebih berharga dari sekadar kemewahan dunia. Mari kita jaga iman ini dengan terus beribadah, berdzikir, dan memperbaiki akhlak. Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang dicintai dan dikaruniai keimanan yang kokoh hingga akhir hayat.

Kita tutup dengan doa kafatatul majelis:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

وَصَلَّى اللَّهُ عَلَىٰ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَىٰ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

 

Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci