Hadits: Sedekah Tidak Mengurangi Harta

 بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ الصَّدَقَةَ سَبَبًا لِلْبَرَكَةِ وَالنَّمَاءِ، وَأَمَرَ بِالْعَفْوِ وَالتَّوَاضُعِ وَجَعَلَ فِيهِمَا الْعِزَّةَ وَالرِّفْعَةَ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى نِعَمِهِ الَّتِي لَا تُحْصَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَىٰ يَوْمِ الدِّينِ.

Amma ba’du,

(Arti dari kalimat pembukaan berbahasa Arab: Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sedekah sebagai sebab keberkahan dan pertumbuhan (harta), serta memerintahkan untuk berlapang dada dan bersikap rendah hati, dan menjadikan keduanya sebagai sumber kemuliaan dan ketinggian derajat. Aku memuji-Nya, Mahasuci Dia, dan aku bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah, satu-satunya, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Semoga salawat dan salam Allah senantiasa tercurah kepada beliau, keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga Hari Kiamat.)

---

Bapak-bapak, Ibu-ibu, dan Saudara-saudari sekalian yang dirahmati Allah,

Seringkali kita menyaksikan atau bahkan merasakan sendiri, bagaimana sedekah terasa memberatkan, seolah-olah harta akan berkurang drastis setelah kita mengeluarkannya. Ada keraguan, kekhawatiran akan kekurangan di kemudian hari. Di sisi lain, dalam interaksi sosial, kita juga kerap melihat betapa sulitnya memaafkan. Rasa sakit hati, dendam, dan keinginan untuk membalas seringkali menguasai diri, membuat hati terasa sesak dan hubungan menjadi renggang. Tidak jarang pula kita menemui orang-orang yang merasa diri paling hebat, paling benar, dan enggan untuk merendahkan diri. Sikap sombong ini seringkali menjadi penghalang bagi mereka untuk menerima kebenaran dan menjalin hubungan yang harmonis dengan sesama.

Permasalahan-permasalahan ini menjadi cerminan dari kurangnya pemahaman kita tentang hakikat ajaran Islam, khususnya dalam konteks interaksi sosial dan spiritual. Ketiga fenomena ini, baik itu keengganan bersedekah, kesulitan memaafkan, maupun sikap kesombongan, pada dasarnya bersumber dari pandangan yang keliru terhadap dunia dan akhirat, serta kurangnya keyakinan terhadap janji-janji Allah SWT.

Oleh karena itu, pada malam yang berbahagia ini, kita akan bersama-sama mengkaji sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang sangat relevan dan mendalam, yang insya Allah akan menjadi solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut. 

Hadits ini bukan hanya sekadar untaian kata-kata, melainkan sebuah panduan hidup yang akan mengubah cara pandang kita terhadap harta, hubungan antar sesama, dan juga terhadap diri sendiri. Mempelajari dan memahami hadits ini sangatlah urgen bagi kita.

Pertama, ia akan membangun keyakinan kita akan kebenaran janji Allah bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, justru akan mendatangkan keberkahan.

Kedua, hadits ini akan mendorong kita untuk memiliki hati yang lapang dan kemampuan untuk memaafkan, karena sesungguhnya dengan memaafkan, Allah akan mengangkat derajat kita.

Ketiga, ia akan mengajarkan kita tentang pentingnya kerendahan hati di hadapan Allah, karena hanya dengan tawadhu', Allah akan meninggikan kedudukan kita.

Dengan mengkaji hadits ini secara mendalam, kita berharap dapat mengubah perspektif negatif menjadi positif, meluruskan pemahaman yang keliru, dan pada akhirnya, mengimplementasikan nilai-nilai luhur ini dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah SWT memberikan kemudahan bagi kita dalam memahami dan mengamalkan ilmu yang akan kita dapatkan malam ini.

Mari kita niatkan belajar ini semata-mata karena Allah, agar setiap langkah dan setiap kata yang kita dengar menjadi pahala di sisi-Nya.

Mari kita kaji haditsnya:


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasulullah  bersabda:

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ.

Sedekah tidak mengurangi harta, dan Allah tidak menambahkan kepada seorang hamba karena pemaafannya kecuali kemuliaan, dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Allah mengangkatnya.

HR Muslim (2588)


Arti dan Penjelasan Per Perkataan


مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

Sedekah tidak akan mengurangi harta.

Penjelasan perkataan ini adalah bahwa meski secara lahiriah harta terlihat berkurang karena disedekahkan, sesungguhnya Allah akan menggantinya dengan keberkahan yang berlipat ganda, baik di dunia maupun di akhirat.

Keberkahan ini dapat berupa kemudahan rezeki, perlindungan dari musibah, atau pahala yang tak terhingga.

Melalui sedekah, seseorang tidak hanya membantu sesama, tetapi juga menginvestasikan hartanya untuk kehidupan abadi.


وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا

Dan tidaklah Allah menambahkan bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) melainkan kemuliaan.

Penjelasan perkataan ini adalah bahwa ketika seseorang memilih untuk memaafkan kesalahan orang lain, ia tidak akan menjadi rendah atau lemah di mata manusia, melainkan justru akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Kemuliaan ini bisa berupa rasa hormat dari orang lain, ketenangan hati, atau pahala yang besar di sisi Allah.

Pemberian maaf menunjukkan kematangan jiwa, kesabaran, dan ketakwaan, yang semuanya adalah sifat-sifat mulia yang dicintai Allah.


وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ

Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat (derajat)nya.

Penjelasan perkataan ini adalah bahwa kerendahan hati yang dilakukan semata-mata karena mengharap ridha Allah, bukan untuk mencari pujian manusia, akan berbuah pengangkatan derajat yang tak terduga.

Pengangkatan derajat ini dapat berupa posisi yang mulia di mata manusia dan di sisi Allah, kehormatan, atau ilmu yang bermanfaat.

Seseorang yang tawadhu' menyadari bahwa segala kelebihan yang ia miliki berasal dari Allah, sehingga ia tidak sombong dan senantiasa bersyukur.

Kerendahan hati ini juga membuat seseorang lebih mudah menerima kebenaran dan lebih dekat dengan sesama.


Syarah Hadits


صَدَقَةُ المَالِ تُطَهِّرُهُ وَتَزِيدُ البَرَكَةَ فِيهِ

Sedekah harta menyucikannya dan menambah keberkahan di dalamnya.

فَإِنَّهَا تَكُونُ طَاعَةً لِلَّهِ، وَإِغْنَاءً لِلْفُقَرَاءِ، وَبِهَا يَقْطَعُ المُتَصَدِّقُ أَسْبَابَ الشَّرِّ فِي النُّفُوسِ

Karena sedekah itu merupakan ketaatan kepada Allah, memberi kecukupan bagi orang-orang fakir, dan dengannya orang yang bersedekah memutus sebab-sebab kejahatan dalam jiwa.

وَفِي هَذَا الحَدِيثِ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الصَّدَقَةَ لَا تَكُونُ سَبَبًا فِي نَقْصِ المَالِ

Dalam hadits ini, Nabi menjelaskan bahwa sedekah tidak menjadi sebab berkurangnya harta.

بَلْ تَزِيدُ أَضْعَافَ مَا يُعْطَى مِنْهُ بِأَنْ يَنْجَبِرَ بِالبَرَكَةِ

Justru bertambah berkali-kali lipat dari yang diberikan, dengan tertutupi kekurangannya oleh keberkahan.

وَالَّتِي تَتَعَدَّدُ صُوَرُهَا فِي النَّفْسِ وَالأَهْلِ، وَفِي المَالِ ذَاتِهِ

Keberkahan yang bentuknya beragam, baik dalam jiwa, keluarga, maupun harta itu sendiri.

وَأَنَّهُ وَإِنْ نَقَصَتْ صُورَتُهُ كَانَ فِي الثَّوَابِ المُرَتَّبِ عَلَيْهَا جَبْرًا لِنَقْصِهِ وَزِيَادَةً إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ

Dan meskipun bentuk harta tampak berkurang, namun pahala yang ditetapkan baginya menjadi penutup kekurangannya dan bertambah berkali lipat.

وَأَنَّهُ مَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِسَبَبِ عَفْوِهِ عَنْ شَيْءٍ مَعَ قُدْرَتِهِ عَلَى الانْتِقَامِ إِلَّا عِزًّا وَسِيَادَةً وَعَظَمَةً فِي القُلُوبِ فِي الدُّنْيَا

Dan tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba karena ia memaafkan sesuatu, padahal ia mampu membalas, kecuali kemuliaan, kepemimpinan, dan kebesaran dalam hati manusia di dunia.

وَيُمْكِنُ أَنْ يَكُونَ المُرَادُ أَنَّ أَجْرَهُ يَكُونُ فِي الآخِرَةِ عِزَّةً عِنْدَ اللَّهِ

Bisa juga yang dimaksud adalah bahwa pahalanya kelak di akhirat berupa kemuliaan di sisi Allah.

وَأَنَّهُ مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ؛ بِأَنْ أَنْزَلَ نَفْسَهُ عَنْ مَرْتَبَةٍ يَسْتَحِقُّهَا

Dan tidaklah seseorang merendahkan dirinya karena Allah, dengan menurunkan dirinya dari kedudukan yang sebenarnya ia berhak mendapatkannya.

لِرَجَاءِ التَّقَرُّبِ إِلَى اللَّهِ دُونَ غَرَضٍ غَيْرِهِ

Demi mengharap kedekatan kepada Allah, tanpa tujuan lain.

بَلْ تَوَاضَعَ لِلَّهِ رِقًّا وَعُبُودِيَّةً فِي ائْتِمَارِ أَمْرِهِ، وَالانْتِهَاءِ عَنْ نَهْيِهِ

Justru ia merendahkan diri karena Allah sebagai bentuk kepatuhan dan penghambaan dalam menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

وَمُشَاهَدَتِهِ لِحَقَارَةِ النَّفْسِ، وَنَفْيِ العُجْبِ عَنْهَا

Serta menyadari kehinaan dirinya dan menghilangkan perasaan ujub darinya.

إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ تَعَالَى فِي الدُّنْيَا، أَوْ رَفَعَهُ فِي الآخِرَةِ، أَوْ فِيهِمَا مَعًا

Melainkan Allah akan mengangkat derajatnya di dunia, atau di akhirat, atau di keduanya sekaligus.

وَالتَّوَاضُعُ هُوَ الانْكِسَارُ وَالتَّذَلُّلُ، وَنَقِيضُهُ: التَّكَبُّرُ وَالتَّرَفُّعُ

Kerendahan hati adalah sikap tunduk dan merendahkan diri, sedangkan lawannya adalah kesombongan dan keangkuhan.

وَفِي الحَدِيثِ: بَيَانُ فَضْلِ الصَّدَقَةِ

Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang keutamaan sedekah.

وَفِيهِ: بَيَانُ فَضْلِ العَفْوِ وَالصَّفْحِ، وَأَنَّ مَنْ عُرِفَ بِالعَفْوِ وَالصَّفْحِ سَادَ وَعَظُمَ فِي قُلُوبِ النَّاسِ

Juga terdapat penjelasan tentang keutamaan memaafkan dan berlapang dada, serta bahwa siapa saja yang dikenal sebagai pemaaf dan lapang dada akan menjadi pemimpin dan dihormati dalam hati manusia.

وَفِيهِ: بَيَانُ فَضْلِ التَّوَاضُعِ لِلَّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى

Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan tentang keutamaan tawadhu’ (rendah hati) karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

وَفِيهِ: الْخَيْرُ وَالْفَلَاحُ فِي ٱمْتِثَالِ ٱلشَّرِيعَةِ وَفِعْلِ ٱلْخَيْرِ وَإِنْ ظَنَّ بَعْضُ ٱلنَّاسِ أَنَّهُ بِخِلَافِ ذَلِكَ.

Dan dalam hadits ini juga terdapat penjelasan bahwa kebaikan dan keberuntungan terdapat dalam menaati syariat dan melakukan kebaikan, meskipun sebagian orang mengira bahwa (kebaikan itu) sebaliknya.

Maraji:
https://dorar.net/hadith/sharh/65137


Pelajaran dari hadits ini


Hadits ini mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan sosial yang harmonis serta bagaimana seorang Muslim dapat hidup dengan penuh keberkahan, kemuliaan, dan kedamaian hati.

Hadits ini juga mengajarkan tiga prinsip utama dalam ajaran Islam: keutamaan sedekah, keutamaan memaafkan, dan keutamaan tawadhu' (rendah hati). Pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini:

1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta, tetapi Justru Menambah Berkah

Perkataan pertama dalam hadits ini adalah مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ (Sedekah tidak akan mengurangi harta). Seringkali kita merasa ragu atau takut ketika ingin bersedekah karena khawatir harta kita akan berkurang. Padahal, Allah SWT telah menjamin bahwa sedekah itu sejatinya tidak mengurangi, melainkan justru akan melipatgandakan harta kita. Mungkin tidak langsung terlihat secara kasat mata, tetapi Allah akan menggantinya dengan berbagai bentuk keberkahan: rezeki yang berlimpah, kesehatan yang baik, kemudahan dalam urusan, atau perlindungan dari musibah. Ini adalah janji Allah yang pasti. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَن يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ 

(Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (menanam) sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.

Jadi, jangan ragu untuk bersedekah, karena setiap rupiah yang kita keluarkan di jalan Allah adalah investasi terbaik untuk dunia dan akhirat kita.


Kemuliaan Melalui Maaf

Perkataan kedua hadits ini adalah وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا (Dan tidaklah Allah menambahkan bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) melainkan kemuliaan). Ketika seseorang menyakiti kita, reaksi alami kita mungkin adalah marah, dendam, atau bahkan ingin membalas. Namun, hadits ini mengajarkan kita tentang kekuatan memaafkan. Memaafkan bukan berarti kita lemah atau kalah, melainkan justru menunjukkan kebesaran jiwa dan kematangan hati. Dengan memaafkan, Allah akan mengangkat derajat kita di mata manusia dan di sisi-Nya. Kemuliaan yang diberikan Allah bisa bermacam-macam, seperti dihormati orang lain, mendapatkan ketenangan batin, atau bahkan diberikan pertolongan di saat sulit. Ini adalah janji bahwa memaafkan akan membebaskan kita dari beban dendam dan membawa kita pada kedudukan yang lebih tinggi. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Asy-Syura ayat 40:

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ 

(Balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, dan barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya ditanggung Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.) Ini menunjukkan betapa besar nilai pemaafan dalam Islam.


Derajat Tinggi Bagi yang Merendah

Perkataan ketiga hadits ini adalah وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ (Dan tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah melainkan Allah akan mengangkat (derajat)nya). Sikap rendah hati atau tawadhu' adalah sifat mulia yang seringkali disalahpahami. Ada yang menganggap rendah hati itu berarti lemah atau tidak percaya diri. Padahal, tawadhu' yang dimaksud di sini adalah merendahkan diri semata-mata karena Allah, menyadari bahwa segala kelebihan yang kita miliki berasal dari-Nya. Orang yang tawadhu' tidak akan sombong, tidak akan merasa lebih baik dari orang lain, dan selalu siap belajar. Justru karena kerendahan hatinya itulah, Allah akan mengangkat derajatnya di dunia maupun di akhirat. Ia akan dihormati, dicintai, dan diberikan kemuliaan yang sejati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

  إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ 

(Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’ (rendah hati), sehingga tidak ada seorang pun yang bangga atas yang lain, dan tidak ada seorang pun yang berbuat zalim kepada yang lain.) (HR. Muslim). Ini adalah bukti bahwa kemuliaan sejati bukan pada kesombongan, tetapi pada kerendahan hati.


4. Pentingnya Niat Ikhlas dalam Beramal

Pelajaran penting dari hadits ini adalah bagaimana setiap amal yang disebutkan — sedekah, memaafkan, dan merendahkan diri — haruslah dilakukan lillahi ta'ala, semata-mata karena Allah. Jika sedekah dilakukan untuk pamer, memaafkan agar dipuji, atau merendahkan diri agar dihormati, maka janji Allah untuk melipatgandakan harta, memberikan kemuliaan, atau mengangkat derajat tidak akan terwujud sempurna. Keikhlasan adalah kunci utama penerimaan amal dan datangnya keberkahan dari Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ 

(Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.) Jadi, setiap kebaikan yang kita lakukan, pastikan niatnya hanya untuk mencari ridha Allah, bukan yang lain.


5. Berinvestasi untuk Akhirat

Hadits ini secara tidak langsung mengajarkan kita untuk tidak terlalu terpaku pada hasil duniawi semata, tetapi juga memikirkan investasi untuk kehidupan abadi di akhirat. Ketika kita bersedekah, memaafkan, atau merendahkan diri karena Allah, sesungguhnya kita sedang menanam benih-benih kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir hingga di akhirat. Harta yang kita sedekahkan, kemuliaan dari pemaafan, dan derajat tinggi dari kerendahan hati adalah bekal yang tak akan pernah habis. Berbeda dengan harta dunia yang fana dan bisa lenyap sewaktu-waktu, investasi akhirat adalah abadi. Rasulullah SAW bersabda:

  إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ 

(Apabila seorang manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.) (HR. Muslim). Ini menunjukkan betapa sedekah memiliki dampak jangka panjang yang luar biasa.


Secara keseluruhan, hadits ini adalah pedoman hidup yang mengajarkan tiga kunci utama kesuksesan di dunia dan akhirat: keajaiban sedekah yang melipatgandakan rezeki, kekuatan memaafkan yang membawa kemuliaan, dan keutamaan kerendahan hati yang meninggikan derajat. Hadits ini mendorong kita untuk beramal ikhlas dan berinvestasi untuk akhirat, karena janji Allah pasti benar.


Penutup Kajian


Hadirin yang berbahagia,

Sering kali kita berpikir bahwa memberi akan mengurangi, bahwa mengalah berarti kalah, dan bahwa rendah hati bisa dianggap lemah. Namun, dalam Islam, konsep ini berbalik—justru dengan memberi, kita akan mendapatkan lebih banyak, justru dengan memaafkan, kita semakin dimuliakan, dan justru dengan merendahkan hati, kita semakin diangkat derajatnya oleh Allah ﷻ.

Kajian ini bukan sekadar tentang sedekah dalam bentuk harta, tetapi juga tentang bagaimana kita bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Dengan hadits ini, terjawablah sudah pertanyaan selama ini, bagaimana menggapai keberkahan dalam rezeki? Mengapa orang yang pemaaf justru dihormati? Dan bagaimana sikap tawadhu’ dapat menjadi kunci kemuliaan?

Pelajaran dari hadits ini seharusnya tidak hanya menjadi teori dalam kajian, tetapi juga kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Marilah kita biasakan memberi tanpa takut miskin, memaafkan tanpa merasa direndahkan, dan bersikap rendah hati tanpa takut kehilangan wibawa. Sebab, semua ini adalah janji Allah dan Rasul-Nya yang pasti benar.

Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai hamba yang gemar bersedekah, pemaaf, dan rendah hati, serta mengaruniakan kepada kita keberkahan, kemuliaan, dan ketinggian derajat di dunia maupun akhirat.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا، وَتَقَبَّلْ مِنَّا أَعْمَالَنَا، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَرْزَاقِنَا.

"Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik darinya. Ampunilah dosa-dosa kami, terimalah amal-amal kami, dan berkahilah rezeki kami."

Semoga doa ini dikabulkan oleh Allah. Aamiin

وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ



Tampilkan Kajian Menurut Kata Kunci

Followers